Keluarga

3 4 0
                                    

○●○

⇎Happy reading⇎


Setelah ia merasa dirinya sudah cukup tenang, Langit kembali ke rumah, ia hari ini akan pergi bekerja, walaupun sebenarnya ia sift malam, namun tak apalah ia juga tak ada kerjaan.

Langit sampai di rumah ia langsung masuk ke kamarnya, tak memperdulikan ayahnya yang ada di sana.

Langit mengambil tas, yang biasa ia bawa saat kerja, setelah itu ia keluar dari kamar, Langit sedikit haus, ia menuju dapur untuk minum, dengan sekali tegukan.

"Mau kemana kamu?" Tanya ayahnya yang sedari tadi memperhatikan Langit, sepertinya ayahnya sudah sedikit membaik.

Langit tak menjawab, "Hey! Orang tua tanya itu di jawab, mau jadi anak durhaka kamu? Karena tak menjawab pertanyaan orang tua" Langit menoleh lalu tersenyum miring.

"Apa perdulimu pada ku?" Ucapan Langit membuat, ayahnya naik pitam, "Apa yang kau katakan hah?! Sopan kah kau bicara seperti itu?! Aku tak pernah mengajarimu seperti itu!" Langit terkekeh.

"Apakah pernah ayah mengajariku sopan santun?" Setelah itu ia pergi meninggalkan ayahnya yang terus memanggilnya.

"Maafkan aku bunda, aku tak bermaksud membuat ayah marah, aku lelah dengan semua tingkah laku ayah, maafkan aku" Ucap Langit sambil berlari.

Karena siftnya masih lama, sekitaran jam lima, Langit memutuskan untuk ke sungai, tempat favoritnya saat perasaannya sedang tidak baik.

.
.
.
.
.

Sesampainya di sana Langit sangat senang, air yang mengalir tenang, dan burung yang berkicau, yang menambah suasana tenang.

Namun atensi Langit mengarah ke seorang gadis yang duduk di pinggiran sungai, dari belakang Langit sudah tahu siapa gadis itu.

Langit menghampirinya, "Kamu kenapa, ada masalah?" Dia tersentak kaget, dan menoleh ke Langit, "Kok lo bisa ada di sini?" Langit tersenyum.

"Ini tempat kesukaan Langit, setiap Langit ada masalah pasti Langit kesini"

"Kalo Bulan ngapain disini? Ada masalah?" Bulan tak menjawab ia hanya menunduk, menatap dirinya yang terlihat di air.

"Kamu kalo ada masalah bilang aja, mungkin aku bisa bantu cari solusi" Bulan mendongak menatap Langit, yang tersenyum ke arahnya.

Flashback

Brak..

"KAMU HARUS HORMAT PADA MAMA DAN KAKAK MU, MEREKA JUGA BAGIAN DARI KITA!!" Bulan tersentak kaget, saat papanya menggebrak meja makan.

Bulan berdiri dari duduknya, "Buat apa aku harus hormat kepada, orang yang sudah merebut semua kebahagiaanku?" Bulan melirik ke kakak, dan mamanya– maksudnya mama tirinya yang paling jahat.g

"Maksud lo apa bilang kayak gitu hah?! Siapa yang merebut kebahagiaan lo?!" Bulan tertawa renyah, "Kalian gak tahu, atau pura-pura gak tahu?"

"Maksud kamu apa berbicara sepert-"

"APA?! PAPA MAU BELA MEREKA SILAKAN! BULAN GAK NGELARANG, PAPA LEBIH SAYANG MEREKA KETIMBANG BULAN, SETELAH PAPA MENIKAH DENGAN WANITA JALANG INI, PAPA UDAH GAK SAYANG SAMA BULAN LAGI–"

Plak!..

"JAGA UCAPAN MU! SIAPA YANG KAU MAKSUD WANITA JALANG HAH?! SEJAK MEREKA MASUK DI KELUARGA KITA–"

"Keluarga kita lengkap kembali seperti dulu, dan itu membuat papa senang, dan bahagia mereka membangkitkan, semangat papa yang telah hilang, JADI JANGAN PERNAH MENYALAHKAN MEREKA!" Lanjut papa Bulan.

Prok prok...

Bulan bertepuk tangan lalu, menyilang kan tangannya di depan dada, "Papa bahagia jika mereka ada di sini?" Papanya mengangguk, "Lalu apakah papa pernah berpikir, apakah Bulan bahagia?" Papanya tak menjawab.

"Enggak kan, papa lebih mementingkan diri sendiri, dari pada anaknya, papa pikir dengan memberi Bulan keluarga baru, Bulan bahagia? Jawabannya enggak! Bulan semakin sengsara jika ada di sini!"

"Sudahlah! Bulan tak ingin berbicara lagi, Bulan lelah berbicara dengan kalian, karena sampai kapanpun kalian tak akan mengerti!" Lalu setelah itu Bulan pergi ke luar.

Flashback off


✨🦋

⇏TBC⇍

Lanjut or stop?
Jangan lupa vote☆→★
Ok! Byeee
See you next chapter ✌️








The MoonSkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang