Holiday

3.3K 98 2
                                    

Mark sedang membersihkan kamar ketika Haechan sedang mandi. Ia mengambil paperbag yang Haechan terima dari kawannya tadi. Ia seharusnya bisa bangun lebih awal agar bisa menguping secara seutuhnya pembicaraan kedua orang tersebut. Ada begitu banyak hal dalam kehidupan Haechan yang sangat ingin ia ketahui, dan bila ia bisa menguping lebih awal maka setidaknya ada informasi lain yang lebih dari sekadar bahwa Haechan punya koleksi dildo.

Bisa saja ada koleksi lain yang dimiliki oleh Haechan, dan Mark agak merutuki diri sendiri di mana belum sampai sedetik membahas soal dildo kini pikirannya telah berkelana membayangkan seberapa banyak koleksi mainan seks yang dimiliki oleh Haechan, seperti apa saja dan penasaran sekali dengan rupa-rupa ragam yang dimiliki.

"Pasti sangat seksi sekali jika dia sedang memuaskan diri dengan ragam koleksinya itu. Tidak hanya akan menjadi pemandangan erotis, tapi wah... Benar-benar akan sangat-aduuh!" Mark tersungkur ke depan begitu seseorang mendorong punggungnya. Ia tidak akan mengajukan protes sebab sudah tahu betul siapa pelakunya, Haechan.

"Senangnya bisa membuat seseorang harus mandi dua kali pagi ini." Ucap Mark sembari memberi senyum sumringah. Jika yang mendorongnya bukan Haechan maka besar kemungkinan dia akan bersungut marah sambil lempar umpatan, tapi jika dihadapkannya pada sosok ini, maka sudah jelas akan mendapat perlakuan yang berbeda darinya.

"Bicara apa kau tadi? Produktif sekali membayangkan hal kotor." Haechan menjemur handuk basahnya pada gantungan yang terletak di dekat jendela. Rambutnya sudah tidak terlalu basah, harus ekstra tenaga sekali untuk mengeringkannya karena Mark tidak memiliki pengering rambut.

"Jadi, selengkap apa koleksi mainan seksmu?" Mark berdiri di samping Haechan, tangannya terulur untuk bersandar pada jendela, memberi blokade agar Haechan tidak bisa pergi darinya.

Haechan menampar pipi Mark, hanya pelan dan lebih terasa seperti menepisnya agar wajah itu bisa berhenti pamer senyum menggelikan.

"Daripada membahas hal itu, aku beri tahu padamu jika sekarang aku lapar. Dan jika kau tidak berniat memberiku makan maka aku berpikir untuk keluar cari makan sendiri." Haechan mendorong bahu milik Mark yang menghalangi langkahnya, kemudia ia bergegas untuk mengsmbil ponsel serta dompet.

"Tidak perlu pusing, aku sudah pesan makan." Ia tarik tangan Haechan lalu ia bawa keluar.

Mark memiliki beranda samping rumah yang di mana itu langsung bertemu dengan pemandangan pantai. Tidak ada meja kursi, namun karena rumah ini bergaya anjungan sehingga mereka bisa mengulurkan kaki ke bawah sambil menikmati sarapan pagi mereka, nasi kotak dengan lauk pendamping daging sapi, telur, acar lobak, serta ia juga memesan buah dan minuman berperasa.

"Ini." Mark membukakan kotak nasi milik Haechan, membelas sumpitnya juga menusukkan sedotan pada gelas minumnya.

Haechan terlihat berpikir. Minggu ini karena dia terlalu sibuk pada pekerjaan, ia telah melewatkan semua sesi yoga dan pilatesnya bersama Jaemin. Ia tidak olahraga sama sekali, benar-benar waktu senggang ia pakai untuk tidur dan itupun biasanya hanya berkisar tiga atau empat saja. Soal suplai makanan, tidak buruk juga ia masih bisa memenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik. Tapi melihat makanan yang dipesankan oleh Mark, daging sapi itu, diperhitungkan bahwa itu bagian perut sapi. Bagian paling banyak lemak, dan jika tidak pada kualitas daging yang premium maka pasti kandungan lemaknya akan semakin bertambah bersamaan dengan seluruh minyak dan bumbu-saos yang ditambahkan. Minuman pun, haruskah pagi-pagi sekali mereka sudah menikmati minuman boba dengan campuran sirup dan susu yang penuh gula, semanis itu?

Haechan berniat untuk menikmati buah saja, ada pisang, melon dan kiwi. Namun bila ia melakukan itu, apakah terkesan kasar sudah menolak pemberian orang, lebih lagi tadi dirinya sendirilah yang mengajukan soal lapar dan ingin sarapan.

PEACHY BE*CHY {MARKHYUCK} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang