Chapter 5: The Truth Of Kunikuzushi's Death

285 34 4
                                    

Scaramouche saat ini berada dikamar Kunikuzushi, sekarang tentu sudah menjadi kamarnya. Ia mengikuti perkataan Makoto untuk membiarkan Wanderer tenang, dan saat ini tengah berbaring diatas kasur. Pastinya anak itu sekarang ditenangkan oleh Ei.

Scara menghela nafasnya.

Ia kembali mengingat kejadian yang baru saja berlalu. Air mata yang turun dari manik blue ocean itu membuat dadanya terasa perih. Ia meremas bagian dada nya yang tertutup pakaian. Tidak salah lagi, yang ia rasakan sekarang adalah perasaan bersalah. Perasaan yang sangat jarang sekali hadir dalam hidupnya. Perasaan itu hanya hadir ketika ia tidak dapat memenuhi ekpektasi sang ratu Tsaritsa.

Namun sekarang, hanya dikarenakan satu manusia, perasaan bersalah itu menyelimuti hatinya. Wajah Wanderer yang menangis tidak dapat hilang dari ingatannya. Ternyata ia masih memiliki perasaan, padahal ia yakin.. Semenjak bergabung dengan Fatui, ia yakin telah membuang seluruh perasaan fana yang hanya dirasakan oleh manusia. Tapi ternyata... Ia tidak sepenuhnya membuang perasaan fana itu. Atau mungkin, Wanderer lah yang membuat perasaan fana itu kembali mengetuk dadanya? Hanya dalam satu hari ini?

Jika diingat-ingat lagi, hanya dalam waktu satu hari ini ia merasakan berbagai macam perasaan yang fana. Mulai dari rasa sebal diawal pertemuan mereka tadi, perasaan sejuk ketika melihat bocah berambut biru keunguan itu tersenyum, perasaan rumit saat melihat raut kerinduan diwajah bocah itu, perasaan hangat saat menghabiskan waktu dengan menemani bocah itu membuat tugas sekolahnya, perasaan bersalah ketika melihat air mata turun dan wajah yang menyiratkan rasa sakit yang mendalam dari bocah itu. Dan..

Perasaan berdebar saat bibir mereka bersentuhan.

"... Ah! Berhenti memikirkan itu Scaramouche! Ketahui situasi sekarang! Sekarang bukan saatnya memikirkan kejadian bibir bercumbu itu! Aaarrghh! ////", Scara mengambil bantal dan menutup wajahnya yang memerah dengan bantal. Dia merasa bersalah terhadap Wanderer atas perkataannya, namun tidak bisa dipungkiri bahwa isi kepalanya kembali memutar di menit-menit saat bibir mereka bersentuhan.

Scaramouche bangkit dari posisi berbaringnya menjadi posisi duduk diatas kasur. Sungguh, ia tidak bisa tenang, ingin sekali rasanya ia mendobrak pintu kamar Wanderer dan memeluknya lalu mengucapkan maaf berulang kali hingga anak itu tenang. Tapi sebagian dari dirinya menghentikannya karena perkataan Makoto ada benarnya untuk membiarkan Wanderer tenang dulu. Belum lagi dikamar Wanderer sudah pasti ada Ei. Ia tidak akan terkejut jika wanita itu mengusirnya karena membuat putra semata wayangnya menangis. Dengan gelisah, Scara menggaruk kepalanya.

Tidak, dia tidak takut diusir, toh dia sudah pernah hidup mengembara sendirian. Dia gelisah karena perasaan bersalah yang terus menghampirinya. Sial, jika bukan karena perkataan Makoto, ia sudah mendobrak pintu kamar Wanderer sedari tadi. Ia benar-benar tidak bisa tenang menunggu Ei menenangkan Wanderer.

Tok! Tok!

Baru saja dipikirkan, wanita itu mengetuk pintu kamar Scara. Scara bergegas membukanya, dan tentu saja raut datar dari wajah Ei menyambutnya. "masuklah", ujar Scara. Ei pun masuk dan duduk di sofa didalam kamar, Scara duduk di sofa yang berhadapan dengan Ei. Selama beberapa detik kesunyian melanda mereka, Scara yang menunggu Ei berbicara dan Ei yang sedang mencoba menyusun kalimat di otaknya.

Tapi akhirnya Scara yang bersuara, "huft... Jadi bagaimana? Itu.. Kondisi Awan?", tanya Scara. Ei menatap Scara masih dengan pandangan datar. "Dia sudah tenang dan sekarang tengah tertidur", ujar Ei. Scara mengangguk mengerti.

"... Hmh.. Sepertinya aku harus menceritakan tentang putra sulungku kepada mu..", ujar Ei. "Tentang Kunikuzushi?", tanya Scara, dibalas anggukan oleh Ei. "Apakah tentang kematiannya? Kematian Kunikuzushi yang dilupakan oleh Awan?", Ei kembali mengangguk menjawab pertanyaan Scara. Mendapat anggukan itu, Scara kembali diam, membiarkan Ei membuka suara. Pastinya tidak mudah bagi seorang ibu untuk kembali me ceritakan kematian anaknya.

Can I Call You Brother? Or... Darling?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang