04. Friends With Benefits || Reo

8.9K 349 6
                                    

"Aku bisa gila!" Seorang wanita mengeram frustasi di bilik toilet. Deru napas tersengal-sengal menahan gairah membuncah.

Sebelah tangan masuk di balik dress. Jari jemari lentik bergerak mengusap kasar tak berirama di dalam sana. Bagian intinya basah oleh cairan putih miliknya sendiri.

Menggigit bibir bawah sembari merem melek menahan kenikmatan tiada tara. Tak seberapa lama kemudian orgasmenya datang. Namun, dia masih belum merasa puas.

Di ambilnya ponsel dari dalam tas, mengetik satu nama lelaki yang merupakan sahabat masa kecil sekaligus partner seksnya, sekejap bunyi memanggil terdengar lalu lelaki di seberang sana tanpa ragu menerima panggilan itu.

"Reo, aku merindukanmu." Dia meracau sambil kembali memainkan jarinya. Membayangkan kejantanan Reo yang bermain di dalam sana, dengan brutal menghantam rahimnya.

"Kau di mana (Name)?" Reo mengernyitkan dahi. Suara wanita itu terdengar aneh.

"Akhh fuck Reoo aku butuh kau. Aku di toilet--" Panggilan terputus sebab ponsel (Name) tergelincir jatuh menghantam lantai. Tanpa memastikannya, dia sudah tahu ponsel itu sudah tak dapat diselamatkan lagi alias sudah mati total.

Kaki (Name) berjengkit sedikit lagi merasakan orgasme untuk kesekian kalinya. Bertepatan dengan itu, pintu toilet terbuka.

(Name) menyeringai lalu menaikkan tangan kanan menyapa Reo tanpa merasa malu dan canggung. Meski penampilannya bisa terbilang sangat berantakan.

"Lama tidak berjumpa, Tuan Mudaku."

Reo menghela napas melepas jasnya. Dress di tubuh (Name) terlihat sudah tak layak pakai. Pewaris tunggal Mikage lantas menggendong (Name) ala bridal style. Membawanya ke sebuah ruang kamar VVIP.

(Name) mengusap sensual tengkuk Reo. Pandangi penuh hasrat paras rupawan Mikage Reo. Perlahan ia mendekatkan wajahnya, melumat rakus bibir Reo.

Perlakuan (Name) justru mendapatkan sambutan tak kalah ganas dari Reo. Di bantingnya tubuh ramping itu di atas ranjang berukuran king size. Tanpa melepas pagutan panas keduanya.

Tangan besar Reo menangkup kedua buah dada (Name), memilin ke arah yang berlawanan, sesekali dicubit gemas puncak payudara (Name).

Dua bulan lalu terakhir kali Reo menyentuh tubuh (Name). Mengikat tubuh polos itu dengan tali hingga menimbulkan bekas kemerahan di kulit putihnya. Mencambuk pantat (Name) dan memainkan dildo berukuran cukup besar ke dalam kewanitaan (Name), sebagai bentuk hukuman.

(Name) menjerit tak karuan dengan mulut di sumpal kain. Memohon ampun pada Reo agar berhenti menyiksa tubuhnya. (Name) ingin milik Reo memasukinya, bukan benda itu.

Hukuman yang diberikan Reo karena (Name) dengan nakal menggodanya saat rapat. (Name) mengenakan kemeja putih ketat yang cukup transparan, rok pendek menampilkan paha mulusnya. Hal itu berhasil membuat banyak pasang mata dewan direksi mencuri-curi pandang untuk melihat betapa seksinya lekuk tubuh (Name).

Setelan kemeja Reo tadinya rapi kini teracak tak beraturan di lantai. Dress merah (Name) sudah teronggok tak terselamatkan. Kedua tubuh penuh keringat masih saling bergulat di atas ranjang.

(Name) mendesis nikmat merasakan penetrasi kasar dan tak sabaran menembus ke dalam dirinya. Disingkirkannya anak-anak rambut Reo yang menganggu ia mengagumi si pemilik surai ungu. Peluh yang membanjiri dahi Reo menambahkan kesan seksi.

Tatapan penuh hasrat keduanya saling bertemu. Reo menghisap puncak payudara kanan (Name) bagai bayi kelaparan sambil memainkan buah dada sebelah kiri (Name) yang ujung terlihat membengkak.

Tempo kasar dan liar tak beraturan membentur ujung rahim (Name). Tubuh rampingnya tersentak-sentak dengan tangan Reo meremas kuat pinggang (Name). Merasakan kedutan pada kejantanannya sebelum mencapai pelepasannya, bersamaan dengan orgasme hebat melanda pusat inti (Name).

Reo memeluk pinggang (Name). Menyembunyikan wajahnya di buah dada kenyal partnernya. Kegilaan seperti ini hanya didapatkan dari (Name) seorang.

(Name) menyeringai. Jemari lentiknya mengusap rambut ungu Reo, hingga tangannya bergerak menangkup kedua pipi Reo, agar bisa menatap ekspresi wajah lelaki tampan itu.

"Aku merindukanmu tahu!" (Name) mencebik pura-pura merajuk.

Dua bulan Reo terlalu sibuk melakukan perjalanan bisnis dan berkutat dengan segala tetek bengek mengenai bisnis. Bukan maksudnya ingin mengabaikan (Name). Akan tetapi, Reo merasa tak fokus kala menyadari eksistensi (Name) di sekitarnya.

Pengaruh godaan wanita itu terlalu kuat seperti succubus. Terlebih Reo tak bisa menahannya. Seperti saat ini di mana (Name) sengaja menarik perhatian Reo dengan masturbasi di toilet umum apartemen elit milik Reo. Beruntung waktu sudah kelewat larut malam hingga tak ada yang memergoki aksi (Name), selain dirinya.

Tanpa basa-basi Reo langsung menuntaskan hasratnya. Memberikan penetrasi kasar di liang senggama (Name) meskipun tanpa melakukan pemanasan, seolah tubuh (Name) selalu siap dimasuki hanya untuk Reo.

"Aku juga merindukanmu." Reo tersenyum. Perlahan bangkit dari atas tubuh (Name). Melepaskan penyatuannya. Cairan putih kental bercampur cairan milik (Name) meluber keluar.

(Name) merentangkan tangannya dengan nada manja berkata, "Ayo mandi bareng."

Reo mengangguk mengiyakan permintaan (Name). Kaki jenjang itu melingkar di pinggang , serta lengannya mengalun di leher Reo. (Name) mengendus aroma mint dari perpotongan leher Reo. Aroma kesukaannya.

(Name) memainkan busa-busa sabun. Sementara Reo memeluk pinggangnya dari belakang. (Name) dapat merasakan punggung telanjangnya menempel di perut sixpack dan dada bidang Reo. Tak hanya itu, ia juga dapat merasakan sentuhan kejantanan Reo mengeras bagai batu di pantatnya.

"Apa aku tak bisa lagi menjadi sekretarismu?" (Name) menoleh menatap dengan sorot sedih.

Reo mengecup sekilas bibir mungil (Name) yang agak membengkak. "Tentu kau punya potensi tapi aku tidak bisa mengizinkanmu."

"Kenapa? Apa karena aku menggodamu saat rapat dua bulan yang lalu?"

Reo menggeleng pelan. "Bukan itu permasalahannya, karena kau hanya milikku (Name). Aku tak suka lelaki lain memperhatikan milikku."

"Kita 'kan hanya sebatas fwb, kau tak per--"

"(Name) kau sudah aku klaim sebagai milikku. Aku tak peduli, kau menganggap apa hubungan kita, yang terpenting kau adalah milik Mikage Reo."

(Name) agak menjauh. Menunduk hingga helaian rambut basahnya jatuh menutupi sebagian wajahnya. Sebenarnya (Name) sedikit kesal. Padahal (Name) sudah kenal Reo sejak kanak-kanak, tapi tetap saja ia tetap tak bisa menebak arah pikiran Reo.

"Di matamu aku ini barang, ya?" lirihnya.

"Enyahkan pikiran burukmu itu." Reo malah semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang (Name), agar punggung hangat wanita itu kembali menempel padanya.

"Kau adalah (Name) cinta pertamaku," lanjut Reo.

(Name) terkejut belum bisa mencerna apa yang baru saja dikatakan Reo. Wajahnya memerah bak tomat. Bisa jadi (Name) salah dengar. Pokoknya ia tak mau terlalu percaya diri. Reo itu tak bisa ditebak, bisa jadi perkataannya tadi hanya berupa candaan untuk menjahili (Name).

"Jangan bercanda!" (Name) menyangkal berusaha lepas dari pelukan Reo. Meski percuma karena tenaga Reo lebih kuat darinya.

"Aku serius." Reo tersenyum mengelus lembut pipi (Name), sebelum menjatuhkan sebuah kecupan lembut yang lama kelamaan berubah menjadi lumatan panas bergairah.



---FIN---

Blue Lock || LemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang