10. - Adorkable or Adorable

1K 78 17
                                    

Jantungku langsung berdegup diluar kontrol dengan konyolnya. Aku melempar senyum tipis yang kuyakini tidak mungkin terlihat olehnya dan kembali menarik Kaylie.

"What are you trying to do? Lookout, they're staring at us, i guess." Kaylie mulai menjerit kecil, ia menunjuk-nunjuk Harry dan yang lainnya dengan gerakan dagunya.

Oh, Tuhan. Apa semua fans mereka seperti ini? Tentu aku mengerti perasaan Kaylie tapi sumpah ini kelewat konyol. Mereka hanya One Direction. Bukan Dewa Yunani. Untung saja orang-orang yang melewati kami tidak memperhatikan.

Lalu, kulihat Harry melambaikan tangannya tinggi-tinggi. Alisku terangkat dan aku berbalik melihat siapa yang dimaksudnya. Tapi, tidak ada siapapun. Dan tanpa sadar, tanganku terangkat dan menunjuk diriku sendiri. Memastikan apakah yang dimaksudnya itu aku.

Harry mengangguk dan mengisyaratkan kami untuk kesana. Kaylie menjerit semakin kencang. Tapi aku ragu. Mereka sedang bekerja bukan? Apa yang akan kulakukan disana? Tidakkah menganggu?

Di kejauhan, Harry seperti sedang berbicara dengan seorang pria yang lebih tua. Dan kudengar Kaylie mengucapkan kata-kata Simon Cowell. Siapa itu? Manajer? Produser? Yang jelas bukan ayah Harry. Setahuku namanya bukan Simon.

Apa mereka diberi breaktime? Teman-temannya berjalan menuju kursi lipat dan saling mengoper minuman. Tapi Harry tidak bergabung dan justru berlari-lari kecil ke arahku dan Kaylie diikuti pandangan banyak orang disana. Terutama bandmatesnya.

Jantungku seperti meloncat entah kemana dan kegugupan menguasaiku dalam sekejap. Rasanya seperti ada ratusan kupu-kupu mendesak keluar dari perut.

Shit, tenanglah Lily. Kenapa jadi gugup? Ini hanya seorang Harry Styles. Kau bahkan sudah bertemu dengannya sebelum ini. Batinku dalam hati.

Aku menenangkan diri dan bersikap sewajarnya. Dalam sekejap, ia sudah berdiri di hadapanku dengan senyum lebar yang memabukkan. Apa disebelahku Kaylie masih hidup?

Sialan, jantungku masih berdebar terlalu kencang dan menyakitkan. Sialan, Harry Styles yang berdiri di depanku ini sangat mempesona. Apa setiap pemotretannya dia tampil begitu tampan? Oh ya, Lily tentu saja. Kemana saja kau selama ini?

"Hai, Lily. Kebetulan yang keberapa kali bertemu denganku lagi, hah?" Ia terkekeh dan melambaikan tangannya tepat di depan wajahku.

Aku mendengus. "Yeah, masa iya kebetulan bisa terjadi berkali-kali?"

Ia tertawa dan mengumbar lesung pipinya yang membuatku tak kuat. Aku bisa gila. Mengapa baru sadar kalau dia ganteng sekali? Harry memakai celana jeans hitam ketat dan kemeja polos putih yang dikeluarkan. Satu kancing atasnya terbuka dan terpasang dasi bergaris merah-biru.

"Wow, kau lihat? Bahkan baju kita serasi!" Harry menunjuk bajunya dan dressku bergantian. Tatapannya antara takjub dan heran.

"Lily mungkin bisa ikut pemotretan berhubung bajunya serasi dengan kalian." Kaylie menceletuk ringan sambil menendang pelan bootsku dengan gerakan bercanda.

Harry meliriknya dan tersenyum ramah. "Hey, whats your name young lady?"

Kaylie berdeham dan balas tersenyun manis. "Kaylie Anderson, sepupu Lily. Dan..." Kalimatnya menggantung di udara, seakan sedang memikirkan kelanjutan kalimat yang pas untuk diucapkan.

Harry mengangkat alis kanannya, "dan...?"

"Directioner!! Hehehehe." Kaylie mengacungkan jarinya membentuk huruf V. "Aku senang sekali bertemu denganmu, Harry."

"It's nice to meet you too." Harry mengangguk mengerti seakan sudah ribuan kali mendengar perkataan semacam itu dan setelah memberi Kaylie senyuman khasnya, mereka bersalaman. Lantas, Harry menatapku lagi.

Where Do Broken Hearts Go?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang