part 11

359 24 5
                                    

Zicko lagi-lagi hanya bisa termenung. "Kamu siapa? Pangeran Ahool siapa?"

"Saya Baskoro, Pangeran. Dan, Pangeran Ahool adalan Anda,"

"Hah? aku?"

"Tidak-tidak, jangan bercanda. Aku ini cuma manusia bia--,"

"Kamu bukan manusia biasa. Di dalam tubuhmu ada jiwa Pangeran yang sudah menyatu dalam ragamu dan tidak bisa di pisahkan lagi. Mana ada manusia yang punya kekuatan super sepertimu. Coba pikirkan," sela sosok bernama Baskoro itu.

Pemuda berambut perak itu terdiam beberapa saat, menelaah ucapan lelaki berjas di hadapannya.

Ia tak menampik ucapan laki-laki itu yang ia rasa benar adanya. Zicko memilih untuk berbalik dan melangkah ke arah ranjang dan mendaratkan tubuhnya di sana, lalu menoleh dan menggamit kedua tangannya.

"Aku bingung. Aku sama sekali tidak mengingat aku ini siapa, apa ini ada hubungannya dengan gadis di dalam mimpi yang mirip Nara itu?" Ia bertanya pada laki-laki itu dengan alis yang menaut.

"Ya, Pangeran benar sekali. Itu alam bawah sadar Pangeran yang berusaha untuk mengingat kembali kenangan-kenangan bersama Resti, orang tua Nara, wanita yang sangat Pangeran cintai," jelasnya seraya mendekat ke arah Zicko dan duduk di kursi kerja pemuda bermata hazel tersebut.

"Hmhh, sekarang semua tampak nyata bagiku. Pantaslah aku selalu bermimpi tentang wanita itu dan merasa pernah mengenalnya," gumam Zicko pada dirinya sendiri.

"Benar, Pangeran, tapi bukan ini permasalahannya. Pangeran  sekarang sangat di butuhkan istana. Dewi Nagini dan Dewi Sekarwangi kini berusaha untuk menyerang, akibat dari sakit hati pada Pangeran Abiseka dan juga Raja," ungkap Baskoro.

"Siapa lagi Abiseka? Nagini? Sekarwangi?" Zicko menautkan alisnya. Semakin ia mengorek, semakin banyak teka-teki yang harus ia pecahkan.

"Abiseka itu anak Raja dari Permaisuri, kakak Pangeran, sedangkan Pangeran adalah anak dari selir, Dewi Nagini,"

"Wajah kalian juga mirip. Suatu saat Pangeran pasti bisa bertemu dengan dirinya,"

"Dulu, kalian berdua memperebutkan Resti, dan tidak ada yang mendapatkannya, kalian bertiga akhirnya terbakar saat gas di rumah Resti meledak," terang Baskoro.

Zicko mendengarkan dengan seksama. Berarti mimpi yang ia alami selama ini sebenarnya adalah sebuah kenyataan?

Ia bisa mengingat dengan jelas saat-saat mereka terbakar bersama dan merasakan panasnya jilatan api yang menyentuh kulitnya.

"Jadi ... sekarang aku harus apa? bukankah aku sudah tidak ada urusan lagi dengan kerajaan?"

"Pangeran ... saat ini istana sedang membutuhkan Pangeran. Rakyat yang akan menjadi korban. Ratu Nagini hanya bisa di kalahkan oleh Pangeran, karena Pangeran adalah anak satu-satunya dan memiliki darah darinya, itu kelemahan wanita itu, Pangeran,"

"A--aku... harus membunuh ibu kandungku sendiri? bagaimana mungkin!" Zicko menatap kesal ke arah Baskoro, ia benar-benar tidak mengerti apa yang di inginkan makhluk itu padanya.

"Bukan begitu, Pangeran ... tapi hanya Pangeran yang bisa melumpuhkan kekuatan Dewi Nagini. Pangeran harus membantu kami, Pangeran. Kami mohon ... tolonglah kami," mohon Baskoro seraya menggeser tubuhnya dan duduk bersimpuh di hadapan Zicko.

"Baik-baik, oke, aku bantu. Sekarang aku harus apa?" Zicko beranjak dan menarik tubuh lelaki itu, mendudukkannya kembali ke tempat semula.

"Ikutlah ke Alas Roban bersamaku, Pangeran. Hanya di sana goa yang merupakan jalan untuk kita pulang, selain di cincin yang kini tak tahu di mana keberadaannya," kata lelaki yang masih tampak gagah meski tidak muda lagi itu.

"Alas Roban? Banyuwangi? itu jauh," keluh Zicko seraya menggaruk kepalanya.

"Tidak pangeran, dengan kekuatan saya, saya akan membawa pangeran hanya dalam waktu beberapa menit saja ke alas Roban. Asal Pangeran mengatakan setuju, maka saya akan membawa pangeran ke sana,"

Zicko menatapnya ragu, tapi kemudian ia mengangguk setuju. "Baiklah, tapi dengan satu syarat. Apakah kamu bisa membuat keluargaku tidak khawatir dengan kepergianku?"

"Tentu bisa pangeran, saya akan menjamin seluruh keluarga Pangeran tidak akan pernah mengingat kepergian Pangeran ini, saya akan membuat mereka lupa dan berpikir pangeran sedang pergi menginap di rumah saudara,"

"Bagus, kalau begitu kapan kita akan pergi?" tantang Zicko kemudian.

"Besok, kita akan pergi besok,"

"Oke, aku setuju,"

***
"Sudah Non, ga usah di beresin. Non Nara pasti capek. Istirahat saja," seru seseorang di luar sana, saat Nara sedang membereskan kamar yang berukuran 2x3 meter, hanya berisi lemari kayu tua dan ranjang ukuran nomor 3.

"Udah Mbok, Mbok santai aja sambil minum teh. Biarin Nara beresin kamar, biar nanti Mbok tidurnya nyenyak," sahut Nara seraya menatap lemari kayu itu lekat.

Entah kenapa, ia sangat penasaran dengan lemari kayu itu, ingin membukanya dan melihat apa sebenarnya yang ada di lemari itu, sehingga hatinya tergelitik untuk membukanya.

Perlahan tapi pasti Nara mendekat, jemari lentiknya menyentuh permukaan kayu yang tidak rata karena sebagian sudah dimakan rayap dan juga berdebu.

" Sebenarnya apa yang ada di dalam lemari ini? kenapa aku begitu penasaran dan ingin mengetahui isinya?" Ia bermonolog.

Di dera rasa penasaran yang teramat sangat, Nara menarik gagang lemari yang ternyata tidak terkunci.

Dag-dig-dug!

Ritme detak jantung Nara meningkat saat tangannya menarik pintu lemari dan sebagian apa yang ada di dalam mulai terlihat.

Ia menghembuskan nafas lega saat pintu terbuka sempurna dan tidak ada benda aneh di sana. Hanya tumpukkan baju yang sebagian tidak terlipat sempurna.

"Syukurlah hanya perasaanku saja," ucap Nara seraya menarik tumpukan baju paling atas yang terlihat berantakan, bermaksud untuk merapikannya di lantai.

Namun, saat ia menarik tumpukan baju itu tiba-tiba ...

Bunyi benda berdenting mengalihkan perhatiannya. Ia sempat terjingkat dan refleks menatap ke arah lantai, di mana ia melihat sebuah cincin bermata biru jatuh tepat di dekat kaki kirinya.

Gadis itu kemudian tertunduk, hendak meraih benda itu. Ia menjumput cincin itu dan menatapnya dengan seksama.

Pujian terlontar begitu saja dari mulutnya saat melihat cincin bermata biru yang berkilau dan terlihat indah itu.

"Wow, cantik sekali cincinnya. Selama ini aku tidak pernah tahu Mbok Desi menyembunyikan cincin seindah ini," gumamnya seraya menggosok mata cincin itu, karena terdapat sedikit tanah di sela-sela kerangka cincin dan batu.

Awalnya tidak terjadi apa-apa, tapi beberapa menit kemudian, ia merasakan hawa disekitar kamar itu memanas dan membuatnya gerah.

Bukan itu saja, entah datang dari mana, asap masuk ke dalam kamar itu, awalnya asap itu tipis, seperti asap rokok tapi tidak berbau sama sekali.

Namun, hanya dalam beberapa detik saja asap itu berubah menjadi asap yang tebal dengan aroma kembang kantil yang teramat pekat.

Nara mulai ketakutan, dan merasa ada yang tidak beres dengan tempat itu.

Cincin itu tiba-tiba terlepas dari tangannya, saat Nara berusaha keluar dari dalam kamar, tapi kemudian...





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jin Penunggu Cincin 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang