Chapt. 15

695 30 3
                                    

Holaaa, Chaenss.
Maafkan aku, kemarin ga sempet up karena misuh sama sinyal 😄

Ini adalah hari terakhir aku up Zx di tahun 2023, Chaens. Aku mau fokus naskahan novel yang lain.

Tapii, aku panjangin partnya, kok.

Bacaa, yuk!

==========================================

Di tengah kepanikan Ravend dan Varess yang mendadak menghilang itu, ada Hazell dan Rain yang kesal karena ditinggal di musholla rumah sakit sendirian. Untung masih ingat jalan, meskipun sempat salah masuk ruangan.

Dan kini, keempatnya juga dibuat kebingungan dengan hilangnya Aiden di ruangan. Tak ada di kamar mandi maupun kolong ranjang. Keberadaanya belum juga ditemukan.

Bahkan hingga setengah jam berlalu. Tidak ada tanda-tanda Aiden kembali. Bila ia sedang diperiksa oleh dokter, pasti akan ada konfirmasi. Namun, hingga saat ini pun belum.

Pintu ruangan terbuka. Hal yang dipikir adalah Aiden, ternyata bukan. Di sana, masuklah dua cowok berbeda kepribadian. Arsen dan Dragon.

"Yuhuu, Iden. Kami datang!" teriak Arsen dengan begitu gembiranya membawa sebuah es buah.

Ravend tentu berbinar matanya melihat kantung plastik transparan yang dibawa Arsen. "Weh, seger tuh! Minta, dong!"

Arsen yang tahu jika Ravend hendak mengambil apa yang ia bawa, segera menyembunyikannya di balik koas merah yang sedang ia kenakan. "Engga, engga! Lo ngga boleh minta! Beli sendiri, jangan manja!"

Tak ingin keduanya ribut, Rain sebagai penengah langsung melerai. "Hush, ngga usah ribut! Ntar gue beliin es buah yang banyak," ujarnya meyakinkan. "Pakai uang Iden tapi," sambungnya.

"Dih," cibir Varess yang saat itu sedang menyimak dengan bermain hp di atas ranjang.

Hazell sendiri tengah meratapi nasibnya. Ia masih terpikirkan Hp-nya yang hingga saat ini masih di pondok pesantren. Mana belum ia ambil. Sudah malu duluan jika ia harus ke sana tanpa Iden.

Bosan dan jenuh. Hazell hanya bisa rebahan dengan berkhayal seorang diri. Dilihat dari jauh, ia nampak seperti orang kurang sehat jiwa yang menginginkan kebebasan dan kebahagiaan. Namun, sayangnya, tak ada yang mau menghiburnya kala itu. Hanya ada ejekan dan olokan yang ia dapat.

"Ga, Naga. Tutup pintunya!" suruh Rain yang melihat pintu ruangan tak ditutup kembali.

Sang Dragon pun sekadar mengangguk dan menutup pintunya tanpa berkata apapun lagi. Namun, setelahnya ia melirik ke arah ranjang yang menjadi tempat berbaring Aiden biasanya. Hanya saja sekarang yang menempati adalah Varess.

Karena rasa penasarannya, Dragon pun bertanya. "Mana Aiden?"

Rain mengendikkan bahunya tanpa tidak tahu. Begitupula dengan Ravend yang dengan cepat menyahut.

"Nah, gue juga ngga tahu, Ga. Masalahnya, habis subuhan tadi gue sama Varess mau balik ke sini, Iden udah hilang, ngga ada orangnya. Tinggal buburnya doang tuh!"

Arsen menyeruput es buahnya. "Hmm, enaknya es buah pagi-pagi. Seger!" pamernya pada seluruh orang yang ada di sana.

Semuanya, sih, cuek saja. Hanya ada Ravend yang ngebet sekali terlihat ingin mencicipinya juga. "Sen, bagi, Sen. Dosa lo ngga mau berbagi makanan pada sesama manusia yang saling membutuhkan."

Hi, We Are ZxVorst Team Where stories live. Discover now