Lautan [END]

296 24 12
                                    

Sepenggal kisah sebelum tragedi: Naufal Saddam

   Anak ini berbaur dengan Pak Kepala Desa yang tengah asyik menonton berita. Tidak lupa cangklong menemaninya.

   Naufal buka suara. "Lihatlah, berita-berita lokal menyiarkan peristiwa dari terkecil hingga besar, tapi tidak berlaku di desa kita. Para wartawan tidak ada yang meliput disintegrasi sering kali terjadi disini, contohnya saja, seperti tawuran waktu itu, padahal hingga menghilangkan 3 nyawa."

   Pak Kades manggut-manggut.

   "Mungkin sekalipun desa ini hancur, tidak akan tertera di topik koran, breaking news atau semacamnya," sambung Naufal.

   Percakapan kecil seperti ini tidak hanya terjadi sekali dua kali. Remaja ini terus mendekat, masuk kedalam lingkaran orang tua itu. Di lain hari ketika ia mengerjakan tugas bersama Zara, sempat berbincang sewaktu Pak Kepala Desa menghampiri.

   "Apa yang kalian kerjakan?"

   "Ini, Yah, soal legalisasi ganja di berbagai belahan dunia, sebenarnya kita punya kesempatan mengubah, tapi si Naufal sialan ini, memilih tetap, sekarang kita menjadi tim pro, sepertinya dia suka sekali jika daun itu legal di sini, pasti hobinya nyabu!" cerocos Zara, ia kesal bukan kepalang. Dua pria itu terbahak-bahak.

   "Bukan begitu, Pak, masalahnya, hampir semua kelompok memilih kontra, bahkan kubu sekelas Aryo dan Januar."

   "Jadi, bagaimana menurutmu, Fal?" tanya si pria tua.

   Naufal termenung sejenak. "Kalau dipikir-pikir, hal ini bisa menjadi sesuatu yang berguna untuk perkembangan ekonomi maupun medis, mungkin saja, bukan masalah asalkan pengelolaan juga penyebarannya bijak." Ia terdiam. "Bob marley saja ada di tim pro, menurutnya ganja bagian penting spiritual rastafari yang identik dengan musik reggae-nya, setahuku kurang lebih begitu." Naufal mengalihkan atensi pada Zara yang kini menatap sinis kearahnya. Ia menaik turunkan alis, menggoda teman perempuannya.

   "Dasar, pola pikir pria!"

***

   Selain sering datang ke rumah, Naufal tak jarang duduk santai di ruang Pak Kepala Desa. Dering telepon kabel merisak. Karena orang tua itu tidak ada, jadilah ia menjawab.

   "Halo?"

   "Bagaimana ini, Pak, manusia di depan saya sekarang ini benar-benar menolak untuk menjual wilayahnya itu!"

   "Maaf, ini Naufal, bapak sedang ada urusan."

   "Oh, Naufal, jadi bagaimana, Fal?"

   "Tidak tahu lah aku, ya sudah biarkan, kalian pulang saja, nanti bicarakan lagi sama Pak Kepala Desa."

   Tepat saat telepon tertutup, Pak Kades masuk ruangan. "Siapa, Fal?"

   Remaja ini menggedikkan kepala, mengangkat bahu. Ia konsentrasi membaca buku yang membuat orang tua tersebut tertarik. "Baca apa, Fal?"

   "Tentang genosida yang terjadi pada masa-masa perang dulu."

   Pria itu terdiam, raut berpikir terlihat. Naufal mengintip ekspresinya dari balik buku. Remaja itu menyeringai.

***

   Di dalam penjara, dengan ruang temaram, lima anak remaja ini melingkar, berbincang-bincang.

   "Kal, Van," panggil Januar tiba-tiba. Adik-adiknya menoleh, serius mendengarkan.

   "Mau punya ayah tiri, gak?" Keduanya melirik sinis. Naufal dan Cho terpingkal sampai perut kaku.

Utopia 2014 || The Prologue [End]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang