Selamat membaca
“Kamu serius mau jualan aja, Ra?” tanya Bu Aisyah setelah mendengarkan penuturan tentang rencana anak sulungnya untuk berhenti bekerja di sebuah perusahaan besar dengan posisi yang cukup tinggi dan beralih profesi.
“Iya, seriusan dong, Bu. Barengan sama teman Rara yang baru lahiran itu. Dia kan jago desain baju. Nanti kita juga jualannya enggak cuma di pasar tapi sementara ini enggak perlu buka toko juga. Lewat online aja dulu, Bu,” timpal Yusra antusias.
“Ibu, sih, terserah kamu aja, Ra. Asalkan enggak yang aneh-aneh, Ibu pasti dukung kamux kok.” Setiap orang tua pasti melakukan hal yang sama seperti Bu Aisyah, mendukung anaknya selagi bukan keburukan.
Senyuman Yusra semakin mengembang lebar saking bahagianya.
“Kalau kamu butuh tambahan modal, kasih tau Ibu aja. Nanti Ibu bilang sama ayah.” Selain dukungan dari Bu Aisyah, Yusra tentu membutuhkan dukungan Pak Ramdan juga, baik secara materi maupun imateriel.
“Rara masih ada tabungan buat modal kok, Bu. Ibu tenang aja,” sahut Yusra lembut.
“Ya, udah. Pokoknya kalau perlu apa-apa, kamu langsung kabarin Ibu. Awas aja kalau sampai enggak,” pesan Bu Aisyah diimbuhi ancaman.
"Siap, Ibu Bos!" Yusra mengangkat tangan dan melakukan sikap hormat.
“Omong-omong, Ayah udah dikasih tau?”
“Dikasih tau apa, nih?” Yang dijadikan objek perbincangan tiba-tiba muncul menimbrungi obrolan sepasang anak dan ibu itu.
Yusra dan Bu Indah saling melempar tatapan, menuding satu sama lain untuk menyampaikan rencana Yusra kepada Pak Ramdan.
“Ada apa, sih? Kok pada diem-dieman kayak gini? Hayo! Ngerahasiain apa dari Ayah?” Pak Ramdan menatap bergantian istri dan anakya itu penuh selidik.
“Kak Rara mau mulai usaha jualan, Yah,” timbrung Cakra.
Ketiga orang yang lain, sontak mengalihkan atensi ke arah si bungsu.
“Lho, kamu nguping ya, Dek?” timpal Yusra menuduh.
“Enggak bisa dibilang nguping juga sih, Kak,” elak Cakra. “Dari tadi aku kan ada di dapur. Lagi benerin keran wastafel,” dalihnya.
Ruang makan tempat di mana Yusra dan Bu Aisyah berbincang memang masih berdampingan dengan dapur. Lagi pula, suara Bu Aisyah dan Yusra seperti orang diskusi biasa, tidak melalui bisikan. Wajar kalau pembicaraan mereka berdua terdengar oleh telinga lebar Cakra.
“Jadi beneran kamu mau jualan, Ra?” Pak Ramdan memastikan kepada si sulung.
Yusra mengangguk dengan yakin.
“Kemarin, Rara udah ajuin surat pengunduran diri. InsyaAllah, pertengahan bulan depan Rara udah bisa keluar dari perusahaan. Kalau usaha, sih, udah mulai dijalanin dikit-dikit, Yah.” Yusra kembali menjelaskan pada Pak Ramdan, sama seperti yang sebelumnya dia sampaikan kepada Bu Asiyah.
Pak Ramdan mengelus dagu yang ditumbuhi jenggot tipis-tipis dengan tangan kanannya.
“Menurut Ayah gimana? Setuju apa enggak sama rencana Rara?” Yusra menatap Pak Ramdan penuh minat.
Restu Bu Aisyah sudah Yusra dapatkan, hanya tinggal menunggu persetujuan dari Pak Ramdan. Meskipun Yusra yakin akan diizinkan, tetap saja dia harus bertanya untuk memastikan.
“Ya, Ayah setuju aja, sih, asal kamu beneran serius. Memulai sesuatu enggak cuma modal niat, lho, Ra. Konsisten juga perlu. Wajib malahan,” tutur Pak Ramdan berpesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Closer to You (Tamat)
Romansa(Rewrite-republish dari apk sebelah) Menjadi tulang punggung keluarga, membuat Darlita Cahaya rela melakukan apa saja demi menghidupi ibu dan adiknya. Termasuk memamerkan kemolekan tubuh melalui akun instagram yang dikenal dengan nama Starla. Bahka...