Chapter 2

397 36 8
                                    

Langit biru yang cerah menyelimuti kota Jakarta yang senantiasa dipenuhi oleh kesibukan para manusia. Tidak terkecuali bagi manusia kebo yang suka telat bangun pagi dan sering di hukum sama guru BK karena keseringan telat masuk sekolah.

Kenalin, namanya adalah Awan. Nama panjangnya adalah Raiden Wanderer, tapi temen-temennya lebih suka memanggil anak ini dengan sebutan Awan. Kadang dipanggil Wawan, biasanya yang manggil dia begitu pasti manusia-manusia tidak berotak yang menyamar menjadi temannya :v.

Ketika orang-orang sudah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, lihatlah anak ini... sudah jam 06.45 a.m dia malah masih setia memeluk bantal gulingnya yang bergambar anak kucing ungu yang sedang menangis. Mana tidurnya nginces pula, hueeerrghh. Saking enaknya tidur, dia tidak sadar ada langkah kaki menggelegar terjeder-jeder sedang menaiki anak tangga menuju kamarnya. Dan...

BLAAMMM!!

DUKK!!

"ADOOWWHHH!!", - Awan.

"AWAN! BANGUN SEKARANG ATAU UANG JAJAN MU MAMAH TARIK!!!", ujar seorang wanita berambut ungu yang dikepang dan memiliki mata ungu yang indah, dibawah mata kanannya terdapat tahi lalat yang menambah kecantikannya. Bocah kebo yang akhirnya bangun itu mengusap belakang kepalanya yang tadi terkena lemparan spatula mama nya.

"Ssstt... mama bangunin Awan tuh yang lembut dikit kek! Aduh... lama-lama Awan bisa geger otak nih dilempar spatula mulu!", ujar si anak, protes kepada sang ibunda atas rasa nyeri yang berdenyut dikepala bagian belakangnya. "Kamu tuh ya! Maunya dibangunin dengan lembut, tapi tidurnya tidur mati! Ngebo aja terus! Udah jam berapa ini?! Sana siap-siap mandi! Tante mu juga udah siapin sarapan dari tadi!", ujar sang mamah, mari sebut saja namanya yaitu Raiden Ei, akrabnya dipanggil Ei.

"Huh? Memang sekarang jam bera-", seketika mata Awan membelalak melihat jam dinding yang tergantung dikamarnya, "OWALAH ASU! GUA TELAT LAGI ANJIR!!", ujarnya, manusia kebo itu pun langsung lari terbirit-birit menuju kamar mandi di kamarnya. "HEH! BAHASANYA YA DEK!", sang ibu yang lelah melihat kelakuan anaknya hanya bisa mengusap batang hidungnya sendiri. Sudahlah bandel, suka ngebo, tidur kayak orang mati, keseringan goblok, bahasa juga sembarangan, pendek, hidup pula :v. Untung aja kegoblokan anaknya itu tidak mempengaruhi nilainya disekolah. Cukup ia dipanggil ke sekolah karena anaknya keseringan telat, kalau sampai nilainya merah juga... Ei yakin dia akan men-smackdown putra semata wayangnya itu.

Ah... Ei jadi teringat dengan masa-masa dimana ia masih memiliki dua putra.

Ya, kalian tidak salah baca.

Raiden Ei sebenarnya memiliki sepasang anak lelaki kembar. Akan tetapi sang kakak telah dipanggil lebih dulu oleh yang maha kuasa, meninggalkan sang adik didunia yang fana ini. Mata Ei seketika berkaca-kaca, ia melirik sebuah bingkai foto dimeja belajar Awan, bingkai foto itu tidak berdiri tegak melainkan ditutup.

Ei berjalan menuju bingkai foto itu dan mengangkatnya. Ia mengusap foto itu.

Terlihat difoto itu kedua putranya yang tengah tersenyum, yang satu memiliki rambut ungu seperti dirinya tetapi nyaris kearah hitam serta mata ungu neon, yang satu lagi memiliki rambut ungu kebiruan dan mata biru laut. "Sudah tiga tahun semenjak kejadian itu...", ujarnya, wanita itu berusaha untuk menahan kesedihan yang melanda hatinya. Ia menghembuskan nafasnya, kembali meletakkan bingkai foto itu seperti keadaan semula. "Andai saja Kuni masih ada disini, Awan pasti tidak akan nakal begini", ujarnya, ia pun keluar dari kamar putranya.

Tiga tahun yang lalu, hari dimana tragedi kecelakaan menimpa dan merenggut nyawa seorang putra dari Raiden Ei, kakak kembar Raiden Wanderer. Satu hari yang menumbuhkan trauma dan kesedihan mendalam bagi sang adik yang ditinggal mati kakaknya. Satu hari yang membentuk Raiden Wanderer yang sekarang. Dan satu hari yang tidak akan pernah dilupakan oleh sang adik.

Can I Call You Brother? Or... Darling?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang