𝐔𝐧𝐫𝐞𝐪𝐮𝐢𝐭𝐞𝐝 𝐥𝐨𝐯𝐞 - 𝐃𝐨𝐬𝐚𝐡𝐢

765 48 32
                                    

9 tahun

"Sahi kenapa diem aja? Kenapa ngga dilawan? Sahi harusnya pukul balik mereka!" kesal seorang anak kelas 3 SD yang melihat sahabat kecilnya memiliki lecet-lecet di tubuhnya akibat dibully teman sekelas.

Dia mengobati anak bernama Asahi itu dengan gerutuan yang keluar dari mulut kecilnya. Tidak suka dengan keterdiaman yang sahabatnya itu lakukan.

"Lain kali Sahi jangan diem aja! Mereka udah keterlaluan, tau!"

Asahi tak menggubrisnya, ia malah menatap lengannya yang lecet dibeberapa bagian. Sikunya sebenarnya juga terasa sakit, tapi dia tak ingin membuat orang didepannya ini lebih khawatir lagi.

"Sahi! Kalo Dobby bilang itu di dengerin!" seru anak tadi semakin kesal.

"Eung. . . Makasih Dobby." ucap Asahi untuk menghentikan ocehan anak yang dipanggil Dobby tadi.

Doyoung menghela nafas, tak habis pikir dengan kelakuan Asahi yang terlalu acuh pada dirinya sendiri. Dia masih sembilan tahun, dan sahabatnya ini selalu membuatnya marah-marah. Ia jadi merasa lebih tua!

Sayang sekali kali ini mereka tidak satu sekolah. Jika iya, sudah Doyoung pastikan anak-anak nakal itu tidak akan berani menyakiti Sahi-nya. Bukan hanya mereka, tapi anak lain juga. Apalagi anak-anak yang hanya menonton tanpa mau membantu. Memikirkannya membuat Doyoung kembali kesal.

"Hahh! Kayaknya aku harus minta Daddy buat pindah sekolah." gumamnya.

Asahi mendongak. Ah, apa Doyoung kembali pindah karenanya? Padahal dia memang sengaja tidak satu sekolah dengan Doyoung karena tak ingin merepotkannya lagi. Tapi hal itu malah kembali membuat Doyoung kerepotan.

"Dobby, Sahi nyusahin ya?" tanya Asahi pelan. Pandangannya kebawah, menatap sepasang sepatu miliknya yang terlihat kotor karena terkena lumpur. Ya sebenarnya tak jauh beda dengan keadaan seragamnya sih. Beberapa bagian wajahnya juga sama.

"Kata siapa?" Doyoung melirik Asahi.

"Sahi sendiri," jawabnya.

"Kenapa mikir kayak begitu?"

"Karena Sahi ngerasa selalu ngerepotin Dobby. . ."

Doyoung menghela nafas lagi. Mana mungkin ia percaya begitu saja dengan ucapan Asahi. Dia yakin, pasti ada seseorang yang bicara omong kosong sehingga membuat sahabatnya itu berpikir demikian.

"Sejak kapan Sahi ngerepotin Dobby? Ngga pernah! Dobby sendiri yang punya inisiatif buat lakuin itu. Dobby sendiri yang pengen bantu Sahi. Dobby sendiri yang pengen deket sama Sahi. Dobby sendiri yang pengen ngelindungin Sahi. Dan Dobby ngga pernah ngerasa direpotin sama Sahi. Jadi, Sahi stop! mikir kalau Sahi cuma ngerepotin Dobby. Itu ngga bener!" jelas Doyoung panjang lebar.

Sepertinya aku juga harus cari tahu orang yang buat Sahi mikir kayak gitu batin Doyoung.

Sungguh, ia tak ingin membuat Asahi kepikiran. Dia hanya takut jika Asahi berpikir seperti itu, ia akan mulai menjauhinya secara perlahan. Seperti sekarang, Asahi memilih sekolah yang berbeda dengannya. Namun Doyoung membiarkan saja kali ini, karena ia rasa, Asahi juga perlu belajar mandiri. Tapi nyatanya apa? Keputusannya salah, dan dia tak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi kedepannya.

####

12 tahun

"Ya ampun Saa??" Doyoung rasanya ingin menangis. Apa yang terjadi pada Asahi hari ini?! Dia bahkan hanya ijin setengah hari saja karena khawatir dengan pemuda itu. Tapi sekarang lihatlah! Rambut Asahi sudah acak-acakan, kancing seragamnya ada yang copot, dan pipinya juga lebam!

Treasure Story [bxb]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang