Chapt. 10

607 34 6
                                    

Haii, Matcha aktif lagi nih. Apa kabar kaliaaaann? Sehat, kaaaann? Pastinya.

Siapa yang penasaran nasib toilet dan tasnya Hazell? Aku aku akuuu!!

Yuk, bacaaa

==========================================



Semua berkumpul di ruang tamu menunggu toilet yang sedang diperbaiki. Namun, Aiden dan Ravend tidak ikut berkumpul. Ravend menemani memperbaiki toilet, dan Aiden ... entah, ke mana anak itu.

Wajah-wajah yang murung selalu mereka lihat ketika berpapasan dengan Aiden. Bahkan, nampak jelas raut wajahnya yang lelah, mata yang sembab, dan pandangan yang kurang fokus.

Meskipun begitu, tidak ada satupun anggota yang bertanya. Setiap kali mereka ingin bertanya, seakan ada tarikan ghaib yang membuat mereka mengurungkan niatnya.

Terhitung sudah sehari semalam. Aiden enggan berbicara, makan, ataupun kumpul bersama. Ia menyendiri dan terus diam. Yang biasanya mengomel ketika grub ramai, sekarang ia abaikan.

"Huh ...." Helaan napas dari Rain terdengar jelas. Ia bersandar pada punggung sofa sambil melipat tangannya di dada. "Iden kenapa, sih? Kek patung. Orang kobam ga segitunya."

Starlie datang, lalu duduk di bawah Rain. Kemudian ia juga bersandar pada kaki Rain. "Gue juga heran. Orang kobam malahan suka ngoceh. Ini mah kayak orang bis—mpph."

Mulut Starlie dibekap Varess karena hampir berkata hal-hal yang tidak baik. Sang empu pun hanya bisa menahan tangan Varess agar tidak membekap hidungnya.

"Ga usah ngomong aneh-aneh lo!"

Lainnya tidak menggubris. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Sedangkan Arsen yang berada di pojok ruangan sambil bermain dengan kucingnya. Ah, mungkin tidak bermain lagi. Ia bahkan mencurahkan isi hatinya pada Cemeng dan Cengeng.

Hazell? Bocah itu masih memikirkan nasib tas beserta isinya yang tertinggal di ponpes kakek Aiden. Bagaimana kabar hp-nya? Apakah ada yang mengirim pesan? Sampai mana orderan belanja onlinenya? Galau sendiri memikirkannya.

Jangan tanyakan Dragon sedang apa. Ia tak kalah juga memikirkan keadaan Aiden. Bahkan, sama diamnya. Hanya duduk, memangku kepala dengan tangannya, kemudian melamun. Seisi rumah seakan menjadi hampa.

Namun, semuanya pecah ketika mendengar teriakan Jessie yang amat nyaring. Semuanya menoleh, terkecuali Dragon yang hanya melihat sekilas.

"Omagaaaat. Gue mau dijemput sama Kak Arto!" ucapnya, melempar hp ke sofa lalu menarik rambutnya karena salah tingkah.

Hazell risih sendiri. Menurutnya, itu sangat menggelikan. "Alay! Sono minggat aja, pacaran sono!"

"Dih, apa, sih! Sirik aja lo cokelat!"

"Hah, apa? Sirik? Sorry, ya. Gue juga punya kali."

"Tunjukkin, dong, Say," ujar Starlie menyenggol bahu Hazell.

"Nah, masalahnya itu. Hp gue, kan, di pondoknya Aiden. Terus gimana gue nunjukinnya?" Hazell terlihat bingung.

Starlie dan Jessie menahan tawanya. "Kasian banget lo," kata mereka bersama.

Rain yang bosan dengan keheningan, segera beranjak dari sana. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar Aiden.

Hi, We Are ZxVorst Team Where stories live. Discover now