"PAAA! PAPAAAA!"Haechan segera tersentak ketika ia mendengar suara teriakkan khas milik anaknya. Ia bangun dari tidurnya, meringis pelan melepaskan mulut milik Mark yang masih setia menyusu pada putingnya, sialan seperti bayi saja.
"Mark! Bangun! Mark! Bangun dan pakai bajumu!" Haechan membangunkan pria itu dengan gelagapan sebelum dirinya sendiri sibuk menilik ke kanan dan kiri mencari keberadaan pakaiannya. Berita buruk, pakaian mereka masih berserakan di ruang karaokenya, sedangkan semalam pada permainan entah ke berapa mereka memutuskan untuk pindah ke kamar dalam keadaan bertelanjang.
Frustasi, berlari ke arah lemari sambil menatap pintu kamarnya yang beruntung sekali dalam keadaan terkunci. Bahaya sekali karena Rora sering main masuk ke dalam kamar.
Kemarin malam ia sempat bertengkar dengan mantan suaminya, pria itu mendesak untuk membawa Rora selama satu hari guna melepas rindu karena sudah dua bulan ia menutup akses pria itu dari anak mereka. Ia memang jahat dan posesif terhadap putrinya, namun ini semata juga tak jauh dari kesalahan pria itu sendiri yang dulu sempat tak mengakui Rora sebagai anaknya. Pria terkutuk memang.
Kemarin perjanjian mereka buat, Rora akan ia biarkan ikut bersama pria itu selama kurang dari 24 jam, yang artinya baru nanti malam akan dipulangkan kembali padanya. Maka dari itu ia berani sekali membawa orang masuk ke dalam rumah, dan bahkan sampai melakukan tindakan ini, tanpa tahu jika kini paginya ternyata sang putri sudah kembali dan sedang meraung mencari keberadaannya.
"Sialan, tidak ada baju ganti untuk orang ini. Langsung aku sembunyikan saja!" Haechan sudah selesai berganti, hanya memakai kaos terusan bergambar shinchan yang memiliki panjang sampai di atas lutut. Ia berlari ke arah Mark yang masih setia bergelung di dalam selimut tanpa mengindahkan sedikitpun suara darinya.
"Mark! Bangun!"
"Unghh... Lima menit..."
"PAPA! KENAPA DIKUNCI! IHH PAPAAA!"
Haechan makin merasa frustasi saat Rora mulai brutal mendobrak pintunya sementara Mark masih begitu susah untuk ia bangunkan. Dalam keadaan setengah emosi, ia tampar cukup keras pipi anak itu.
"Mark! Ayolah, bangun!" Mengguncang bahunya, lalu hati sedikit bernapas lega ketika akhirnya mata itu mau terbuka. Tidak menunggu banyak waktu, ia tarik tangan tersebut lalu membawa dan menyeret Mark yang masih telanjang itu ke kamar mandinya. Dia bingung harus memilahkan pakaiannya yang mana, terlalu sulit mencari yang pas dengan ukuran Mark sementara kini dia sama sekali sudah tidak ada waktu.
Mengatur napas pelan.
"Kau di sini saja." Berdiri sambil memberi telunjuk pada Mark yang ia dudukkan di dalam bathtub-nya.
"Hum." Mark hanya angguk-angguk kepala lalu menguap. Ia pun tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi, kesadaran belum terkumpul secara keseluruhan namun Haechan sudah ribut sekali menariknya ke sini.
Tapi Haechan juga tak tega melihat Mark bertelanjang seutuhnya seperti itu, ia berbalik dan mengambil satu jubah mandinya dari dalam kabinet dan menyampirkannya di bahu milik Mark.
"Pakai." Perintah Haechan sedang ia sendiri mulai sibuk mencuci muka, hanya asal-asalan saja sebelum kemudian berlari kilat menuju ke pintu kamar.
"PAPAA-ih! Lama sekali!!" Rora mengeluarkan nada merajuk, wajahnya merah khas yang sedang marah sebelum kemudian menjatuhkan diri ke dalam pelukan sang papa.
"Kenapa cantik? Kenapa wajahnya nampak muram begitu?" Haechan membalas pelukan tersebut, dengan gerakan hati-hati ia membimbing Rora agar mereka menjauh dari area kamarnya, sejujurnya keadaan di dalam sangat berantakan dan itu sangat berbahaya sekali jika dilihat oleh putrinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PEACHY BE*CHY {MARKHYUCK}
FanfictionI'll take you home, my peachy. BxB Markhyuck olderHc Mpreg smut explicit age gap