Jim rasakan pening ketika ia membuka mata, ia lirik seisi ruangan dimana ada Minji yang menunggunya dengan wajah sedikit gelisah,Jim tak sadarkan diri hampir 1 hari penuh, dari malam kemarin dan kini ia bangun di waktu malam
"Jim, kau baik-baik saja?" Sejujurnya Minji sangat khawatir namun dia tak ingin menunjukan bagaimana wajah geMinjihnya,
"Kepala ku sedikit pusing, " Jim berucap dengan tangan mengusap kepalanya sendiri, Minji membantu Jim untuk duduk dan bersandar didashboard.
"Apa yang terjadi ? Kenapa kau bisa ada dikamarku dalam keadaan telanjang? Dan juga kau sangat sulit ku bangunkan, kau tau? Aku menunggumu bangun hampir 4 jam lamanya. " Minji duduk disamping Jim,
"Aku tidak ingat," Jim berucap mencoba mengingat apa yang terjadi,
"Hah...jika begitu mandilah, aku akan memasakan bubur untukmu, mungkin kau pingsan karna kelelahan?" Minji berucap menduga, ia sudah begitu lega saat melihat Jim sadar, dia segera berdiri untuk memasak,
Jim menghela nafas ketika Minji sudah pergi, ia mencoba mengingat kenapa dia bisa tak sadarkan diri? Dan juga kepalanya terasa begitu pening, ia perlahan turun dari ranjang Minji lantas segera mandi untuk menjernihkan semuanya.
20 menit berlalu, Jim keluar kamar dengan handuk membalut pinggang sampai lututnya, ia lihat kasur Minji masih berantakan, Jim berjalan untuk menarik selimut dan merapihkan kasur Minji. Ya. Meski pemalas Jim hanya ingin mengurangi rasa lelah Minji.
"Jim, kau sudah selesai?" Minji memasuki Kamar Menatap Jim yang hendak menarik selimut,
"Aku akan merapihkan kasurmu dulu" Minji berjalan mendekat dan melihat Jim menarik selimut lantas menampilkan sprai putih yang terdapat darah disana.
"Darah apa ini?" Minji dan Jim berucap bersamaan,
"Aku sedang tidak haid, dan aku juga tidak tidur dirumah semalam" Jim terdiam atas penuturan Minji,
Jim perhatikan darah yang terdapat di sprai itu, ia juga melihat Noda putih. Dan ia tau benar jika Noda putih ini adalah sperma. Dia tau karna Jai memberitahunya saat itu,
"Oh god!!!! Jennie!" Jim menepuk keningnya dengan keras dengan wajah terkaget ketika ingatannya perlahan datang,
"Jennie? Apa mak- ahhh tunggu dulu, jangan bilang darah ini adalah darah kegadisan Jennie..." Minji berucap sedikit lemah, ia tatap Jim, yang terlihat gugup,
"Minji-ya, aku meniduri Jennie semalam disini," Minji spontan menampar sang kaka begitu sangat keras, membuat Jim meringis pedih.
"Kenapa kaau lakukan itu Bodoh! Ibu akan kecewa mendengar nya, apalagi kau bercinta dirumah saat semua orang tidak ada! Apa kau ingin menjadi seorang bajingan Jim? Ah. Tidak, tapi kau sudah menjadi Bajingan!!?!" Minji memukul-mukul Jim yang hanya diam, namun Minji terhenti ketika Jim menahan kedua tangannya,
"Tenanglah Minji! Aku tau aku begitu salah akan hal ini! Aku tau, aku akan menceritakan semua padamu kenapa aku bisa senekat ini, jadi kumohon tenanglah" Minji mendengus kesal, ia sungguh emosi.
Jim menghela nafas lantas ia ajak Minji untuk duduk bersampingan di tepi ranjang, dengan perlahan Jim menceritakan semuanya dan juga apa yang Jennie katakan di Jeju dan diruang seni dihari lalu.
"Aku masih ingat ketika dia berkata, jika hal ini bisa membebaskanku. Tidulah bersamaku malam ini dan ambil lah semuanya. Minji aku bahkan tak mengerti, tapi dia selalu meembuatku untuk menidurinya, hingga malam kemarin aku tak bisa lagi menahan, maafkan aku telah mengecewakan mu Minji" Jim berucap wajah begitu rapuh,
Ini pertama kalinya Minji melihat Jim yang begitu kebingungan, Dia pun baru mengetahui Jika hubungan Jim dan Jennie begitu Rumit, lebih tepatnya Jennie yang penuh Misteri, Minji mengerti akan keadaan Jim,