Bab 1

519 39 5
                                    

Suara isak tangis terdengar tepat dari bawah pohon willow tua yang telah lama mati di belakang sebuah kuil yang terlihat hampir roboh dimakan usia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara isak tangis terdengar tepat dari bawah pohon willow tua yang telah lama mati di belakang sebuah kuil yang terlihat hampir roboh dimakan usia. Suara tangis itu berasal dari seorang bocah lelaki berpakaian lusuh yang meringkuk mendekap kedua lututnya, menyembunyikan wajah chubby-nya yang kurang lebih sama lusuhnya dengan pakaian yang dikenakannya.

Suara tangis bocah lelaki itu hanya terdengar sayup-sayup lantaran kalah dengan suara nyaring serangga musim panas yang bersembunyi di pepohonan.

Iba....

Orang mungkin iba melihat bocah itu, tapi rasa iba hanya sebatas iba jika tak ada satupun orang yang mau mendekati bocah itu sekedar untuk bertanya kenapa dia menangis. Ya, tak satupun penduduk desa peduli padanya.

Anak laki-laki itu, Zhan. Tak ada nama keluarga yang menempel pada nama kecilnya karena memang tak ada yang tahu siapa orang tua bocah itu. Dia anak yang dibuang entah oleh siapa...

Penjaga kuil menemukannya 10 tahun lalu tepat dibawah pohon willow yang sama dengan tempat dia bernaung senja itu.

Semua penduduk desa membenci dan acuh padanya karena menganggapnya membawa kutukan, penyebabnya adalah karena satu hari setelah penjaga kuil itu menemukannya, pohon willow satu-satunya di desa itu, pohon yang dianggap keramat dan dipercaya abadi oleh penduduk desa perlahan mati, meninggalkan pokok kayu'a mengering.

Entah sudah berapa lama bocah laki-laki itu menangis disana, yang pasti bocah itu sendiri tahu bahwa selama apa pun ia berada ditempat itu, tak akan ada yang mencarinya.

"Zhan-zhan!?"

Suara seseorang menyeru namanya terdengar sayup-sayup terbawa angin musim panas yang pengap, suara familiar yang selalu ada disekelilingnya akhir-akhir ini dan membuatnya sadar kalau dia tidak sendirian setelah ditinggal mati penjaga kuil yang memungut dan merawatnya selama ini.

Sesosok anak laki-laki usia remaja muncul sambil terengah-engah, berusaha mengatur napasnya setelah berlari dari desa dan mendaki puluhan anak tangga menuju ke kuil yang letaknya di bukit bagian utara desa.

"Akhirnya aku menemukanmu..." masih dengan napas yang tersengal, putra kedua dari keluarga Wang itu melengkungkan sebuah senyum diwajahnya "Ayo pulang," mencoba berjalan semakin dekat pada bocah bernama Zhan itu, masih belum menyadari bahwa anak itu sedang menangis.

Tak ada jawaban dari Zhan kecil, dia masih saja menunduk menyembunyikan wajahnya. Tak ingin seorang pun melihatnya menangis.

Diabaikan tidak membuat pemuda kedua Wang itu kesal atau berbalik pergi seperti kebanyakan warga desa, ia justru berjalan mendekat, menghapus total jarak yang merentangi mereka, duduk disamping Zhan kecil-nya dan memeluknya erat.

" Hei...sekarang kau sudah tidak sendirian, jadi jangan menangis."

Satu dekapan itu langsung menghantarkan rasa hangat yang nyaman membuat air mata bocah itu berhenti seketika. Perasaan tenang langsung menyelimutinya tatkala sepasang lengan itu merengkuhnya semakin erat--perasaan tenang yang menyadarkannya bahwa dia tidak sendiri, dan tak akan pernah lagi sendirian. Ada seorang Wang Yibo yang akan selalu ada untuknya.

  Xiǎo Tùzǐ  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang