12.

638 78 12
                                    

HARRY'S POV

I like this. Sering-seringlah tersenyum, Curly.

Aku tidak bereaksi menerima sentuhan kilatnya yang samar di pipiku, namun dengan sangat jelas dapat kurasakan hangat menjalar ke seluruh tubuh. Setelah berkata begitu, Lily mengulum senyum. Astaga, dia benar-benar sangat manis. Aku bisa menatapnya sepanjang malam, tapi kalau aku terlalu sering menatap wajahnya mungkin aku akan terkena diabetes.

Uh oke, kau sangat menggelikan Harry.

Kami saling bertukar cengiran, sesaat setelah aku menggodanya karena ia mengetahui panggilan yang sering dilontarkan Lou. Dan lihatlah! Dia sangat menggemaskan dengan wajah yang bersemu merah dan aku berusaha keras melawan keinginan untuk mencium dan merengkuh wajahnya ke dalam pelukanku. Lily pasti marah kalau aku berani melakukannya. Jadi, dengan tenang aku menahan kedua tanganku di sisi tubuh.

Entah mengapa, aku merasa senang jika berdekatan dengannya. Padahal aku dan Lily baru bertemu, bahkan belum genap seminggu dari pertemuan pertama kami. Aku baru pertama kali ini bertemu dengan seorang gadis biasa yang berlaku sangat normal, yang tidak berteriak ketika melihatku, dan mengejutkannya bisa dengan mudahnya melingkupiku dengan kenyamanan.

Dia tidak melakukan apapun, dia hanya ada disitu dan menarik perhatianku. Membuatku berpikir kenapa hal konyol semacam ini terjadi padaku? Sulit dipercaya. Kuakui aku belum pernah, yah setidaknya seingatku, bertemu dengan gadis semacam ini dalam semua kebetulan diantara kami yang jika masih bisa dibilang kebetulan.

Malam itu, sebuah kesadaran menyergapku. Entah apa yang akan terjadi setelah ini. Tepatnya, setelah aku bertemu dengannya. Mungkin perasaanku hanya bertahan sementara, atau bisa jadi untuk selamanya. Sulit memutuskan ketika kami berdiri bersisian, menatap langit penuh cahaya seakan malam tak akan pernah habis.

Tapi yang kutahu, sekarang aku mulai menyukainya dan aku ingin mengenalnya lebih dari apapun. Aku ingin mengetahui setiap detail tentang dirinya, apa yang ia suka, apa yang ia benci, apa yang menjadi mimpi-mimpi terliarnya.

Malam ini aku sadar, dibawah kembang api yang gemerlapan, aku mulai menyukai gadis manis yang telah menabrak dan memberikanku segelas javachip sebagai gantinya. Dan siapa sangka kami bisa berhubungan sampai saat ini?

Lily melipat kedua lengannya dengan kepala mendongak ke atas. Matanya berbinar-binar. Mungkin ia merasa jika diperhikan karena kepalanya berputar menghadapku, alisnya mengkerut dan ia berujar galak.

"Apasih yang kau lihat? Pertunjukannya ada diatas kepalamu, bukan di wajahku."

Aku mendengus kecil. Bagaimana bisa aku menyukai gadis sepertinya? Tanpa aba-aba. Tanpa dapat kukendalikan.

P.S:

pendek ya chapternya? Sengaja dibikin pendek daripada feelnya malah ga dapet? Yakan? Agak susah nulis harry's pov tp semoga kalian merasa puas ye.

Keep vomments guys!! I really need your comments so much you know is a b s o l u t e l y important to the next chapter. Jangan baca doang terus ditinggal ya, kasih feedbacknya ya x :)

Where Do Broken Hearts Go?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang