Bab 2

244 30 0
                                    


Suara petik kecapi dan seruling bersahutan dengan suara dentum pelan yang berat dari alat musik tabuh kecil yang dipukul sesekali dalam jeda yang panjang memenuhi sebuah ruangan besar di bagian dalam Qingluo.

Sebuah pesta perjamuan tengah berlangsung dan tentu saja itu adalah perjamuan yang diadakan oleh kalangan atas, karena hanya kaum bangsawan yang bisa menikmati perjamuan dengan para nanji sebagai pendamping dan juga penampil hiburan.

Masa itu, hanya orang-orang tertentu yang bisa memasuki Qingluo, karena tempat itu sebenarnya merupakan tempat rahasia. Kebanyakan orang hanya tahu rumah musik, sebuah tempat hiburan  dan  tempat di mana yiji  ( female courtesan ) tinggal dan disanalah kegiatan sehari-hari dan juga aktivitas melayani tamu terjadi. Sedangkan Qingluo, adalah tempat tinggal para nanji, di tempat itu mereka dilatih semua keterampilan seni dan di tempat itu pula aktivitas melayani tamu terjadi. Di ibukota, hanya ada dua rumah hiburan yang memiliki Qingluo di dalamnya, dan salah satu-nya adalah Baihe Qingluo tempat Xiao Zhan dan Xiao Yi Er tinggal.

Suara musik memenuhi ruangan meningkahi sahut-sahutan suara tawa rendah dari pria bangsawan yang tengah menikmati sajian makanan. Ada sekitar 10 orang pria berpakaian bagus dari bahan tenun terbaik dengan motif khas yang elegan dan menunjukan betapa berpengaruhnya posisi mereka di pemerintahan.

Diantara mereka ada satu orang yang duduk sedikit jauh terpisah, tepat berhadapan dengan panggung rendah tempat para pemain musik duduk. Usianya masih muda, namun dari garis wajahnya jelas terlihat ketegasan dan kuatnya determinasi yang dimilikinya di pemerintahan. Dia adalah Wen Zhou, jendral tertinggi pemimpin pasukan perang kekaisaran, posisi yang dimilikinya hampir setara dengan menteri pertahanan. Tak heran, orang-orang yang tengah menikmati jamuan begitu menghormati serta segan ketika berbicara dengan-nya. Di sisi pria tangguh itu duduk seorang Yi Er yang tampak sangat tenang, dan siap melayani sang jenderal—pemuda itu terlihat menawan dalam balutan pakaian  hitam dengan motif ikan emas yang di tenun dari benang emas dan merah.

"Jendral Wen, terima kasih telah mengundang saya dalam perjamuan ini," seorang pemuda bicara dengan bahasa sangat sopan, serta wajah yang tertunduk dalam penuh penghormatan—merendah, serendah-rendahnya seolah dia bahkan rela menyerahkan nyawa-nya jika sang jenderal menginginkan itu.

Sesaat setelah pemuda berwajah kaku tadi menyelesaikan ucapannya, suara tawa pecah dari bibir seorang Wen Zhou. Ia menertawakan betapa kaku dan formalnya sifat pemuda itu, seolah dia adalah orang lain dalam hidupnya.

Tanpa suara pria itu menyodorkan cawan anggur-nya ke arah Yi Er, memerintahkannya untuk kembali mengisi wadah keramik yang telah kosong itu. Suara kekeh tawa masih belum hilang darinya.

"Xiao Tuzi, penuhi kembali mangkuk anak itu..." kali ini giliran ia memerintah Xiao Zhan yang memang duduk di sisi pemuda itu, suara tawa rendah dari pria bangsawan lain yang memenuhi ruangan itu terdengar bersahutan membuat pemuda yang terlihat kikuk itu menjadi semakin merendah.

Jendral muda itu memanggilnya dengan sebutan Xiao Tuzi ( little rabbit) karena posisinya yang masih calon nanji, dan hal itu adalah sebutan umum bagi seorang trainee seperti mereka.

Xiao Zhan yang duduk disisinya pun merasa sedikit iba karena melihatnya yang merasa tertekan dalam suasana seperti itu, namun tak bisa berbuat apapun selain melayani dan mematuhi perintah—salah satunya, kembali mengisi chawan anggur pemuda itu sambil sesekali melirik untuk mengamati perubahan ekspresi yang melekat di wajah sempurna miliknya—meski terlihat kikuk dan canggung, ia tahu orang yang ada sampingnya itu sangat kuat dan tangguh namun hanya tidak terbiasa dengan suasana pesta yang ramai—itu terlihat jelas dari garis wajahnya yang tajam, sorot matanya yang menusuk, serta rahangnya yang terkatup kuat.

  Xiǎo Tùzǐ  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang