Sebuah pena terjatuh dari sang pemilik dimeja kerjanya. Sang pemilik itu seperti kehilangan kesadaran atas apa yang ia pegang tadi, karena tiba-tiba melamun. Kim Taehyung, pemilik pena itu yang memang merasa resah beberapa tahun ini. Kembali rasa sesak menguar dalam dadanya karena kesakitan yang ia alami. Karena penolakan wanita yang amat dicintainya, ia terusik pada memory yang tersimpan rapi dalam ingatannya.
"Tuan, sebaiknya anda ke Gwangju sekarang. Nona Kim akan segera melahirkan."
"Syukurlah.. Ini adalah sebuah keajaiban. Meskipun dokter telah memvonis bahwa dia tidak akan lahir, tapi Tuhan berkehendak lain. Dia terlahir sempurna."
"Sohyun, dia cantik sekali. Apa kau sudah menyiapkan nama untuknya?"
"Yoon Aera."
Taehyung meremas jemarinya, menghela nafasnya kasar lalu menoleh kearah lain. Kejadian enam tahun lalu, laporan dari Zitao, ucapan Yoona yang penuh kagum, pertanyaan ibunya, dan jawaban Sohyun. Kembali menyakitinya. Kenapa wanita itu tidak memberitahunya bahwa dia sudah melahirkan putri mereka.
"Selamat sore Tuan Kim, apa kau ingat kau harus pulang sekarang?" tanya Yuri sambil tersenyum.
"Aku masih ingin disini, kau pulanglah lebih dulu." jawab Taehyung sekenanya, Yuri menghembuskan nafasnya kasar.
"Besok weekend Taehyung, apa kau ingin pergi bersamaku melihat keponakanku yang cantik itu di Gwangju?" Taehyung tersenyum dipaksakan.
"Tidak! Minggu ini aku tidak bisa kesana." Yuri menggeleng tak mengerti, dia pun menghempaskan tubuhnya duduk di kursi dihadapan Taehyung.
"Kau masih marah pada Sohyun karena dia tidak memberitahumu untuk datang ke sekolah Aera?" Taehyung hanya diam "Oh… Demi Tuhan Taehyung, kau sungguh kekanakan!" Hardik Yuri sambil memukul meja Taehyung.
"Kenapa akhir-akhir ini kau sering mengomeliku?"
"Apa itu jawaban yang aku butuhkan?" Taehyung memalingkan wajahnya.
"Hanya karena Sohyun kau merajuk seperti ini, pikirkan Aera. Gadis mungil itu pasti rindu padamu." Taehyung diam tampak berpikir.
"Baiklah jika itu maumu, ada titipan untuknya?" Taehyung masih diam.
"Ya sudah jika tidak ada." Yuri langsung berjalan begitu saja, ia tahu Taehyung tak akan memanggilnya. Membiarkan lelaki itu berpikir mungkin lebih baik daripada mendebatnya.
***
Sedari tadi Sohyun tak berhenti tersenyum sambil melakukan aktivitasnya menyiapkan pesanan. Pandangannya tak pernah lepas dari sosok mungil yang berada beberapa meter dari tempatnya. Sosok mungil nan cantik dan berambut panjang hampir sepinggang itu adalah putrinya.
Tak berapa lama Sohyun pun berjalan menghampiri Aera yang duduk di kursi meja pelanggan. Menjelang sore, kedai mereka pun menjadi sepi. Pandangan Aera saat ini tak pernah lepas dari objeknya, gadis itu tengah memperhatikan anak yang lebih tua satu tahun darinya. Sedang memainkan benda canggih bernama tablet bersama ibunya yang sedang menyuapinya makan.
"Sayang?" usapan tangan Sohyun dibahu Aera, membuat gadis mungil itu sedikit terkejut. Sohyun tersenyum, melihat putrinya "Kau ingin itu?"
"Ya, Eomma."
"Eomma akan membelikannya untukmu, tapi tidak sekarang tak apakan?" Aera mengangguk tersenyum, Sohyun langsung memeluk putrinya. "Halmeoni sedang tidak sehat, kita harus segera pulang." Sohyun membimbing putrinya untuk turun dari kursinya, ia ingin menutup kedai itu setelah beberapa pengunjung disana menghabiskan makanan mereka.
***
Setelah sampai rumah, Aera terus bergelayut pada neneknya. Setelah Sohyun menjemputnya di sekolah, ia memang langsung ke kedai lagi. Karena hari ini sepenuhnya dia yang menjaga kedai itu, kedai yang merupakan aset mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dia selalu menolak bantuan yang Taehyung berikan padanya, karena dia merasa tidak berhak meski ada Aera sebagai kewajiban lelaki itu. Tapi Sohyun selalu bersikeras agar Taehyung melepaskan tanggung jawab. Dari awal sebelum mereka benar- benar berpisah, ia memang tak ingin lelaki itu merasa terbebani karena hadirnya Aera ditengah-tengah mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT
RandomKumpulan cerita pendek. Disclaimer : Ini hanya cerita fiktif dan hanya untuk hiburan semata.