part 2

925 90 35
                                    

Bismillah

Jin Penunggu Cincin(season 2)

part 2

Jelita menyeka keringat yang jatuh satu persatu di anak rambutnya. Buku Ia genggam di tangan lainnya. Sinar matahari yang begitu menyengat siang itu menerpa kulit putihnya, dengan sigap Ia mengarahkan salah satu buku untuk menutupi kepalanya.

Lita lalu mengayun langkahnya untuk pergi ke toko roti, bekerja seperti biasa.

Dengan semangat membara, Ia menaiki salah satu bus setelah menunggu tak lebih dari lima menit lamanya.

Lita menghela napas, sedikit lelah, tapi gadis itu selalu mensugesti dirinya untuk selalu semangat menjalani hari-hari yang terasa berat baginya.

Ia menyandarkan tubuhnya dan menatap ke arah jalan, lalu lalang kendaraan dan berbagai aktifitas orang-orang terekam jelas di otaknya.

Dan, pada saat matanya tiba-tiba saja tertumpu pada seorang ibu yang menggendong anak kecil menyusuri jalan sembari menengadahkan tangan.

Meski hanya selintas, gadis itu merasakan hatinya yang tiba-tiba pedih dan ingin menangis.

Kerinduannya pada sosok Ibu membuatnya begitu iri pada bocah kecil yang berada di gendongan.

Walaupun berada dalam kesusahan, Ibu itu terlihat sangat mengasihi dan melindungi anaknya. Terbukti dengan Ia yang menutupi kepala anaknya agar tidak tersengat matahari yang begitu teriknya.

"Bagaimana rupa ibupun Aku tidak tahu," keluh Lita sembari melepas napas kasar.

Ia memalingkan pandangan pada buku yang kini berada di pangkuannya. Bulir bening jatuh menimpa cover yang di lapisi sampul plastik.

Ya, Lita menangis siang itu. Iri begitu merasuki hatinya. Jika saja Ia bisa melihat ibunya, pasti Ia tak akan sesedih ini. Setidaknya Ia tahu bagaimana wajah ibunya yang sudah tiada.

Ia hanya mendengar jika parasnya amat serupa dengan almarhumah ibunya. Tidak ada foto karena semua terbakar termasuk dengan ibunya yang jadi korban.

Tangan kasar Lita yang dipaksa terus mencari nafkah dan bekerja keras itu menyapu pipinya.

"Semangat Ta, suatu saat pasti akan ada kebahagiaan," gumamnya sembari mengulas senyum getir di wajahnya.

Ia tak ingin terus bersedih. Ia yakin suatu hari nanti akan hadir kebahagiaan untuknya.

Gadis itu akhirnya turun dari bus dan seperti biasa melangkah dengan riang ke arah toko tempatnya bekerja.

Sebelum sampai di toko, tiba-tiba Ia melihat kilatan cahaya seperti petir yang sontak membuatnya menghentikan langkah karena keterkejutannya.

Bagaimana bisa ada petir di siang bolong dan matahari yang sedang terik-teriknya?

Ia menggeleng pelan dan kembali melanjutkan langkah ke arah toko roti yang hanya tinggal beberapa meter dari tempatnya berdiri.

Gadis itu menepiskan rasa herannya dan memasuki toko yang sudah mulai ramai pembeli.

"Lita," panggil seseorang di balik etalase roti yang berjejer rapi dan menggugah selera.

Gadis itu menggangguk dan melangkah ke arah gadis yang memanggilnya.

"Maaf telat, Dita, aku ganti pakaian dulu ya," ujar Lita seraya melangkah menjauhi gadis tadi.

Ia memasuki ruangan khusus karyawan dan mengganti pakaian dengan seragam kasus karyawan toko roti tersebut.

Setelah mengganti pakaiannya Lita menyisir rambutnya dan  mengikatnya. Sedikit memoles bibirnya dengan lipstik yang lebih terang dan menyapu wajahnya dengan bedak padat yang ia bawa.

Jin Penunggu Cincin 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang