Chapt. 9

592 36 2
                                    

Annyeong haseyo
Bertemu lagi dengan Matcha. Apakah engkau bosan, Wahai Chaens? Kuharap tidak. Kalian boleh bosan denganku, tapi tidak dengan karyaku ( ꈍᴗꈍ)

Dah dah. Baca wae, yuk.

==========================================



Karena diduga adanya kerusakan toilet, member kini berkumpul di dapur. Menunggu Rain selesai memasak sekaligus membahas bagaimana cara memperbaiki toiletnya.

"Kita harus panggil pemadam kebakaran!" celetuk Ravend sembari menggebrak meja makan, membuat piring di sana menjadi berbunyi.

Rain terkejut karena suara gebrakan itu. "Apen!"

Ravend menyadari kesalahannya, namun ia hanya bisa tersenyum kikuk sembari meminta maaf. "Iya, maaf."

Arsen sadar dengan ucapan Ravend saat menggebrak meja tadi. Dahinya mengerut seraya berpikir. "Kok, pemadam kebakaran?"

Ravend menoleh dan menjelaskan. "Lah, pada nggak inget sebuah kartun kah? Yang dialognya gini—"

"Bomba padamkan api je ke?" sela Dragon.

Ravend menggeleng sambil memainkan dagunya yang mulus tanpa jenggot. "Eh, tugas Bomba lebih daripada itu! Bomba, nih, penyelamat. Starlie atas genting, Aiden masuk parit, Dragon terlepas, Rain ngamuk dalam rumah. Semua mereka selamatkan!" ucapnya sembari menirukan nada bicara seorang pemadam kebakaran yang ada di sebuah kartun anak.

Rain langsung mendelik kala namanya disebut. "Bilang apa tadi?" Rain berkacak pinggang sambil matanya melotot ke arah Ravend.

Yang ditanya diam tanpa jawab, namun sedetik kemudian ia mencoba mengalihkan perhatian dengan menanyakan kabar Aiden.

"Eh, Aiden ga pulang? Bukannya kemarin dia dah di rumah, ya?" tanyanya sambil celingukan mencari batang hidung sang pemimpin.

Tersadar akan pertanyaan Ravend, lainnya pun turut membatin. Biasanya, Aiden pergi dengan pamit seperti biasa. Ini ke mana? Tidak ada pamit dari pagi. Bahkan, tidak ada member yang tahu keberadaannya sejak semalam. Terakhir ketika makan malam.

Pandangan Rain kini tertuju pada seorang gadis yang datang dengan seember pakaian kotor. Dia adalah Hazell yang baru saja keluar dari kamarnya.

Rain pun bertanya, "Zell, lihat Aiden nggak? Dia hilang."

Hazell nampak berpikir sejenak, kemudian mengingat-ingat. Mata gadis itu masih terlihat kantuknya, namun ia tahan. "Aiden hilang, ya?" Diam kembali, masih belum tersadar sepenuhnya. "Hah, Iden hilang di mana?"

"Lo pikir barang apaan kalau Iden hilang di mana. Kalau gue tahu, ngapain kita semua bingung nyari!" sarkas Ravens sedikit emosi.

Hazell menciut. Baru saja ia bangun sudah disuguhkan dengan kabar Aiden hilang. Lantas ia harus apa? Ada rasa tak percaya di hatinya ketika mendengar hal itu. "Ya, maaf, sih. Kan, gue nggak tahu ... Eh, Aiden?" Ia melotot, lalu menjawab. "Dia, kan, di kamar. Hilang gimana?"

Semuanya saling pandang. Jika Aiden di kamar, mengapa saat Ravend masuk tadi ia tidak ada di sana? Bagaimana mungkin Aiden tiba-tiba saja di kamar. Pintu rumah saja masih tertutup, kunci belum dibuka.

Hi, We Are ZxVorst Team Where stories live. Discover now