Hari-hari telah berganti, tak terasa Kimi sudah seminggu mulai bersekolah. Tak seperti hari pertama, Kimi tidak pernah terlambat lagi karna ia tidak mau berurusan dengan OSIS. Saat hendak memasuki koridor sekolah, sepatu Kimi ternyata bolong membuat Kimi berhenti berjalan dan memeriksanya.
“Hai Kim!” Sapa seseorang sambil merangkul Kimi dari belakang.
Kimi sontak beranjak dan melihat orang itu.“Eh Odi.” Balasannya dengan senyum tipis.
“Yuk ke kelas.” Ajak Odi yang masih merangkul Kimi.
Kimi dan Odi memang semakin dekat tiap harinya. Odi itu sangat pemalu, dia tidak pandai berbicara dengan orang asing yang membuatnya sulit memiliki teman. Namun saat bersama Kimi, Odi merasa sangat nyaman. Baru pertama kali Odi memiliki seorang teman seunik dan sesederhana Kimi. Kimi juga merasa nyaman dengan Odi, karna Odi berteman tidak memandang material. Meskipun terasa sekali perbedaan kasta bagi Kimi, tetapi Odi berusaha untuk menyesuaikan Kimi.
Sesampainya di kelas, tiba-tiba sekelompok anak OSIS memasuki kelas mereka, salah satunya ialah Sahi. Sahi mengintai kelas dan langsung menemukan keberadaan Kimi yang duduk di barisan belakang dengan Odi.
Oh di sini kelas lo. Batin Sahi.
“Teman-teman mohon perhatiannya.” Teriak Sahi.
“Karena minggu depan sekolah SMA Garuda 1 berulang tahun, kami akan membuat perlombaan yang di mana setiap kelas harus mengikuti perlombaan ini.”
“Perlombaan yang kami maksud ada dua. Yang pertama lomba menghias kelas dengan tema 'Birthday Party' dan yang kedua perfoming art perwakilan masing-masing kelas.”
“Kalo ada yang mau ditanya saya persilakan atau kalian bisa Direct Message ke akun OSIS ya.” Lanjut sahi yang melirik Kimi.
Kimi sama sekali tidak melihat ke arah anak OSIS. Ia hanya menidurkan kepalanya di meja karena lelah membagi waktu sekolah dan bekerja. Berbeda dengan Kimi, Odi justru memperhatikan terlebih lagi kepada Sahi.
“Kim.” Senggol Odi.
“Kim. Woi bangun.”
“Apasi.” Jawab Kimi dengan malas.
“Ada perfoming art Kim! Gue mau tampil ah.”
“Lo mau tampil apa?”
“Nyanyi.” Jawabnya dengan senyum lebar.
“Bisa lo nyanyi?” Ledek Kimi.
“Gue belom pernah nunjukin ya?”
"Ehem emm em.” Lanjutnya berdehem menarik napas.
Kimi hanya memperhatikan tingkah Odi dengan senyum tipisnya. Saat Odi hendak bernyanyi, terdengar suara langkah kaki mendekat.
“Bisa ga perhatiin orang yang lagi ngomong di depan, Kimi Laney Alaska.” Tegur Sahi.
Kimi dan Odi melirik ke pria jutek itu.
“Segitu pentingnya gue sampe harus merhatiin elo, Sahi Januar? Gue punya kuping, gue denger.” Jawab Kimi sembari melihat name tag di baju Sahi.
Kimi sebenarnya sedikit terkejut Sahi mengingat nama lengkapnya.
“Apa? Ga seneng?” Lanjutnya bertatapan dengan Sahi.
“Emmm maaf ya kak, maaf.” Sela Odi dengan senyum canggung melihat keduanya.
“Bukannya lo tau kata maaf?.” Tanya Sahi pada Kimi yang mengingat kejadian di hari petama.
“Maaf.” Jawab Kimi yang tidak mau ambil pusing.
“Udah Kim udah.” Senggol Odi.
Kimi memalingkan wajahnya dari Sahi dan dilanjut menidurkan kepalanya. Anak OSIS dan anak kelas terkejut dengan jawaban Kimi kepada Sahi, pasalnya tidak pernah ada yang berani pada Sahi yang dikenal tegas. Tidak seperti biasanya, Sahi hanya tersenyum tipis dengan jawaban Kimi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
JugendliteraturKimi, gadis cantik yang sampai kini masih mencari kebahagiaan dihidupnya. Hidup di tengah-tengah orang kaya, tak membuat dia terganggu. Sampai lelaki badboy dan lelaki jutek memasuki kehidupan Kimi. Akankah Kimi dapat menemukan kebahagian yang ia c...