" Bukan, Yah. Gadis ini namanya Jelita, tadi hampir menjadi korban pelecehan. Kebetulan Zicko lewat dan Zicko tolong dia," jelas Zicko yang tiba-tiba muncul dari balik tubuh ayahnya.
" Ini Ta, pakai. Kata ibu air panasnya sudah Ibu taruh di dalam kamar mandi. Ayo, biar aku antar ke kamar mandi," ajak Zicko.
"Oh, kalau begitu silahkan, Nak . Anggap seperti rumah sendiri," laki-laki paruh baya itu mengulas senyum ramah yang langsung disambut Lita dengan senyuman dan anggukan.
Lita lalu mengikuti Zicko ke arah kamar mandi belakang. Saat gadis itu melewati dapur, mata Lita tanpa sengaja bersitatap dengan ibu Zicko.
Agak canggung tapi wanita itu begitu ramah, ia langsung memberi kode kepada Lita untuk menunggu, dan berlari ke arah kamarnya.
"Maaf ya, Lita. Ibu memang suka begitu. Sepertinya senang sekali jika ada yang mampir ke rumah kami. Kedua kakakku sudah menikah, dan hanya aku yang masih melajang sampai saat ini, jadi rumah kami jarang kedatangan tamu apalagi perempuan."
Zicko tersenyum malu-malu. Sebenarnya ia segan untuk menceritakan kondisi rumahnya saat ini, apalagi kepada perempuan yang baru beberapa kali ia temui.
Tapi, entah mengapa ketika ia berbicara dengan Lita, ia merasa nyaman dan sepertinya sudah sering berbincang dengan gadis berambut panjang itu.
"Emh, nggak apa, Kak. Aku malah senang. Sekali lagi terima kasih banyak ya, Kak. Kalau tidak ada kakak mungkin malam ini...,"
"Sudah-sudah, Lita. Jangan di ingat lagi. Itu Ibu sudah datang, sebaiknya nanti kamu segera mandi, ya. Biar nggak masuk angin," Zicko tanpa sadar menepuk bahu Lita dan melenggang pergi ke arah depan.
"Maaf lama, Lita. Ini baju ganti. Ini belum ibu pakai loh. Ibu rasa cukup buat kamu," wanita itu lalu mengulurkan tangannya dan menyerahkan satu setel baju tidur untuk Jelita.
"Terima kasih ibu, besok kalau sudah saya cuci dan baju ini kering, akan segera saya kembalikan ya, Bu," ujar Lita sebelum masuk kamar mandi.
"Dah, itu untuk kamu saja,"
"Tapi, Bu,"
"Sudah, mandi sana. Nanti kamu masuk angin."
Lita lalu masuk menuruti perintah wanita yang masih terlihat cantik di usia yang sudah tidak muda lagi itu.
Ia lalu melepas satu persatu pakaiannya yang kotor. Membasuh tubuhnya yang berkulit putih dengan air hangat yang begitu menyegarkan tubuhnya.
Tanpa terasa air mata jatuh satu persatu di sudut pipinya. Teringat bagaimana nasibnya malam ini yang sangat beruntung karena kebaikan dari Zicko, pemuda tampan berambut perak yang telah menolongnya dari ganasnya orang-orang berwajah c*bul dan berotak m*sum tadi.
Lita merasa sangat berhutang budi, ia lalu menyeka air matanya dan membersihkan tubuhnya dari kotoran dan tanah yang sempat menempel karena pergumulan tadi.
Setelah selesai mandi, Lita pun mendapati Zicko telah bertukar pakaian.
Takut-takut mendekati Zicko dan kedua orang tuanya yang saat itu sedang berkumpul di ruang makan.
Aroma sop menguar seantero ruangan, membuat Lita meremas perutnya yang terasa lapar, sejak ia keluar dari toko ia belum makan apapun.
"Ayo, Lita, sini bergabung bersama kami. Kebetulan ibu masak sop. Pas untuk dinikmati di udara dingin seperti ini," wanita paruh baya itu melambai, mengajak Lita untuk ikut bergabung bersama mereka.
Gadis itu mengangguk pelan. Ia kemudian melangkah ke arah keluarga kecil itu dan duduk di samping Zicko.
Zicko lalu dengan telaten mengambilkan Lita nasi dan mengambilkan semangkuk sop untuknya.
Ibu dan ayahnya saling pandang, senyum-senyum melihat perlakuan Zicko yang sangat manis kepada Lita.
"Ayo, Ta. Jangan sungkan," ucap Zicko seraya menaruh segelas air putih di samping mangkuk sop.
Lita mengangguk dan mulai menyuap makanan di hadapannya. Sop ayam, bercampur wortel dan sayur kubis juga kentang di potong dadu.
Malam itu, Lita merasa sangat bahagia. Merasa jika dirinya mempunyai keluarga yang utuh.
Tanpa sadar bulir bening merembes di sudut matanya, namun langsung Ia seka. Rasanya ia ingin waktu berhenti saat itu juga, agar ia bisa lebih lama merasakan kehangatan sebuah keluarga, yang entah kapan bisa ia rasakan lagi.
***
Di taman tadi, di mana dua laki-laki masih terkapar di bawah pohon dan minimnya cahaya, seorang wanita berpakaian serba hitam dan jubah yang berkelebat tiba-tiba muncul dari balik sinar putih seperti kilat." Bodoh! padahal kalian itu adalah antek-antekku yang sudah aku persiapkan sejak dulu!"
"Hanya seorang perempuan kecil. Seharusnya bisa dengan mudah kalian lenyapkan, tapi kenapa wanita itu malah lolos, dan kalian yang babak belur seperti ini!" geram wanita berbibir merah dengan mata yang berkilat marah, menatap tajam ke dua antek-anteknya yang berusaha bangkit dengan luka-luka di wajah dan lebam di dada.
" Ma--maaf, Ndoro. Ampuni kami," dua orang itu menyeret tubuh mereka dan bersimpuh di kaki wanita itu, meminta ampun.
" Cih, kalian sudah tahu konsekuensi yang akan kalian dapati jika kalian gagal melakukan tugas ini. Aku akan tetap pada pendirianku," wanita itu lalu menarik sesuatu dari balik jubahnya dan mengangkat tangannya, hingga benda itu terlihat begitu bersinar. Sebuah pedang panjang yang berkilat meski di keremangan malam.
" Ampun Ndoro Dewi. Kami mohon berikan kami kesempatan kedua, kami akan segera melenyapkan anak dari wanita itu," mereka memohon sembari mengangkat kedua tangan, tubuh mereka bergetar menahan takut, tapi wanita itu seperti tidak terpengaruh, dan tetap pada pendiriannya.
" Tidak ada kata maaf dalam kamusku. Orang-orang yang bersalah harus tetap mati di tanganku. Jika kalian tidak mampu, maka aku sendiri yang akan melenyapkan wanita itu,"
Jder!
Bertepatan dengan suara gemuruh yang terdengar sangat lantang dan kilatan cahaya di langit malam, wanita itu menggerakkan tangannya dan menyabet pedang ke arah leher kedua orang itu hingga kepala mereka putus bersamaan.
Hanya dalam sekejap, dua kepala itu jatuh ke tanah dengan tubuh yang masih bersimpuh di hadapannya.
Bukan itu saja. Tubuh dan kepala itu tiba-tiba saja terbakar dan hanya hitungan detik menjadi abu tanpa sisa.
Senyum jahat membingkai di wajah cantik itu. Tangannya mengepal dan dengan lirih ia bergumam.
" Aku akan meminum da*ah anakmu, Resti, dan membangkitkan jiwa Abiseka yang saat ini masih tertidur di dalam raga laki-laki itu,"
"Kali ini, Aku yang akan mendapatkan hati Abiseka. Aku yang akan menjadi kekasihnya, dan aku akan balas dendam, karena dirimu, aku diusir dari istana,"
"Keturunanmu tidak akan bahagia. Karena aku akan segera memb*nuhnya!"
"Anakmu yang akan merasakan perihnya balas dendam, sakit hati seorang wanita kerajaan yang di buang sia-sia!"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Jin Penunggu Cincin 2
Mystery / ThrillerKehidupan keturunan Resti yang dicintai dua manusia super yang bersatu dengan jiwa Ahool dan juga Abiseka. Siapakah yang nantinya gadis itu pilih? Ahool atau Abiseka?