4. - First Day in London

1K 102 6
                                    

Di sebelahku, Kaylie tertidur dengan penutup mata bergambar mata beruang. Sejak semalam, ia sulit tidur saking senangnya ingin pulang. Aku tidak menggubris semua khayalannya tentang bertemu One Direction di trotoar jalan atau stasiun bawah tanah. Jadi, aku tidur duluan dengan pikirian sinis mengomentari celotehannya.

Kaylie bodoh. Mereka mana mungkin naik kereta umum bawah tanah jika transportasi macam Lamborghini atau BMW sekalipun ada untuk mereka?

Ibuku sedang bercakap-cakap dengan wanita di kursi seberangnya. Aku yang duduk di pojok dekat jendela bisa dengan leluasa melihat pemandangan diluar. Awan putih berarak dengan indahnya, seperti kapas putih bersih nan lembut.

Aku tidak bisa surfing di internet karena ponselku dalam keadaan airplane. Aku menjentikkan jari seketika. Ingat kalau wattpad dapat dibaca tanpa koneksi internet sekalipun. Selain fan fiction Changed, aku juga sedang membaca cerita lainnya. Meski belum mendapat feel yang sangat hebat seperti ketika aku membaca Changed.

Mengingat hari-hari ke belakang, ada untungnya juga aku update tentang One Direction. Hidupku yang dikelilingi dengan banyak directioners baik di kampus, gerombolan gadis yang keluar masuk toko kue Ibuku dan semua orang asing yang pernah kutemui sedang asyik membicarakan mereka, membuatku bisa ikut nimbrung di kelas kalau ada salah satu fans yang sedang mengobrol.

Di kelasku, ada beberapa directioners yang kukenal baik. Mereka Jane, Joe dan Scarlett. Meski tidak begitu dekat, di dalam kelas hanya mereka partner yang cukup menyenangkan untuk diajak mengerjakan tugas dan mengobrol bersama. Aku bukan mahasiswi populer, jadi kau bisa dengan mudah menghitung teman-temanku.

Jadi, sejak kapan kau tertarik dengan the boys, Collins? Jane yang hobi memanggil orang lain dengan nama belakang mereka, menceletuk ketika kami berempat sedang makan di kafeteria.

Aku menggeleng. Jujur aku juga tak sadar. Begitu saja aku jadi rajin mengikuti berita mereka diam-diam dan mulai mendownload album-album mereka. Entah mengapa, rasanya aku menolak mengakui kalau aku mulai menyukai band Inggris itu.

Kau ini bagaimana. Hahaha tapi sepertinya kau baru suka ya. Mengingat sudah 4 tahun sejak kepopuleran mereka, yeah? Jane menoleh kearah Joe dan Scarlett. Keduanya mengangguk dan Scarlett, gadis dengan rambut dicat merah maroon dan tindik kecil di hidung memalingkan wajahnya padaku.

Setidaknya topik obrolanmu bisa nyambung dengan kami sekarang, Ly. Ia terkekeh lucu.

Aku mengangkat bahu dan menyesap jus jambu di hadapanku. Aku menyukai mereka bukan berarti aku akan bertransformasi menjadi fans seperti kalian. Ayolah, kau tahu Scarlett. Fans yang sesungguhnya. Aku kan hanya sekedar suka.

Scarlett justru menggeleng dengan tampang tak percaya. Ia bilang kalau tak ada yang pernah bisa hanya sekedar menyukai the boys.

Aku tersadar dari lamunan ketika Kaylie bergerak mencari posisi lebih nyaman. Aku menatap ponsel di tanganku. Aku sedang tiba pada puncak konflik dan sebentar lagi akan menyelesaikan ceritanya. Mungkin sebelum sampai di London, aku sudah bisa menyelesaikan cerita yang menguras perasaan ini.

Where Do Broken Hearts Go?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang