Chaenssss
How are you today? Good or no?Halah, sok Inggris kali lah Matcha ini
Dahlah. Ayok, lanjut bacaa. Scroll ajee sambil vote ye
==========================================
"Wadepak!" teriak Hazell secara mengejutkan tiba-tiba saja menggema mengisi ruangan. Ia terbangun dari tidurnya kemudian berteriak.
Ravend yang sedang membaca pesan dengan membatin seketika terkejut dan menolehkan kepalanya ke arah Hazell yang acak-acakan setelah bangun tidur. "Ngapa lo, Cil?"
"Pen, Pen, gawat, Pen! Gawat, gawat! Gawat banget!" ucapnya panik.
Ravend menautkan kedua alisnya seraya menatap heran. "Apa? Lo ngomong to the point kek! Bikin kaget aja."
Gadis yang sekarang duduk di samping Varess itu hanya bisa nyengir. "Maaf, maaf. Sorry, ngampuntene. Gue keinget cucian gue yang direndam dari kemarin. Duh, gimana, ya. Mana itu baju buat hadiri undangan besok." Hazell berdiri dengan mondar-mandir seraya mengacak rambutnya, membuatnya semakin persis seperti singa.
"Parah lo! Lo tinggal ngapain sampai sekarang belum dicuci," cebik Ravend pada Hazell.
"Duh, mana gue lupa lagi. Gue ngapain, ya, kemarin?" Hazell berpura-pura lupa, ia menggaruk kepalanya hingga rambutnya semakin berantakan.
"Muka lo kek baygon habis kebakar," ujar Ravend kala melihat Hazell yang sangat berantakan. Bahkan, lebih parah ketimbang orang yang baru saja bangun tidur.
Tak ingin menjawab, gadis itu kini berlari menghampiri sebuah kaca yang terpanjang di dinding ruangan. Ia melihat betapa berantakan rambutnya, seperti orang gila tak terawat.
"Buset, kok, gue macam orgil gini?" ucapnya.
Ravend terkekeh pelan, ia kemudian menyahut. "Baru nyadar lo? Parah sih, dari dulu ngga nyadar-nyadar."
Hazell berdecak sebal, ia merapikan rambut dan bajunya. Tanpa sadar jika Aiden telah selesai membuang hajatnya, tetapi masih berdiri di depan pintu toilet.
"Kalau gue sadar gue gila, Pen, udah dari dulu Iden ga bakal angkut gue jadi anggotanya. Kalau ketemu gue, gue udah dimasukin ke RSJ," gumam Hazell.
Lagi-lagi, Ravend hanya menahan tawanya. Entah harus mengejek bagaimana lagi. Mengejek Hazell itu seperti tak ada gunanya, karena cewek itu hanya akan membalasnya dengan kalimat realita.
Ravend mendekat. Ia berada di belakang Hazell dengan tangan yang bersangga di atas meja. "Zell, gue mau ngomong serius."
"Apaan?" Hazell menoleh ke belakang sebentar. Sesekali ia melihat Ravend dari pantulan kaca.
"Ekhem," Ravend berdeham. "Lo tahu, kalau Iden dijodohin?"
"Hah?"
"Ck, lo tahu ga, kalau Iden dijodohin?'
"Hah, apa?'
"Lo kalau budeg gue congkel pake pacul, ya!" ancam Ravend yang cukup geram. Ia ingin mencabik wajah Hazell di saat itu juga.
YOU ARE READING
Hi, We Are ZxVorst Team
HumorTongkrongan bukan sembarang tongkrongan. Tongkrongan kami bukan kumpulan anak berandal, tapi anak-anak yang insyaallah, gemar beramal. [action, horor, misteri, komedi, dan romantis] Cerita ini lebih banyak humornya!