Tujuh

190 28 21
                                    

Alena sebal karena Furqon terlalu frontal tanpa di saring saat bicara.

Alena tahu kalau apa yang ia lakukan salah, ia juga tak ingin menjadi istri kedua tapi semua demi bertahan hidup dan membuktikan kepada orang-orang yang pernah menghinanya.

"Kenapa ekspresi wajah kalian seperti itu?"

Alena protes karena mereka menatap dirinya seolah-olah apa yang telah ia lakukan adalah hal yang sangat tak wajar. Padahal menurutnya semua itu adalah hal biasa. Banyak terjadi di sekitar apalagi di kampung.

"Sekarang aku tahu alasan kamu berdandan seperti ondel-ondel."

"Mas."

Meski Aisyah tahu, apa yang dilakukan Alena salah. Namun, bukan berarti bisa di hina seenaknya. Semua yang di perbuat oleh seseorang pasti ada sebabnya. Ia tak mau menghakimi Alena begitu saja.

"Lalu bagaimana dia bisa ikut denganmu? Apa sudah berhasil atau malah gagal lalu kabur?"

"Aku tidak seperti yang Furqon katakan. Aku tidak menyingkirkan istri pertama suamiku, aku tidak melakukan kejahatan atau pembunuhan yang mengerikan. Meski pernah sih, aku membuangnya ke batas desa ini."

"Apa?!" Kafi dan Aisyah kembali terkejut. Alena benar-benar wanita yang mengerikan.

"Tenang saja, istri pertama suamiku masih hidup. Semua gara-gara dia!" Alena menatap kesal pada Furqon.

"Harusnya kamu berterima kasih padaku. Andai aku tidak datang kamu bisa jadi tersangka dan masuk penjara."

Furqon balik menatap Alena, menurutnya Alena harus berterima kasih pada dirinya karena tidak membongkar kejahatannya di hadapan suaminya.

"Hal itu tidak mungkin terjadi. Aku sudah mempersiapkan rencana sebaik mungkin dan semua berantakan karena kamu. Kamu membawa wanita itu kembali dan mengacaukan segalanya."

"Dasar wanita tidak tahu terima kasih!" Furqon benar-benar kesal dengan sikap Alena. "Kamu pikir polisi itu bodoh? Kamu pikir suami kamu itu bodoh? Mereka pasti tidak akan tinggal diam, mereka akan mengusut dan mencari jejak atas menghilangkannya Nyonya Shania."

"Tidak usah sebut-sebut nama wanita itu."

Alena marah dan ingin menjambak Furqon. Namun, Furqon sudah menghindar terlebih dahulu.

"Sudah-sudah, cukup!"

Kafi berusaha untuk menengahi, ia tak mau rumahnya menjadi arena pertandingan. Ia juga tak mau membuat Latifah yang ada di gendongannya terbangun dan melihat kekacauan orang dewasa.

Alena dan Furqon saling buang muka satu sama lain. Semua merasa benar dan tidak mau mengalah. Meski kenyataannya, mereka berdua salah.

Alena salah karena memiliki niat jahat dan Furqon salah karena membantu menutupi kejahatan Alena.

"Lalu kenapa bisa ada di sini?" Aisyah masih penasaran dengan alasan Alena sampai bisa ada di sini. Ia ingin mendengar langsung dari Alena.

"Aku mencoba untuk menggertak suamiku, supaya dia mau menceraikan istri pertamanya."

"Astagfirullah, kamu tidak boleh seperti itu. Apa yang kamu lakukan sudah termasuk dosa besar."

"Aku tidak peduli, aku ingin menjadi wanita satu-satunya di kehidupan suamiku."

"Harusnya kamu sadar diri. Apa kamu sudah pantas disebut sebagai seorang wanita?"

Kafi mencibir Alena. Meski ia sendiri bukan orang baik tapi ia berusaha untuk menjadi lebih baik. Ia juga berusaha menjadi suami yang baik.

"Tuan Bram pasti bisa berpikir, istri mana yang terbaik. Aku yakin, dia tidak akan mencarimu. Jadi dengan kata lain, pelarian kamu saat ini percuma."

Furqon menyampaikan apa yang ada di otaknya. Ia yakin Bosnya pasti tahu mana yang terbaik dan mana yang tulus baginya.

"Tidak ada yang sia-sia. Semua ini baru dijalankan, tak lama lagi dia pasti mencariku."

"Aku berani bertaruh. Dia tidak akan mungkin mencarimu."

"Kenapa kamu bisa seyakin itu? Bukankah kamu bisa melihat, selama ini dia sangat peduli dan tergila-gila padaku?"

"Aku yakin karena dia belum sampai sini padahal hari sudah menjelang malam."

"Dia tidak tahu, aku berada di sini. Jika dia tahu, dia pasti sudah menjemputku kemari."

"Heh, kamu bodoh atau bagaimana? Tuan Bram pasti tahu, kemana kamu pergi. Tuan Bram tahu dimana aku tinggal."

Alena terdiam, apa yang dikatakan Furqon benar. Bram pasti tahu, dimana ia berada sekarang. Dia juga pasti tahu, ia pergi bersama Furqon. Memikirkan itu semua, kepala Alena serasa mau pecah. Ia tak mau apa yang sudah ia lakukan selama ini berakhir sia-sia atas kecerobohannya.

"Lalu apa yang kamu lakukan jika suamimu tak kunjung datang untuk menjemputmu?" Aisyah bertanya.

"Apa yang akan aku lakukan?"

Alena balik bertanya karena ia juga tidak tahu, apa yang harus ia lakukan jika hal itu benar-benar terjadi. Ia tak mungkin kembali mengejar-ngejar Bram dan ia juga tak mungkin tinggal bersama Furqon untuk selamanya di kampung ini.

****
270323

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aisyah Kafi ( After Married 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang