Chapter 3

482 42 9
                                    

Scaramouche hanya menatap pria berbadan besar yang kini meringkuk memegangi pergelangan tangannya yang patah. 'Hmph, dimana-mana memang selalu saja ada orang dengan sifat sampah seperti ini', batinnya. Scaramouche berbalik membiarkan pria itu, ia mengambil kembali topinya yang terjatuh tadi dan memakainya.

Ketika akan pergi, ia mendengar suara yang mirip dengannya. Tidak... suara yang ia dengar ketika menatap meteorite.

"Kak... Kuni...?". - ???.

Scaramouche membalikkan badannya lagi, melihat siapa yang memanggilnya. Memanggilnya dengan nama yang bukan lagi menjadi miliknya.

Matanya tidak percaya, didepannya kini ada seorang manusia yang sangat mirip dengannya. Hanya warna rambut dan mata yang membedakan. Manusia itu mengenakan seragam putih abu-abu.

"Kakak... masih hidup...?", ujar manusia yang mirip dengannya itu. Scaramouche hanya diam, dia hanya memberikan tatapan datar pada manusia itu. Memutuskan mengabaikannya, Scaramouche berbalik lagi dan pergi dari sana. Ia tidak ada waktu untuk meladeni manusia fana, bahkan jika manusia itu mirip dengannya.

ʕ•̫͡•ʕ•̫͡•ʔ•̫͡•ʔ•̫͡•ʕ•̫͡•ʔ•̫͡•ʕ•̫͡•ʕ•̫͡•ʔ•̫͡•ʔ•̫͡•ʕ•̫͡•ʔ•̫͡•ʔ

Tidak salah lagi, yang ada didepan ku adalah kak Kuni. Dia kembali. Dia benar-benar kembali!

"Kakak... masih hidup...?", aku mencoba untuk memastikan dengan mata kepala ku sendiri bahwa yang ku lihat ini bukanlah mimpi semata. Aku sangat senang dia kembali.

Tetapi rasa senang itu runtuh ketika aku menyadari bahwa tidak ada kehangatan yang terpatri dalam tatapan mata neon violet itu. Tatapannya datar dan raut wajah yang dingin itu seolah-olah berkata 'siapa kau?' kepada diriku. Aku tidak ingin mengakuinya, tetapi orang yang didepan ku ini tidak terasa seperti kak Kuni yang ku kenal.

Kak Kuni itu ramah dan lembut pada siapapun. Ia tidak akan menyakiti orang seperti yang dilakukan oleh sosok didepan ku ini. Kak Kuni memiliki mata neon violet yang memancarkan kehangatan dan rasa aman. Tetapi manik neon violet didepan ku memancarkan aura sebaliknya, datar... dingin... dan mengintimidasi. Kak Kuni memiliki raut wajah yang santai dan lembut, tetapi orang ini... ia memiliki raut wajah yang tegas dan mendominasi.

Tetapi hati kecil ku selalu membisikkan bahwa orang didepan ku ini adalah kak Kuni.

Ketika sosok yang seperti kak Kuni itu berbalik dan melangkah menjauh, ada perasaan sesak dan sakit yang muncul dihati ku.

Tidak... aku tidak ingin kehilangannya lagi!

Kerumunan orang-orang ini menghambat pergerakan ku untuk mengejarnya. Langkahnya kian lama terasa semakin jauh.

"TUNGGU!-"

Mulutku berucap.

Sekuat tenaga aku mencoba meloloskan diri dari kerumunan manusia yang menghalangiku.

Ketika aku keluar dari kerumunan itu, aku melihat orang yang mirip dengan kak Kuni itu berbelok ke kanan. Cukup jauh, tapi aku masih bisa mengejarnya.

Dengan tangan yang masih menggenggam erat kantong belanjaan, aku berlari mengejar orang itu.

"TUNGGU! KAK!", teriak ku, berusaha untuk menghentikan langkah orang itu.

"KAK KUNIII!", teriak ku lagi.

Dan orang itu menghentikan langkahnya.

"Haahh...! Huft!... t... tunggu dulu kak..!", ujarku yang berhenti berlari dan mencoba untuk mengambil nafas.

"Siapa yang kakak mu?", ujar orang itu, ia berbalik menatap ku dengan pandangan mata yang dingin dan menusuk.

Nafas ku tercekat melihat tatapannya. Aku berusaha untuk mengeluarkan suaraku.

Can I Call You Brother? Or... Darling?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang