Alessa mengajak pulang setelah selesai makan, obrolan tentang lamaran membuat Renzzar merasa putus asa terhadap sebuah harapan yang tadinya berharap bisa mewujudkannya. Sebelum ke rumah, Alessa meminta adik kelasnya itu mengantar dia ke sebuah rumah penjahit, ternyata kebaya yang akan dikenakan saat proses lamaran masih ada perubahan.
"Nggak papa kan, kamu anterin aku ke rumah penjahitnya?"
Renzzar hanya menganggukkan kepala hingga helm cakil yang ia kenakan bergoyang, kepalanya terisi pikiran-pikiran tentang betapa bahagianya laki-laki yang bersanding dengan Alessa.
Menyusuri Jalan Antapani, mereka sampai di rumah penjahit. Menunggu di atas motor matic nya. Renzzar melamun, Kenapa dia harus muncul dengan situasi seperti ini?
"Doooor!"
Tubuh Renzzar terguncang karena kaget ditepuk dari belakang oleh Alessa, suara huruf R yang samar itu membuat senyum laki-laki berkacamata itu memancar. "Kamu mengagetkanku, Wel!"
"Ya abisnya, dari tadi ngelamun mulu, kenapa sih?"
Terus ungkapan kata seperti tadi memenuhi sanubari, "Aku sakit hati, Bawel!" namun tidak mampu terucap oleh lisan basahnya, karena melihat sang Kakak kelas cantik itu bahagia sudah lebih dari cukup bagi Renzzar Mahesa.
Semuanya sudah selesai, kebaya yang akan dikenakan nanti sudah disiapkan. Lalu, Alessa mengajak Renzzar mampir ke rumahnya. Sang Mamah pun menunggu sejak tadi, laki-laki yang mengajak anaknya itu memberikan penjelasan bahwa tadi Cuma nonton dan makan sebentar.
"Kamu belum punya calon istri, Nak?" tanya Ibu dari Alessa, ia terlihat perhatian melihat Renzzar yang masih membujang di usia 23 Tahun.
"Belum, Bu. Tadinya mau sama Ale tapi malah sudah mau dilamar ya?" sambil tertawa kecil, dibalas tawa malu-malu Alessa dan Ibunya. Mereka memang sudah saling kenal dan akrab, apalagi bukan hal yang sulit bagi Renzzar untuk dekat dengan keluarga Alessa, walau hubungan mereka tidak pernah jelas dari awal.
Ibu Alessa sempat menawarkan sosok wanita lajang di salah satu kompleks perumahan, namun belum mendapatkan respon berarti dari Renzzar, ia menjelaskan bahwa kini dirinya masih fokus berkarir sebagai seniman di bidang fotografi.
"Berarti eta budak tukang photo nyak? Atuh Geulis, besok pake dia saja!" (Berarti dia orang yang suka motoin ya? Ya sudah cantik, besok pake jasa dia saja!)
"Ulah kitu atuh, Mah!" (Jangan begitu dong, Mah!) berdebat kecil di depan Renzzar, membuatnya mengiyakan usul si Ibu. Jika memang jasanya bisa dipakai demi kebahagiaan Alessa kenapa enggak.
Padahal rencananya masih bulan depan, namun persiapan hari penting memang harus jauh-jauh hari, dengan harapan semuanya lancar. Renzzar mungkin akan mengambil cuti dari perusahaan tempatnya bekerja, karena fotografer hanyalah side job selagi hobinya tersalurkan. Laki-laki berusia matang itu juga seorang karyawan di sebuah perusahaan besar di Jakarta, bisa dibilang dirinya sudah siap untuk menanggung hidup calon istrinya nanti, entah siapa biar Tuhan yang tahu.
Dari sinilah hati sudah bertekad akan menjaga silaturahmi dengan keluarga Alessa, sebelum pamit pulang ke rumah, wanita berhidung mancung itu menjabat tangan laki-laki yang sedang memakai helm. "Terima kasih ya, Ren!"
Tangannya masih halus seperti dulu, enam tahun berlalu namun wajahnya masih sama dan jabatan tangan yang erat itu tetap sama.
***
6 tahun yang lalu
"Hai, kenalkan Aku Alessa Basenda kelas 12 IPS, kamu Renzzar kan?" senyum menyeringai dengan indah dari wajah wanita berparas seperti orang arab.
"I-iyah, Kak. Salam kenal ya, Aku baru lihat Kak Alessa," dengan sedikit menaikkan salah satu alisnya menandakan keheranan Renzzar kenapa ada bidadari secantik ini bersekolah di sekolahnya namun ia baru sadar.
"Hehe... Iya, Aku jarang terekspose, tawa itu mulai terlihat," gigi yang rapih dengan susunan rapat itu menawan hati.
Sore itu setelah Kak Dede mengenalkan Renzzar pada Alessa, mereka berteman. Pertemanan yang tidak mudah dijalani seorang laki-laki dan wanita. Beberapa kali Renzzar meledek si cewek cadel itu, "Kak, coba ngomong pagarrrrrrr..." sambil tertawa memaksa Alessa mengerahkan sekuat tenaga menarik lidahnya yang keriting.
Beberapa kali Alessa memang menemani Renzzar latihan basket di sekolah, sempat mendengar gosip bahwa mereka jadian, hanya saja semuanya ditepis masing-masing. Bagi mereka menjadi teman membuat semuanya akan terlihat baik-baik saja, meski rasa nyaman di hati keduanya tak mudah ditampik begitu saja.
"Kamu masih sama BH?"
"Eh, BH? Maksudnya?!"
"Bojes Handika kan pacar kamu?" tertawa geli melihat ekspresi Alessa yang melongo dengan singkatan nama pacarnya yang disingkat Renzzar.
Hanya memanyunkan bibir dan menggerutu manja sambil menonjok kecil pundak cowok yang lebih muda darinya itu, Alessa merasa guyonan Renzzar selalu membuatnya bahagia meski sederhana.
Ya, Alessa memiliki kekasih bernama Bojes Handika, itulah salah satu alasan Renzzar tidak pernah berharap lebih dari seorang teman atau adik kelas kepada Alessa Basenda. Ditambah sebagai anak basket di sekolah Nusantara itu membuatnya masih merasa banyak diidolakan, bukan saatnya menjalin hubungan dengan satu orang. Eiits... tapi, Renzzar Mahesa bukanlah seorang playboy, dia memang kharismatik, banyak adik kelas saat ia mempromosikan ekstrakulikuler basket langsung tertarik untuk mendaftar ke team basket putri karena ingin sering melihat Renzzar beraksi men-dribble dan men-shooting bola karet bundar itu.
Beberapa waktu lalu Renzzar juga dikenalkan oleh teman yang baru saja pindah ke sekolahnya, Amora Christina. Ia dikenalkan kepada temannya di luar sekolah bernama Dalenish Risky Wirawan, dulunya Dale satu sekolah dengan Amora saat di Jakarta, namun di tengah semester dia terpaksa dikeluarkan karena bermasalah dalam program pertukaran perlajar di Belanda. Amora pindah ke sekolah Nusantara sama dengan Renzzar, sedangkan Dalenish dan satu sahabatnya pindah ke sekolah Bakti Praja Bandung.
***
"Hai, ini Dalenish, Renzzar!"
"Oh, Hai, kamu ...?" sebelum lanjutkan perkataannya sudah dipotong oleh Amora, "Dia teman kelasku!"
"Kamu anak yang katanya di keluarin itu?" tanya Renzzar dengan nada sangat hati-hati. "Iya, kenapa?" muka songong cewek berambut panjang dan berhidung mancung itu terlihat.
"Oh, enggak apa-apa sih, tapi nggak nyangka aja cewek itu secantik kamu," sembari menunjukkan gigi yang rapih dengan senyum tampannya membuat Dalenish lumayan melayang tinggi, hanya saja jangan harap Dale bisa langsung menyukai Renzzar saat itu, karena mereka baru berkenalan dan berharap menjalin hubungan baik.
Dalenish punya pacar bule dari hasil program pertukaran pelajar di Belanda, kembali pada prinsip Renzzar Mahesa yang tidak mau menjalani hubungan dulu juga membuat semuanya hanya terjalin sebatas hubungan pertemanan.
Saat tahu sekolah Dalenish yang baru berdekatan kerap Renzzar mengesampingkan Alessa, "Kamu sombong!" ujar kesal cewek cadel itu.
"Apa sih Bawel??? Sombong kenapa?"
"Ada cewek baru kan?" semakin kesal dan memalingkan wajahnya lalu menatap layar ponselnya dan membalas chat dari sang kekasih, Bojes Handika.
"Apa sih?! kalau ngobrol sama orang tuh ditatap matanya jangan ngeliat HP mulu! Balesin chat cowok lain di depan cowok juga pula!" membalas nada kesalnya dengan becanda menggoda Alessa namun mendapatkan respon tak terduga dari cewek cadel itu.
"Ya udah! Aku pergi, lagian nggak penting juga!" dia langsung meninggalkan tempat mereka bersama, di sebuah taman dekat lapangan basket menjadi saksi bisu antara si Jelek dan Bawel, namun kala itu pertemanan yang mereka bangun mulai goyah tanpa di sadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
BESTAI (JELEK DAN BAWEL) [END]
RomansaBESTAI, sebuah cerita dari orang-orang yang menyembunyikan rasa cinta di balik kata persahabatan atau yang sering disebut 'Bestie' Berharap tidak saling menyakiti, namun kalimat "Cinta tidak harus memiliki" hanyalah sebuah Ilusi. Cinta adalah pengo...