14 [end]

322 37 8
                                    

Seungwan menjatuhkan tubuhnya di sofa setelah sampai di rumah, Winter dan Karina langsung berlari dari dapur dan menghampirinya.

"kak, bagaimana?" tanya Winter yang melihat wajah lesu Seungwan.

"sudah diselesaikan" jawab Seungwan singkat.

"selesai? baik atau buruk?" tanya Winter yang masih tidak mengerti dengan jawaban Seungwan.

"mungkin ini yang terbaik untuk kita berdua, baik untuk dia walaupun belum tentu baik untukku" ucap Seungwan yang kemudian bangkit dari sofa kemudian berjalan menuju tangga.

"aah iya, besok jam berapa acaranya?" Seungwan berbalik.

"acara apa?" tanya Winter.

"pernikahan Joohyun" jawab Seungwan.

"jam 14.00 siang kak" ucap Winter.

"baiklah kalau begitu, aku tidur dulu" Seungwan berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

Seungwan mengunci pintu kamarnya, seketika airmatanya mengalir. Dia merasakan sesak di dadanya, merasakan betapa sakitnya sesuatu yang bertolak belakang dengan keinginannya. Airmatanya tidak terbendung, dia berteriak menangis histeris meluapkan rasa sakit dan marah yang menjadi satu.

Suara tangisannya terdengar sampai ke lantai bawah, Winter khawatir pada kakaknya namun dia mengerti jawaban singkat yang dikatakan padanya. Dia memutuskan untuk tidak mengganggu dan membiarkan Seungwan meluapkan kesedihannya.

Keesokan harinya...

"sayang, kak Seungwan pergi ke pernikahan Joohyun?" tanya Karina.

"aku tidak tahu, dia bahkan belum keluar kamar. Tapi, sepertinya dia tidak akan datang" jawab Winter.

"untuk apa datang jika hanya akan membuat hatinya sakit" tambah Winter.

"iya kamu benar. Mau berangkat sekarang? aku sudah membuat janji dengan client jam 10.00 pagi" ucap Karina.

Winter mengangguk, dia kemudian mengirim pesan pada Seungwan memberitahukan bahwa mereka akan bertemu dengan client. Winter hanya berharap, Seungwan masih mau bekerja setelah kejadian yang menimpa dirinya.

"ayo kita pergi" ajak Winter menggandeng kekasihnya.

==========

Seungwan bangkit dari ranjang dan meregangkan tubuhnya, dilihatnya jam yang telah menunjukkan pukul 13.45 siang. Dia kemudian berjalan menuju cermin besar, dilihatnya kedua matanya yang sedikit bengkak karena menangis semalam.

Dengan keadaan yang tentu saja belum sepenuhnya membaik, dia bergegas mandi kemudian memilih pakaian setelahnya. Kini dia sudah rapi dan segera memesan taksi online, dengan segera dia turun ke lantai bawah meminum segelas air dan duduk di teras menunggu taksinya datang.

10 menit kemudian taksi yang dia pesan datang, sembari menghela nafas panjang dia masuk ke dalam taksi dan memberi tahu supir ke mana tujuannya.

Dengan mata yang masih sembab, dia menikmati pemandangan kota di sepanjang perjalanannya. Senyum kecil terkembang di wajahnya, merasakan sedikit kelegaan setelah menumpahkan segala keresahannya. Walaupun sekarang dia cukup gugup dan gemetar tapi dia meyakinkan diri bahwa dia kuat.

Aftertaste Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang