07. The Dearest Ex || Shidou

9.9K 371 11
                                    

"Baiklah, sampai jumpa besok teman-teman." Gadis cantik itu melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan. Hari ini begitu sangat menyenangkan hangout seharian tanpa memikirkan banyak beban pikiran.

Senandung kecil keluar dari celah bibir merona alaminya. Dengan langkah berayun pelan menikmati waktu perjalanan kembali ke apartemennya.

Earphones berwarna hitam terpasang di telinga memutar lagu penuh semangat. Mengusir kesedihan akibat putus cinta beberapa hari lalu. Bertekad meyakinkan diri telah move on dari sang mantan.

Jemari lentik menekan tombol dari beberapa angka hingga menimbulkan suara bunyi terbuka pada pintu apartemen. Bersamaan dibekapnya mulutnya dengan kasar oleh seseorang tak dikenal.

Aroma obat bius dari sapu tangan menguar memenuhi indra penciuman. Netra terbelalak kaget sebelum kesadaran terenggut. Jatuh di dalam pelukan si lelaki misterius.

Kelopak berbingkai bulu mata lentik terbuka perlahan. Pandangannya buram. Sesekali mengerjapkan mata menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina. Pening masih mendera kepala. Rasa nyeri melingkup pergelangan tangan yang terikat kuat.

Ruangan ini adalah kamarnya. Ia terikat di atas tempat tidur. Pantulan cermin tidak jauh dari hadapan memperlihatkan kondisinya tanpa mengenakan sehelai benang pun dengan tangan yang terikat. Sesaat panik melanda, tapi ia kemudian berusaha mengendalikan diri.

Pintu terbuka menampilkan siluet lelaki jangkung. Temaram pencahayaan hanya berasal dari lampu tidurnya yang berada di atas nakas dekat tempat tidur. Lelaki itu semakin mendekat memotong jarak di antara mereka.

Keterkejutan terpancar jelas dari netra hitamnya. Tidak menduga bahwa lelaki yang menyekapnya adalah sang mantan kekasih.

Shidou Ryusei— menyeringai licik. Mengambil beberapa helai rambut panjang itu. Mengendus aroma khas vanila menguar. Dielusnya lembut pipi mantan kekasihnya. Sebelum melepas lakban yang menutupi bibir mungil itu.

"Apa kau gila, Ryusei?"

Pertanyaan sang gadis membuatnya terkekeh pelan. Ryusei mengikis jarak di antara mereka. Melumat bibir merah muda alami itu. Menyesap atas dan bawah dengan rakus tanpa jeda.

Candu akan rasa manis bagai nektar. Ryusei tak pernah bisa melupakan rasa manis pada bibir gadis yang sekarang bertitel sebagai mantan kekasihnya itu.

"(Name) .... " Ryusei mengeram pelan. Menahan tengkuk (Name) agar tak memberi perlawanan. Meski bibirnya kini berdarah karena (Name) menggigitnya kuat. Bukannya merasa sakit melainkan nikmat.

"Kau benar-benar membuatku candu." Ryusei meremas kasar salah satu buah dada (Name) sebagai balasan perbuatan gadis itu. Memilinnya lalu mencubit kecil hingga puncaknya menegang.

Erangan lolos tanpa sadar. (Name) mengatupkan mulutnya susah payah. Ryusei memberi kecupan basah di ceruk leher (Name). Menimbulkan beberapa bekas kemerahan. Lidahnya turun ke bawah pada belahan payudara.

(Name) menahan napas beberapa saat. Lidah basah Ryusei menyapu kasar puncaknya yang telah menegang. Memberikan hisapan kuat bagai bayi kehausan dengan sebelah tangan masih menangkup buah dada (Name).

Ryusei mendongak memperhatikan wajah memerah (Name). Masih tetap menjilati benda kenyal itu.

"Kenapa air susunya tidak keluar?" tanya Ryusei terlihat kecewa.

(Name) menggigit bibir bawah. Bingung harus menjawab apa. "Aku tidak tahu, mungkin karena aku belum pernah hamil."

"Kalau begitu hamil lah, (Name). Aku mau meminum air susumu." Ryusei berkata gamblang.

(Name) melotot kaget. Kehabisan kata-kata menghadapi keabnormalan Ryusei.

"Lepaskan aku, Ryusei. Kau harusnya tak melakukan ini padaku."

"Melakukan apa?" Ryusei bertanya sensual. Jemari panjangnya mengusap bibir kewanitaan (Name).

"Memperkosaku akhh!" (Name) meringis tak tertahankan.

Dua jari panjang Ryusei terbenam sempurna di dalam kewanitaannya. Bergerak mengocok kasar. Menstimulasi bagian dalam rongga kewanitaannya. Ibu jari Ryusei memberikan rangsangan di klitorisnya.

(Name) menggeliat tak karuan. Berusaha memberontak, tapi pinggang rampingnya tertahan oleh tangan kekar Ryusei. Remasan kasar pada pinggangnya meninggalkan bekas kemerahan.

"Akhh Ryuu please stop." (Name) memohon menatap penuh iba.

Sementara Ryusei mengabaikannya. Terus-menerus menekan jari-jemari semakin dalam, hingga tubuh (Name) tersentak oleh gelenyar seperti listrik menyentrumnya penuh kenikmatan.

Cairan basah (Name) memenuhi jemari Ryusei. Seringai puas terpatri di bibir lelaki berkulit coklat itu. Tubuh (Name) tak pernah menolak sentuhannya. Berbanding terbalik dengan perkataannya.

"Aku tidak memperkosamu, (Name). Tubuhmu menyukai sentuhanku."

Ryusei menjilat cairan (Name) tanpa rasa jijik. Sebelum melumat kembali bibir manis (Name). Tak membiarkan gadis itu mengeluarkan protes sepatah kata pun kecuali suara desahan menggodanya.

(Name) pasrah tak berdaya menutup mata. Merasakan cairannya bercampur saliva Ryusei mengoral isi rongga mulutnya. Belum lagi lidah lelaki itu membelit lidahnya seolah mengajaknya beradu.

Ryusei sengaja menyibukkan (Name) dengan ciuman memabukkan. Kini Ryusei telah memposisikan kejantanannya tepat di depan bibir kewanitaan (Name). Mengusap ujung kepalanya sebentar. Sebelum melesat menerobos paksa dinding penghalang itu.

(Name) meringis kesakitan. Air mata jatuh membasahi pipi. Rasa sakit hebat menjalar di bagian bawahnya. Milik Ryusei terlalu besar seolah membelahnya menjadi dua bagian.

Ryusei mengelus surai panjang (Name). Mengecup keningnya sesaat. Kemudian melepaskan tali yang mengekang pergelangan tangan (Name).

Bergerak dengan tempo pelan. Menyesuaikan dirinya di dalam kewanitaan (Name) yang ketat. Geramannya tertahan berusaha agar tak menyakiti (Name).

Tangan (Name) terangkat mengelus rahang kokoh Shidou. Pandangannya mulai sayu. Dadanya naik turun agak kesulitan mengambil napas diiringi dengan desahan pelan. Keringat membanjiri tubuh polos keduanya.

Setelah memastikan bahwa tubuh (Name) telah menerima sepenuhnya, Ryusei menghujam semakin dalam dengan ritme liar mulai tak terkendali. Menyesap kenikmatan dari tubuh (Name).

(Name) mendesahkan nama Ryusei berulang kali. Batang besar dan kokoh lelaki itu mengacak-acak bagian dalam rongga kewanitaannya. Suara penyatuan dua alat kelamin berbeda itu terdengar sangat erotis memenuhi ruangan.

"Akhh (Name) ...." Ryusei mengerang melumat kasar bibir (Name). Merasakan pelepasan begitu hebat di dalam rahim (Name). Menenggelamkan semua kejantanannya di dalam liang senggama (Name).

(Name) menggeleng kuat melepaskan paksa ciuman Ryusei. Tangannya mendorong lemah dada bidang Ryusei.

"Ryu kau mengeluarkannya di dalam," lirih (Name). Bibirnya membengkak karena ciuman brutal Ryusei.

"Sengaja agar kau hamil." Ryusei mengecup sekilas bibir (Name).

"Aku tidak mau hamil! Aku masih mau kuliah Ryu!" (Name) merengek mulai terisak mengingat segala perjuangannya untuk kuliah selama ini.

"Kau masih bisa kuliah sayang." Ryusei meraih pinggang (Name). Dengan mudah mengubah posisi (Name) agar berada di atasnya tanpa melepaskan penyatuannya.

"Mudah bagimu mengatakan itu!" (Name) memukul dada bidang Ryusei dengan perasaan kesal mendalam.

Diculik oleh mantan kekasihnya dan berakhir di atas ranjang bukanlah hal yang lucu. Selama setahun pernah menjalin hubungan dengan Ryusei. Lelaki itu tak pernah menyentuhnya.

Namun, sekarang Ryusei bahkan melewati batas. Meniduri dan berniat ingin menghamilinya.

"Biarkan aku bertanggungjawab sayang. Kau tahu aku tidak bisa menjauh darimu." Ryusei bersungguh-sunguh akan perkataannya. Sengaja menculik dan jika perlu menghamili (Name), agar gadis itu tak pergi lagi dari sisinya.

---FIN---

Blue Lock || LemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang