• addicted •

1K 127 14
                                    

Yoongi menutup kelasnya setelah hampir dua setengah jam mengajar. "Oke, sampai di sini kelas. See next time," ucap Yoongi mengakhiri kelas. Mahasiswa mulai berhamburan ke luar kelas satu per satu.

"Tae, kantin, yuk?" ajak Hoseok. Ia lapar dan butuh tenaga. Taehyung menyetujuinya.

"Kim Taehyung." Namun panggilan dari Yoongi mengurungkan niat keduanya untuk segera keluar kelas. Sebagian mahasiswi perempuan begitu penasaran.

"Ya, Pak?"

"Bisa bantu saya bawakan buku-buku tugas ini ke ruangan saya?" Dari sekian orang yang ada di kelas ini kenapa Taehyung? Kenapa?

"Kenapa saya, Pak?" Padahal yang cewek banyak yang mau asal Yoongi yang suruh.

"Karena kamu gampang dimanfaatin," jawab Yoongi singkat, "cepat bawakan." Yoongi keluar kelas lebih dulu. Hoseok terkekeh karena Taehyung lagi-lagi kena sialnya.

"Jangan ketawa lo," sungut Taehyung sambil dengan ogah-ogahan mengambil buku-buku tugas itu dan membawanya ke  ruangan Yoongi. Taehyung melirik tajam ke arah Yoongi yang menunggunya di luar sambil bersilang dada.

Di belakang Yoongi diam-diam tersenyum ketika mendengar Taehyung mendumel karena dimintai tolong olehnya. Tepat di depan pintu ruangan, Yoongi sigap membukakan pintu untuk Taehyung masuk. 

Bruk!

Taehyung mendengus dengan bibir mengerucut, menatap sinis ke arah Yoongi yang kini duduk dengan tenang di kursinya.

"Udah, ya, Pak. Saya mau ijin keluar," pamit Taehyung sambil putar badan.

"Kamu nggak bisa keluar lho. Pintunya aku kunci, tuh."

"Yoongi, apa-apaan?" Taehyung sebel. Yoongi yang sekarang gemar menjahilinya.

"Kalo mau keluar, ambil sendiri kuncinya," kata Yoongi sambil memainkan kunci pintu itu di depan wajah Taehyung, sebelum menaruhnya ke dalam kantong celana.

Taehyung menggeram. Ia menghampiri Yoongi. "Yoongi, please ...." Taehyung menjulurkan tangannya, wajahnya dibuat semelas mungkin. Tapi Yoongi mana luluh, muka Taehyung 'kan kalo dibuat melas begitu malah makin keliatan lucu. Duh, ke mana aja Yoongi selama ini. Suaminya ganteng, lucu dan bikin gemes gini.

"Yoongi jangan bercanda! Lo aneh banget, sumpah," sungut Taehyung. Alis Yoongi menukik tajam, namun ia memilih diam. Menunggu reaksi Taehyung. Entah apa yang dipikirkan Taehyung, Yoongi penasaran. "Yoongi, kasih kuncinya nggak? Kalo nggak—"

"Kalo nggak, apa?" potong Yoongi menantang. Taehyung menghela napas, mengepal tangannya, sebelum dengan berani mendudukan dirinya dipangkuan Yoongi.

"Lo yang minta, ya!" Setelah itu bibir Taehyung memagut bibir Yoongi. Yoongi membiarkan Taehyung yang memimpin ciuman itu, sebelum akhirnya Taehyung pula lah yang mengakhirinya. Yoongi terkekeh, kedua tangannya memegang lembut pinggang ramping Taehyung, sebelum tangan kirinya menarik tengkuk Taehyung untuk ia pagut kembali bibir manis itu.

"Mmmph!" Gila. Taehyung tidak pernah bertindak segila ini di dalam hidupnya, bahkan untuk debaran riuh yang saat ini jantungnya ia rasakan. Perasaan asing yang Taehyung akui ia sangat menyukainya. Yah, Taehyung akui ia kalah. Taehyung akui ia mulai jatuh cinta dengan dosennya ini, suaminya.

Dan untuk Yoongi, ia pikir ia tidak akan sanggup lagi mencintai orang lain lagi setelah kejadian buruknya beberapa tahun lalu. Tapi, Taehyung membuktikannya, bahwa dengan pernikahan yang semula tanpa cinta kini bisa bersemi kembali. Dan Yoongi beruntung, orang itu adalah Taehyung, suaminya.

Ciuman terlepas. Keduanya terengah, namun senyum lebar di wajah Taehyung dengan tangannya yang memegang sebuah kunci menjadi pertanda bahwa sesi kencan singkat mereka harus berakhir.

...

"Buset, lo nolongin pak Yoongi aja lama banget, Tae," gerutu Hoseok ketika Taehyung menghampirinya di kantin. Taehyung meringis singkat sembari meminta maaf karena membuat Hoseok menunggu lama.

"Sorry, deh, sorry. Pak Yoongi rese banget, masa gue disuruh ngerapiin rak bukunya sih. Gila nggak tuh," bohong Taehyung. Hoseok sih percaya-percaya aja.

"Kirain gue lo di apa-apain sama dia," canda Hoseok.

"Anjrit, lo!" 

Keduanya asyik makan sesekali ngobrol sambil bercanda. Jungkook datang menghampiri mereka dengan wajah ditekuk masam.

"Capek banget jadi anak teknik," kata Jungkook. Kepalanya ia senderkan di bahu Hoseok berharap dapat tepukan sayang, eh berakhir dapet geplakan maut. Dasar nggak peka!

"Capek mah nikah aja, Kook," sahut Taehyung bercanda.

"Boleh juga itu idenya," kata Jungkook melirik Hoseok yang sibuk habiskan makan siangnya. "Tapi doi nggak peka nih. Gimana dong?" tanyanya. Taehyung tertawa sambil mengangkat bahu.

"Gimana, Seok?"

"Enak. Lo mau coba, Jung?" Jungkook mendecak. Hoseok bingung.

Taehyung menunggu Yoongi di dekat halte kampus. Iya, menunggu. Suaminya itu memberi kabar lewat pesan singkat bahwa hari ini Taehyung harus pulang bersamanya. Taehyung mendengus, sebab yang ditunggu tak kunjung tiba. Hampir saja kantuk menyerang andai saja suara klakson dari mobil Audi hitam kepunyaan Yoongi tak membangunkan Taehyung.

Taehyung mendengus, sementara dari balik kaca jendela Yoongi terkekeh. Taehyung dengan hati-hati masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengaman, sementara Yoongi menjalankan mobilnya perlahan.

"Kita mau ke mana sih, Mas?"

Settt!

Taehyung terkejut sebab Yoongi mendadak menginjak rem. "Gi! Anjir, gue masih pengen idup. Lo kenapa sih?" Dada Taehyung kembang kempis, takut.

Yoongi bergeming sembari menatap Taehyung. "Tadi kamu panggil aku apa?"

"Hah? Apa? Panggil apa?"

"Yang tadi, Taehyung."

"Yang mana?" tanya Taehyung terkikik kecil, sebab melihat wajah Yoongi kini berubah masam. "Yang manggil Mas?"

Yoongi mendengus lalu menjalankan mobilnya kembali, sementara Taehyung masih terkekeh. "Mas Yoongi marah? Mas? Ngambek?" ledeknya dengan tubuh mencondong ke arah Yoongi.

Cup!

"Diem, sayang." Satu kecupan sukses membuat Taehyung merona parah.

Mas DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang