WEDDING DAY

6 1 0
                                    

Kepergian Dalenish menyisahkan beberapa penyesalan, namun itu semua harus dikesampingkan demi fokus ke project wedding Alessa dan Ardi, jadi Renzzar sudah mempersiapkan semuanya. Seminggu setelah prewedding kemarin Renzzar langsung menginstruksikan kepada karyawannya untuk ikut ke Bandung, Dalenish tidak sepenuhnya meninggalkan pria bujang 24 tahun itu, kini usia keduanya bertambah. Hanya berbeda satu bulan dari Dalenish, Renzzar sudah genap berusia 24 tahun.

Untuk ukuran laki-laki memang masih belum terlalu dituntut untuk menikah, hanya saja hidup membujang bukanlah hal yang enak menurut Renzzar, Dalenish masih menyempatkan untuk chat atau telepon walau hanya bertanya kabar.

"Kamu udah siap nikah, Wel?" tanya Renzzar di telepon.

"Entah, rasanya deg-degan, Jelek! Apa semua orang begini ya?" di malam sebelum pernikahan Renzzar masih mencoba menjalin komunikasi dengan Alessa, walau setelahnya ia berjanji akan benar-benar pergi.

"Semua orang pasti merasakannya, Bawel!
Besok adalah hari di mana semua kehidupanmu akan berubah, dari status hingga nama belakangmu juga akan berubah. Menjadi nyonya Setiawan. Wih... keren!" Renzzar mencoba menggoda Alessa untuk meredakan rasa khawatir wanita berusia 26 tahun itu.

***

"Saya terima nikah dan kawinnya Alessa Basenda binti Subandi dengan mas kawin dibayar tunai!" dengan lantang ucapan itu diucapkan Ardiansyah Setiawan, semua saksi berkata "SAH!"maka detik itu juga Alessa Basenda menjadi istrinya.

Renzzar menitihkan air mata bahagia melihat wanita yang pernah atau masih ia cintai bersanding di pelaminan dengan laki-laki pilihannya, sambil tetap profesional memotret setiap momen kebersamaan dengan beberapa kerabat dan keluarga dari keduanya, dada yang sesak bukanlah hambatan untuk sebuah kesuksesan pekerjaan.

Renzzar sempat berfoto dengan kedua mempelai, ya pastinya karyawannya lah yang disuruh memotretkannya sambil terus fokus men-shooting segala acara yang ada. Bahagia itu adalah ketika melihat orang yang kita cintai bahagia, "apakah itu semua nyata?" "Nggak!" Renzzar masih akan tetap menyimpan rapih perasaannya hingga nanti perasaan itu akan menghilang dengan hadirnya seseorang.

Semua rangkaian acara selesai sampai malam, Renzzar langsung pamit kepada Ibu Alessa meski ia tidak bisa langsung menemui anaknya yang masih sibuk menyalami tamu di atas pelaminan.

"Terimakasih ya, Nak!" sang Ibu menggenggam erat tangan Renzzar.

"Iya, Bu. Sama-sama, semoga Ibu dan Bapak sehat selalu ya, salam buat Alessa. Saya pamit!" Renzzar mencium tangan sang Ibu dan kembali ke mobil Terios yang ia naiki bersama karyawannya.

"Akhirnya selesai juga!" dalam hati Renzzar bergumam, sambil mengembuskan napas lega akan rasa sesak di dada  sepanjang acara tadi.

***

Menyadari sesuatu hal saat sudah terlambat itu memang biasa terjadi, lalu mulai laki-laki berusia 24 tahun itu berandai-andai, "Seandainya aku jujur pada Dale, pasti dia tidak akan pergi ke Singapur! Bodoh!" menyalahkan diri sambil beberapa kali menampar pipinya sendiri.

Dalenish memang jarang mengangkat telepon saat Renzzar butuh, mungkin karena kesibukan kerjanya. Dia wanita yang sangat mandiri dan sudah seharusnya Renzzar menyadari bahwa Dalenish cocok dijadikan calon istri. Renzzar memilih menghilang dari peradaban, setelah pernikahan Alessa membuatnya berpikir bahwa tidak akan menerima job prewedding karena pasangan yang melakukan prewedding itu belum sah.

Renzzar memutuskan untuk mengenal islam lebih dalam dengan berhijrah, karena kegalauan dalam hidupnya pasti semua karena kehendak Allah Subhanahu Wa Taala, tidak ada alasan untuknya menghindar dari takdir meski itu berat, hijrah untuk meraih anugerah berupa hidayah.

"BISMILLAH!"

BESTAI (JELEK DAN BAWEL) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang