Chapt. 6

734 37 3
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Chaens.

Selamat Membaca ^•^
Jangan lupa vote dan komen

=================================================












Aiden telah siap dengan pakaiannya yang rapi. Usai shalat Subuh, ia mengingatkan Hazell agar berangkat pagi. Udara pagi sangat segar, terlebih lagi jalan ke arah ponpes memasuki pedesaan.

Namun, tak sesuai rencana. Hazell pagi-pagi membuat geger seisi rumah. Perkara kehilangan jarum pentul di kamarnya.

"Siapa yang ambil jarum pentul gue? Ayo, ngaku!" Ia berteriak sangat kencang, dari lantai atas sampai ke teras.

Bayangkan saja, sekeras apa suaranya.

Aiden jengah. Selalu ribut jika ingin pergi mengajak Hazell. Pasalnya, cewek itu terlihat ribet sekali. Selalu saja ada hambatan dalam penampilan.

Rain yang lagi bersih-bersih pun menjawab tak kalah lantangnya. "Lo cari betul-betul. Enggak mungkin hilang gitu aja, karena ntar bisa noblos ke badan!"

Hazell berdecak. Cewek dengan rambut panjang sepinggang itu, berjalan menuruni tangga. Mulutnya berkomat-kamit meramalkan berbagai keluhan.

"Makanya, kalau naruh tuh, jangan sembarangan. Kan, ilang!" peringat Rain.

Perah Rain pagi ini benar-benar seperti seorang ibu. Bedanya, ia tak ingin membantu mencarikan. Mana mau. Biarkan Hazell mandiri.

Setelah mengelilingi seisi rumah hingga 3 kali, Hazell pun lelah. Awal ingin pergi jam 7 pagi, tertunda hingga jam 9.

"Ish, ke mana, sih."

Sang ketua merasa kesabarannya tengah diuji. Akhirnya, menyarankan Hazell untuk meminjam jarum pentul member lain.

"Pinjam Jessie, dia baru beli katanya," ujar Aiden.

Hazell menoleh. Dari mana Aiden tahu?

"Kenapa ga bilang dari tadi? Gue capek, lho, muter-muter kayak orang edan. Untung belum 7 keliling, bukan Kakbah." Hazell memicingkan matanya sembari berjalan gusar menuju kamar Jessie yang tertutup.

Lihat, bagaimana ribetnya seorang wanita. Ketika panik, otaknya tak bekerja dengan sempurna.

Setelah bersiap, rapi, dan beres. Kedua abd (anak baru dewasa) itu, berpamitan. Aiden mengenakan baju Koko hitam dan sarung hitam, tak lupa jam tangan yang hitam juga.

Sedangkan Hazell, memakai gamis abu-abu dan kerudung hitam. Ia juga menambahkan jam tangan cokelat susu sebagai aksesorisnya.

Untuk menuju ke ponpes, mereka membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam, jika tak mampir ke mana-mana.

Menggunakan motor ninjanya, Aiden melesat dengan kecepatan batas normal. Tak ingin ngebut agar Hazell tak terkejut dan tiba-tiba memeluknya. Bisa dianggap kekasihnya nanti.

"Zell, mau mampir beli oleh-oleh, enggak?" tanya Aiden di balik helm full facenya.

Hazell rupanya tak terlalu mendengarkan. Ia sibuk melihat jalanan yang dipenuhi mesin berjalan dengan penumpangnya. Padat sekali jalan ini.

Karenanya, Hazell sedikit memajukan badannya. "Ha? Apa, Den?"

Aiden berkata lagi, "Mau mampir beli oleh-oleh, enggak?"

"Oh ...," beo Hazell. "Boleh aja. Lebih baik bawa apa gitu, biar enggak cuma tangan kosong aja ke sana."

🐉🐲🐉

Hi, We Are ZxVorst Team Where stories live. Discover now