Awalnya Furqon hanya meminjam satu baju tapi Aisyah memberinya dua baju karena tak tahu ukuran yang pas untuk Alena. Selain itu, Aisyah juga memberikan dua hijab berwarna senada dengan baju.
"Kamu menyusahkan aku saja."
Furqon meletakkan kantong kresek hitam berisi pakain dari Aisyah di hadapan Alena.
"Apa itu?"
"Baju. Pinjam punya Aisyah."
"Apa kamu bilang?! Pinjam baju?"
Seumur hidup Alena tidak pernah memakai baju orang lain. Apalagi meminjam.
"Tidak usah banyak bicara. Aku tidak mungkin membawamu keluar untuk mencari baju dengan pakain serta dandanan kamu yang seperti itu."
"Memangnya kenapa? Ada yang salah dengan baju serta dandananku?"
"Tentu saja salah. Tidak usah banyak bicara lagi. Pakai itu dan kita pergi ke pasar. Beli baju yang layak."
"Baju ini, baju mahal. Harganya lebih mahal dari kandang yang kamu sewa ini."
"Kandang?"
"Iya. Memang kamu pikir ini apa? Rumah? Kumuh dan sempit."
"Kalau kamu tidak mau tinggal di sini, lebih baik sekarang kamu pulang!"
Furqon mengambil tas Alena dan melemparkannya ke teras. Ia kesal karena Alena selalu mencela apa yang sudah ia usahakan untuk membantunya."
"Kamu gila! Apa yang kamu lakukan?!"
Sontak Alena berteriak cukup keras karena tas itu adalah tas kesayangannya yang harganya bisa untuk membeli sebuah rumah di kota.
"Kamu yang gila dan menyusahkan. Harusnya aku meninggalkan kamu di tengah jalan."
"Keterlaluan."
Alena marah, ia mendekati Furqon dan menjambak rambutnya menggunakan tangan kiri dan tangan kanan ia gunakan untuk memukuli dada Furqon.
"Dasar tak waras." Furqon mendorong Alena menjauh darinya.
Furqon mendadak migren melihat tingkah laku Alena yang bar-bar. Ia juga mengucapkan amit-amit ribuan kali, supaya nanti saat ia menikah, ia tak mendapatkan istri sejenis Alena.
"Aku mau pergi. Aku marah sama kamu!"
Alena berjalan cepat mengambil tasnya yang tergeletak di teras lalu pergi. Meski ia tak yakin harus lewat jalan yang mana. Namun, ia tetap nekad untuk pergi. Ia sudah tak tahan lagi dengan sikap Furqon yang tidak ada lembut-lembutnya sama sekali dengan wanita.
Alena juga merasa sangat heran. Kenapa Furqon tidak seperti pria-pria yang sering ia temui. Biasanya para pria itu sangat mudah Alena manfaatkan dan dijadikan pesuruh cuma-cuma dengan mengandalkan kecantikannya. Namun, Furqon? Pria itu sangat sulit untuk dikendalikan.
"Menyebalkan!" teriak Alena untuk melampiaskan kekesalannya.
"Ada apa?" Alena berhenti dan melihat ke belakang.
"Aku ingin pulang."
Alena tak asing dengan wajah pria itu, tadi pagi ia melihatnya.
"Kamu mau pulang ke tempat Furqon?"
"Jangan sebut nama pria menyebalkan itu. Aku sungguh kesal padanya."
"Maafkan aku, aku tidak tahu."
"Siapa namamu? Apa kamu bisa antar aku pulang?"
"Aku Umar. Aku bisa saja mengantar kamu tapi aku tidak bisa tanpa izin Furqon."
Umar tidak mau membuat masalah, ia ingat wanita itu adalah wanita yang ia lihat tadi pagi bersama Furqon. Ia tak mau di tuduh yang macam-macam lagi.
Apalagi masalahnya dengan Furqon belum benar-benar selesai. Bisa-bisa Furqon mengamuk dan menghajarnya.
"Kenapa sebut nama pria itu lagi! Aku ingin pulang, jadi antar aku sekarang juga."
Alena meraih lengan Umar dan menggandengnya. Ia takut jatuh karena jalannya tak rata dan banyak kerikil, belum lagi tanah yang basah terkena guyuran bekas cucian warga sekitar.
"Astagfirullah, jangan seperti itu."
Umar tak biasa berdekatan dengan wanita lain. Ia hanya dekat dengan Aisyah dan Minah dulu. Aisyah mantan kekasihnya yang masih ia cintai sampai saat ini dan Minah, mantan istrinya yang terpaksa ia nikahi.
"Lalu bagaimana? Aku bisa jatuh jika tidak berpegangan." Alena mempererat pegangannya.
"Astagfirullah, tolong lepaskan." Umar berusaha untuk melepaskan diri dari.
"Umar?"
Dadang yang baru saja pulang keliling berjualan sayur, terkejut melihat Umar bersama wanita yang datang dengan Furqon tadi pagi.
"Mang Dadang."
Umar rasanya tak enak, ia takut akan menjadi fitnah setelah ini. Ia benar-benar menyesal karena telah menanyakan keadaan wanita aneh ini tadi. Seharusnya ia abaikan saja saat mendengar teriakannya.
***
240323
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisyah Kafi ( After Married 2)
RomanceKafi berpikir hidupnya akan damai dan sejahtera saat sudah bisa bersatu dengan Aisyah namun nyatanya mempertahankan hubungan jauh lebih sulit daripada saat meraihnya. Kafi merasa lelah dan terkadang ingin menyerah saat masalah demi masalah datang me...