"Papa makan terus, tumben."Haechan menoleh, bola cokelat yang hendak ia masukkan ke dalam mulut menggantung dengan begitu saja ketika mendengarnya.
"Papa baru pulang, lelah sekali jadinya lapar." Ucap Haechan, mengendikkan bahu lalu memakan bola cokelatnya dengan acuh tak acuh.
"Ih, biasanya lebih baik makan buah atau nasi sekalian. Daripada makan camilan seperti itu, mana manis sekali lagi. Gulanya banyak lhooo~~" Rora tidak berniat melarang sang Papa melakukan itu. Dia hanya menirukan bagaimana Papanya gemar menegur dirinya saat ia sedang senang-senangnya menikmati camilannya. Katanya tidak boleh banyak-banyak, nanti bikin gigi sakit, mengenyangkan tapi cepat bikin lapar, gulanya banyak dan bisa membawa risiko sakit ini-itu.
"Tapi ini enak. Tak apa sesekali." Haechan tidak terlalu memikirkannya, ia menatap Rora dengan pandangan santai.
"Ya sudah, terserah Papa. Aku pergi keluar dengan temanku dulu, ya. Dadaaa!" Rora merunduk untuk mencium pipi yang masih membulat karena sedang sibuk mengunyah.
"Hati-hati, jangan pulang terlalu sore." Haechan melambai pada anaknya yang sudah lari senang keluar rumah, saat anaknya menoleh makin lebarlah senyum yang ia kembangkan pada anaknya.
Saat hari sudah menjelang sore, ternyata Rora pulang sedikit lebih awal dengan naik mobil milik Jaemin. Itu karena mereka tadi tidak sengaja bertemu saat baru keluar dari kafe, dan karen Jaemin ingin sekalian menemui Haechan maka ia tawarkan saja tumpangan pada bocah tersebut.
"Kak Jaemin mau ajak Papa ke tempat yoga? Aku jika ikut juga boleh tidak?" Rora bertanya dengan nada riang.
"Untuk hari ini tidak dulu. Papamu pasti menolak, dia baru pulang. Tapi nanti kapan-kapan jika mau ikut, tentu saja aku akan izinkan." Jaemin memberi ibu jarinya pada Rora.
Begitu masuk di dalam rumah, mereka segera disambut semerbak wangi vanili yang khas. Seseorang sedang membuat makanan manis pasti. Keduanya melangkah menuju ke dapur, dan lantas mendapati Haechan dengan apron, mata terpaku pada layar tablet, dan mulut sibuk mengunyah sesuatu.
"Kau sedang mencoba resep baru? Apa yang kau makan, bagi." Jaemin mendekati Haechan, dan mencari-cari apa yang sedang dimakan oleh kawannya.
"Brownise, itu masih ada beberapa potong." Haechan menunjuk dengan dagu.
"Aku buat bola-bola cokelat, rasanya enak sekali lalu aku mencari resepnya dan ingin buat sendiri." Imbuh Haechan.
Rora melangkah menyamping, mendekati Jaemin lalu kepala sedikit ia miringkan agar mudah berbisik pada kawan dekat papanya tersebut. Dia mau mengajaknya bergosip tapi dengan cara diam-diam.
"Papa aneh. Dia makan terus. Tadi pagi pulang-pulang kita sarapan bersama, habis itu belum dua jam dia sudah buka stok lemari jajananku." Seperti itu kira-kirq Rora mengajak Jaemin bergosip.
Jaemin menoleh, menatap Rora dengan sedikit terkejut. Berita ini jelas agak lain dari yang pernah ada, semua orang terdekat jelas tahu betapa sangat ketatnya Haechan soal porsi makan. Hitung-hitungan jumlah kalori, kadar gula, masalah protein yang harus dipenuhi. Maka dari itu saat mendengar bisikan dari Rora dia segera melayangkan tatapan terkejut, soalnya ini yang pertama kali. Beberapa saat lalu, saat Haechan di Seoul, kawannya itu juga mengunggah video sedang makan makanan cepat saji.
"Kau sepertinya suka sekali, seenak itu ya?" Jaemin duduk di kursi depan pantry, bertobang dagu menunggu jawaban dari Haechan.
Haechan mengangguk santai.
"Coba saja, ada yang sudah jadi. Rasanya enak sekali." Haechan menyuapkan satu bola cokelat kepada Jaemin.
Jaemin menoleh pada Rora dengan dua alis saling bertaut. Rora mengangguk sambil bibirnya bergerak keluar kata tanpa suara, benarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEACHY BE*CHY {MARKHYUCK}
FanfictionI'll take you home, my peachy. BxB Markhyuck olderHc Mpreg smut explicit age gap