7

1 0 0
                                    

Hari-hari pun berlalu, hingga tiba hari dimana perlombaan sekolah mulai. Kimi mendapat peran menghias kelas dengan membuat mural ditembok kelas menggunakan cat. Ia pun membawa perlengkapan melukisnya ke sekolah mulai dari kuas kecil hingga palet cat.
Dengan tangan yang terbilang penuh, ia turun dari bus sambil berlalri kecil memasuki sekolah. Namun karna terlalu terbubu-buru Kimi hampir tertabrak motor yang hendak memasuki gerbang di arah berlawanan.

AAAKKKKKKK. Terikanya

Dengan cepat pengendara motor itu mengerem motornya.

“Buta ya mata lo!” teriak pengendara itu yang ternyata adalah Hojun sambil melepas helm.

“Enak ajaaa! Lo kali yang buta.” Saut Kimi.

“Bawa motor ko kaya di sirkuit balap!”

“Hei hei udah udah!” Ucap Sahi yang melihat keributan di gerbang sekolah berusaha menisahkan keduanya.

“Dia duluan tuh! Bukannya minta maaf atau nanyain keadaan gue kek, malah ngatain gue buta.” Jawab Kimi.

“Emang yang masuk gerbang sini motor dia doang apa, hati-hati dong!” lanjutnya.

“Bawel!” Ketus Hojun sambil pergi membawa motornya ke parkiran meninggalkan Kimi dan Sahi.

Kimi yang melihat Hojun pergi rasanya ingin sekali menendangnya karena tangannya penuh. Sahi yang melihat Kimi hanya tersenyum tipis.

“Lo gapapa?” Ucap Sahi.

Kimi baru tersadar kalau masih ada Sahi didekatnya.

“Gapapa.” Jawabnya dengan canggung.

Sahi yang melihat tangan Kimi penuh berusaha membantu Kimi membawa barangnya.

“Eh eh ngapain?” tanya Kimi.

Tanpa tergubris Sahi tetap membawa barang-barang Kimi.  Kimi hanya pasrah mengikuti langkah kaki Sahi.

“Jadi lo yang bakal bikin mural di kelas lo?” tanya Sahi sambil menyamai Langkah Kimi agar ia tak tertinggal.

“Iya, kenapa mau ngeledek?”

“Dih jelek ya pikiran lu tentang gua.”

“Harus selalu waspada kalo ada di lingkungan orang kaya. Makanya gua hati-hati.”

“Hati-hati kok malah seudzon. Dan perlu lu inget, gua bukan orang kaya.”

“Ya yaa, terserah.”

“Bukannya lo panitia acara ya? Kok lo santai-santai aja disini?” tanya Kimi.

“Siapa si yang berani marahin gua?” jawab Sahi.

“Ketua osis.”

“Oiya ada jabatan yang lebih tinggi dari gua ya.” Jawabnya terkekeh.

Begitulah percakapan mereka, tanpa mereka sadari seisi sekolah termasuk Hojun menatap kebersamaan mereka itu. Para siswa terheran bagaimana seorang Sahi yang sangat dingin itu bisa tersenyum cerah saat bersama Kimi. Hingga mereka sampai di depan kelas Kimi.

“Sini barang gue.” Ucap Kimi sambil mengambil barang ditangan Sahi.

“Makasih ya.” Lanjutnya dengan senyum.

“Good luck lukis muralnya.” Ucap Sahi sambil mengusap tipis kepala Kimi.

Kimi diam mematung, terkejut dengan perlakuan Sahi tersebut.

“Ih apaan si.” Ucap Kimi tipis sambil mengelak kepalanya.

Sahi hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan Kimi. Kemudian Kimi memasuki kelas dan langsung bekerja sama membuat konsep mural dengan teman kelas tentunya bersama Odi.

Sari, orang yang memiliki perasaan terhadap Sahi ternyata melihat kebersamaan Kimi dan Sahi tadi. Ia merasa marah pada Kimi karena selama ini Sahi tidak pernah sedikit pun tersenyum kepadanya. Saat Kimi hampir selesai membuat muralnya di kelas, Sari tiba-tiba masuk. Ia membasuhi tangannya dengan cat hitam milik Kimi lalu membalikkan badan Kimi menghadapnya, kemudian ia melumuri wajah dan seragam Kimi dengan cat ditangannya.

“Inget yaa, lo itu miskin, jadi jangan bertingkah di sekolah ini!” Tekan Sari.

Odi yang sedari tadi berada di samping Kimi, sangat terkejut apalagi Kimi yang menjadi korban.

“Heh, siapa lo?!” Teriak Odi menarik Sari untuk menjauh dari Kimi.

Keributan ini menimbulkan rasa penasaran siswa lain dan dijadikan tontonan oleh mereka.

“Bilangin sama temen lo itu, bergaul tuh sama yang setara kek dia!” Ucap Sari menunjuk-nunjuk Kimi yang masih terdiam shock.

“Gila ya! Apa hak lo ngomong kaya gitu?! Hah?!” Balas Odi.

“Sekarang lo pergi dari sini! Pergi!” Lanjutnya mengusir Sari.

“Lo liat ya nanti!” Ucap Sari yang kini menunjuk Odi lalu pergi keluar kelas.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang