NOSTALGIA

2 1 0
                                    

"Hei, Kamu apa kabar?" Alessa refleks memeluk Renzzar setelah membuka pintu studio.

"Baik, kamu gimana?" mencoba melepaskan pelukan erat dari Alessa, karena ada Ardian di belakang wanita itu sedang menggendong gadis kecil yang sangat cantik. Mazaya memiliki senyum yang manis seperti ibunya, meski begitu ada campuran dari wajah sang ayah.

Renzzar menyambut keluarga kecil itu dengan sangat ramah, mencoba menebarkan senyum terus menerus untuk menutupi rasa irinya kepada Alessa yang mampu mempertahankan rumah tangga yang sudah ia bangun.

Namun, keramahan itu tidak menjamin pertanyaan tentang Ilnessa tidak keluar dari bibir tipis Alessa, Istrimu mana, Renz?

Dengan wajah bingung dan canggung, pria berkacamata itu mencoba terlihat santai sambil menaikan kacamatanya yang tidak melorot, Dia baik.

"Iya, Ilnessa di mana? Benarkan namanya Ilnessa?"

"Iya benar, dia ada di rumah." Mencoba menutupi keadaannya pada Alessa, karena momen pertemuan setelah sekian lama bukan saatnya untuk memberitahu keadaan yang sedang tidak baik-baik saja.

***

Sesi foto memakan waktu kurang lebih satu jam, mereka terlihat bahagia saat berpose selayaknya keluarga harmonis. Gadis mungil nan cantik itu sangat pandai berpose, sampai Renzzar membayangkan, jika anaknya saat itu hidup maka akan secantik Mazaya.

Kemungkinan anak kamu perempuan, Renz! Karena saat hamil Ilenessa sangat benci sama kamu. Ucapan Mamah saat itu terngiang di kepala Renzzar. Jika benar anaknya hidup dan berjenis kelamin perempuan, maka pria berkacamata itu akan menjadi cinta pertama dari anak yang tadinya tidak ia percaya. Pertemuan singkat dan komunikasi yang terjalin kembali dari Renzzar dan Alessa tidak hanya sampai di situ saja, mereka masih terus menjalin silaturahmi setelah sesi pemotretan.

Bandung, 28 Februari 2023

Renzzar memilih untuk sering pulang ke Bandung, mencoba menghilangkan kepenatan yang ada dipikirannya selama di Jakarta. Entah itu pekerjaan kantor atau kesibukan di studio foto. Kini laki-laki berusia 27 tahun itu mencoba untuk lebih menikmati hidupnya sendiri dan menyenangkan diri sendiri.

Lembang atau sekadar menyusuri kota Bandung menjadi pilihannya dalam menyegarkan pikirannya, sedangkan Alessa yang masih bekerja di salah satu Hotel di Bandung kini sudah menjadi admin, yang artinya ia tidak hanya sebagai resepsionis saja.

Beberapa kali Renzzar bertemu saat sedang check-in di Hotel, meski bukan Alessa yang menyambutnya, namun ia sering memberikan kabar terlebih dahulu sebelum ke Bandung. Pertemuan yang masih dilakukan semata hanya untuk bersilaturahmi. Hingga pada akhirnya semua kenangan itu menjelma menjadi keinginan untuk mewujudkan apa yang tidak sempat terwujud.

***

"Are you okay, Renz?"

"No! But its okay, Sa!" sambil mencopot kacamatanya dan mengucek kedua matanya yang tidak gatal.

"Kamu benar berpisah dengan istrimu setahun yang lalu? Kenapa saat aku di Jakarta kamu nggak cerita?"

Hanya tersenyum dan tersipu malu, Renzzar mencoba untuk menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja saat itu. Sedangkan pertemuannya kali ini dengan Alessa masih dibatas wajar, hanya nongkrong di coffe shop yang berada di sekitaran jalan Antapani. Hingga makan di restoran dekat-dekat situ.

Alessa yang terkadang pulang telat dan memiliki banyak alasan kepada sang anak, memiliki perasaan mengganjal setiap kali bertemu dengan Renzzar. Ada rasa kasihan dengan laki-laki yang dua tahun lebih muda darinya itu, ia menyayangkan kenapa pria berkacamata itu harus mendapatkan wanita seperti itu.

Dari sisi seorang Renzzar mungkin memang Ilnessa yang meninggalkannya dan menggugat cerai secara tiba-tiba, namun jika ditelisik dari sudut pandang seorang istri yang sudah tidak mendapat kepercayaan dari suaminya maka untuk apa bertahan? Ditambah emosional Renzzar yang tidak terkendali karena pusing memikirkan pekerjaan terkadang menyakiti hati sang istri.

Belas kasih Alessa memberikan alasan untuk segala kenangan indah dari jaman SMA kembali terngiang di kepalanya, sikap Renzzar yang masih selalu sama bahkan suaranya saat beberapa kali telepon di sela-sela jam kerja si Bawel membuatnya rindu akan kenangan manis itu.

***

"Kamu ingat nggak, Jelek? Awal kita ketemu?" tanya Alessa saat duduk di bangku besi dalam sebuah Mall di Bandung.

"Ingat, kamu ingin kenalan kan sama aku?" Pas lagi latihan basket?

"Eh, cowok yang waktu itu manggil kamu namanya siapa ya? Ade atau Dede?"

"Kak Dede, yang sering kamu ledek udah gede masih dipanggil Dede!" Mereka tertawa bersama mengingat moment awal perkenalan di lapangan basket sekolah.

Kenangan indah yang tidak akan pernah terlupakan, perjalanan setelah itu yang tidak pernah menjadi kenyataan di mana selalu saja ada halangan untuk mereka menyatukan hati dalam sebuah hubungan resmi.

Jelek dan Bawel hanyut dalam keadaan mengenang dan bernostalgia dengan kebahagiaan yang tidak pernah mereka dapatkan yaitu tentang sebuah kebersaman.

BESTAI (JELEK DAN BAWEL) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang