13.

663 76 17
                                    

Harry mengantarku pulang malam itu dan sampai sekarang, aku masih duduk dengan tangan bertopang ke dagu, melihat keluar jendela kamar yang kubiarkan terbuka. Kaylie tak banyak bertanya malam itu, ia melakukan aktifitasnya seperti biasa dan membiarkanku tenggelam dalam pikiranku sendiri.

Aku tak bisa melupakan senyum Harry Edward Styles yang selalu dihias lesung pipinya, mata hijaunya yang misterius, cengiran jenakanya dan tawanya yang menyenangkan untuk didengar.

Aku tahu pasti sekarang, aku sangat menyukainya. Banyak selebriti sekelas Cara Delevigne dan Taylor Swift yang dulu pernah jadi pacarnya, apalagi gadis biasa sepertiku kan?

Mustahil tidak menyukai seseorang sepertinya. Pemuda penuh pesona.

Mataku mengerjap dan tanganku langsung menepuk kedua pipi agar pikiranku kembali jernih. Ayolah, mengapa pikiranku selalu dipenuhi tentangnya?

Terdengar suara Kaylie yang seperti menahan tawa. Dengan cepat aku membalikkan badan dan mendapati sepupuku itu menyumpal mulutnya dengan segenggam keripik kentang. Aku menjawil ujung rambutnya.

"Apa? Kau tertawa?"

Kaylie menelan makanannya dan tersenyum lebar. "Looks like someone is falling in love tonight, yes?"

Aku menggeleng dengan mata terpejam, berusaha meredam semua bantahan yang ingin kulontarkan tapi itu akan percuma. Aku hanya menghela napas dan menyenyil kening Kaylie.

"Jangan sok tahu, Kay. Tidak seperti itu."

"Lalu seperti apa?"

"Seperti...teman biasa. Kau tahu? Dia artis dan penyanyi terkenal. The most wanted pula. Apa yang diharapkannya dariku?"

Kaylie tampak berpikir. Alisnya naik turun. "Mungkin, perubahan tipe? Aku belum pernah mengetahui Harry menyukai gadis pendiam sepertimu."

Aku hanya kembali menggeleng dan kembali menyandarkan kepalaku ke bingkai jendela. Menikmati semilir angin malam kota London. Ini malam terakhirku disini. Besok pagi, aku dan Kaylie serta Ibu akan kembali ke Detroit. Dan mungkin butuh waktu lama untuk kembali ke sini lagi, menunggu liburan panjang. Mungkin libur musim dingin. Entahlah.

Dan mungkin butuh waktu lama untuk kembali bertemu dengan Harry. Mungkin juga tidak karena bandnya sering bolak balik Inggris-Amerika. Apalagi kalau 1D mengadakan world tour, kota-kota di Amerika menempati daftar terbanyak. Aku jadi ingat beberapa bulan ke depan ada konser mereka di Detroit.

Mungkin aku harus membantu Kaylie membeli tiket konser.

***

"Sudah siap kopernya, Kay? Lily?"

"Ayo, kalian harus siap siap tiga puluh menit lagi pesawatnya take off. Kalau kalian check in, aku baru bisa pulang dengan tenang." Suara Bibi Diana dan Paman Richard terdengar silih berganti. Mengingatkan akan barang-barang kami, tiket pesawat dan sebagainya.

Sebelum check in dan meninggalkan pelataran bandara yang ramai, kami berpelukan. Kaylie memeluk kedua orangtuanya lama dan kemudian, aku pun memeluk Bibi dan Paman kesayanganku. Setelahnya, giliran Ibuku yang berpelukan dengan Bibi Diana dan mencium pipi kiri Richard.

Kami melambaikan tangan dan bergegas check in. Tanpa aba-aba, mataku melirik ke sudut bandara, tempat logo Starbucks terpasang besar. Tempat aku menabrak Harry Styles dan bertemu langsung dengannya pertama kali. Oh, Tuhan belum apa-apa aku kembali teringat tentang dirinya. Apa yang dilakukannya sekarang?

Where Do Broken Hearts Go?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang