WEDDING DREAMS

2 1 0
                                    

Di sebuah restoran daerah Kemang, Jakarta Selatan Renzzar mengajak makan malam romantis seorang wanita yang dua tahun ini menemaninya, memang bermula dari sebuah Bar dan bukanlah permulaan yang baik untuk mengenal sosok Ilnessa Nur sebagai salah satu pekerja di sana. Wanita dengan pipi cubby dan berbadan sedikit gempal itu membuat Renzzar kagum, bukan sekadar cantik yang kini dicari oleh pria berusia 26 Tahun itu.

Ya, seperempat abad ia habiskan waktu di dunia untuk sebuah petualangan, di mana mendekatkan diri pada Tuhan juga sudah ia lakukan, meski tidak mendapatkan istilah istiqomah. Renzzar Mahesa memilih jadi hamba apa adanya, tetap bekerja dan berkarya selayaknya manusia biasa.

"Are you happy, Nes?" sambil mengenggam erat tangan halus wanita di depannya itu, Renzzar menyiapkan satu meja khusus untuk makan malam bersama kekasihnya, disertai lilin yang menyala agar tidak ada lalat yang menganggu makanannya dan pastinya agar terlihat romantis.

Dibalasnya anggukkan kepala yang penuh keyakinan, diiringi senyum manis yang terlukis di wajah imutnya. Ilnessa merasa bahagia bisa bertemu dengan laki-laki seperti Renzzar.

Setelah mereka menyantap makanan dan ditutup dengan disert, laki-laki berkacamata itu mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Ya, sebuah kotak cincin berwarna hitam yang simple dan dibukanya kotak itu. Terlihat cincin berbahan emas putih dengan mata kecil yang berkilau, diberikannya itu ke Ilnessa dan untuk pertama kalinya Renzzar memutuskan melamar seorang wanita yang ia yakini akan menjadi calon istrinya.

"Will you marry me?"

Tersenyum dengan menutup mulutnya, mata sipit itu lantas berkca-kaca dan menganggukan kepala sambil berkata, "Yes, I will." Renzzar merasa sangat bahagia malam itu, dipakaikannya cincin indah itu di tangan wanita yang ia cintai.

***

"Wah, keren sih bos kita ini bentar lagi married!" teriak salah satu karyawan di studio. Dibalas dengan senyum bahagia, Renzzar hanya terus membayangkan bagaimana nantinya konsep pernikahannya. Sebelum itu, pastinya ia harus datang ke rumah Ilnessa di Jawa Tengah. Tepatnya Cilacap, ya, Renzzar pertama kali ke sana dan akan langsung melamar wanita itu.

"Mah, bilang sama Papah, lusa kita ke Cilacap ya?" ujar Renzzar via telepon. Mamahnya kaget karena sangat mendadak, memang sebelumnya Ilnessa sudah kenal dekat dengan sang Ibu, hanya saja untuk perjalanan dari Jakarta ke Jawa Tengah itu lama.

"Kamu yakin mau secepat ini, Renz?" Nessa menarik tangan Renzzar saat berada di ruang kerja di studionya.

"Kenapa, sayang? Lebih cepat lebih baik kan?"

"Nggak gitu juga, Aku harus kabari dulu keluargaku di kampung."

"Its okay, Love! Kamu telepon aja." Menawarkan telepon yang sedang digenggamnya, Renzzar ingin meyakinkan kedua orang tua Ilnessa bahwa ia layak jadi mantunya.

Entah apa yang dikhawatirkan Ilnessa, ia hanya semua ini terasa terlalu cepat. Karena sesuatu hal yang terkesan terburu-buru bisa tidak maksimal dan bahkan kacau nantinya, mungkin tidak di persiapan pernikahannya tapi di hubungan pernikahan itu sendiri.

Dua tahun memang bukan waktu yang sebentar mengenal satu sama lain, namun bagi Ilenssa masih banyak hal yang belum ia ungkapkan kepada Renzzar selama ini. Bahkan, sering kali masih merasa minder dengan keluarga Renzzar yang berada sedangkan dia hanya dari kampung dan bekerja mantan Ladies Cafe.

"Aku sayang banget sama kamu, Nes! LOVE YOU!" Laki-laki berkacamata di hadapan Ilnessa itu memegang kedua pipi cubby Nessa dan menghadapkan pandangan matanya ke arah matanya, mencoba meyakinkan bahwa selama kita saling menyayangi dan mencintai semuanya akan baik-baik saja.

"Iya, Aku juga sayang kamu!"

Itu lebih dari cukup, sayang! Renzzar memeluk wanita yang ia cintai, ia berjanji akan menjaga wanita itu sekuat tenaga, akan membahagiakannya dengan segala cara.

***

Cilacap, Jawa Tengah

"Tujuan kami ke sini untuk melamar putri Bapak dan Ibu yaitu Ilnessa Nur untuk menjadi istri dari anak kami Renzzar Mahesa, apakah Bapak dan Ibu setuju?" ungkapan dari keluarga Renzzar saat menghadap keluarga Ilnessa.

"Kami serahkan sepenuhnya keputusan kepada anak kami, Ilness?" tatapan bapak dari Ilnessa mengarah pada anak gadisnya, ia hanya mengangguk mantap disertai senyum malu.

"Alhamdulillah, lamaran diterima!" ucap syukur para tamu yang datang. Setelah itu mulai menentukan kapan hari pernikahan, akan diselenggarakan di mana kira-kira acaranya, karena Jakarta bukan tempat yang pas menurut Renzzar dan keluarga. Sebagian besar keluarga Renzzar masih di Bandung, jadi kemungkinan kalau tidak di rumah mempelai wanita maka akan diselenggarakan di salah satu gedung di Bandung.

Waktunya tidak terlalu lama dari lamaran, karena Renzzar terkesan sudah tidak sabar untuk meminang sang pujaan hati. Banyak keraguan di sisi Ilnessa, itu terus ditepisnya karena melihat kebahagiaan yang terpancar dari pria yang ada di depannya membuatnya tidak tega jika harus hancur meski itu jujur.

Pernikahan sederhana saja yang menjadi impian seorang Ilnessa, baginya kehidupan setelah pernikahan lebih penting, buat apa mereka mengadakan acara mewah puluh-puluh juta jika hasil hutang lalu setelah menikah bingung mencicilnya.

"Aku bahagia, Nes. Terima kasih kamu telah menerima Aku dan keluargaku."

"Sama, terima kasih juga sudah hadir, meski kamu tahu siapa aku di masa lalu dan pertemuan kita ..." ditutupnya bibir tipis itu dengan jari telunjuk Renzzar, seakan tidak boleh dilanjutkan kata-kata yang ujungnya akan menjadikan rasa minder seorang Ilnessa.

BESTAI (JELEK DAN BAWEL) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang