Saat mentari pagi menyinari, ada yang selalu di bayangkan jika senyuman itu adalah hal yang indah. Sepanjang hari hingga terbenamnya matahari itu sendiri. Dan senyuman itu akan kembali esok hari
Banyak orang yang menyapa Taufan, walau sekedar menanyakan kabar dan lambaian tangan dari orang-orang di sekitarnya.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan.."
Bukan hanya menyapa Taufan, ke- semua saudaranya juga mendapat perhatian dari orang-orang yang lewat di sampingnya. Sebaiknya kita tidak bicarakan ini. Setelah sekiranya mulai sepi, iris biru safir ini mengeluarkan senjata favorit nya
Wush
"Hoy kak Taufan!.. Jangan ngebut gitu aja dong ..." Ucap Blaze merasakan Angin kencang melewatinya hingga dedaunan ikut terhempas angin
"Hohoho..aku duluan..." Taufan melambaikan tangannya dengan tersenyum bangga
Dan Blaze pun mengejar kakak nya yang periang itu, meninggalkan Ice yang disampingnya dengan wajah malas seperti biasanya. Melihat Taufan menaiki skateboard dan meluncur, lalu Blaze mengejarnya karena kesal, Thorn menjadi takut karena tertinggal
"Jangan tinggalkan Thorn..."
Thorn juga ikut mengejar nya, menyisakan Halilintar, Gempa, Ice, dan Solar. Gempa hanya menatap ketiga saudara yang paling jahil dengan pasrah, berharap tidak membuat masalah lagi di jalan karena mereka lepas dari pengawasan si mama Gem. Di lain sisi, Solar sedang memegang layar gadget membanggakan wajah nya yang tampan. Halilintar?jangan tanya dia, wajah datar itu sedang berjalan dengan dengan mengalihkan pandangannya, eksperesi di manik merah Ruby itu tetap sama, datar, dingin, dan menusuk
Sesampainya di sekolah menengah, para saudara kembar ini menuju kelas nya masing-masing. Halilintar dan Taufan di kelas dua belas, Gempa, Blaze dan Ice di kelas sebelas, dan yang terakhir Thorn dan Solar di kelas sepuluh
Walau Taufan sampai terlebih dahulu ke sekolah tetapi Halilintar lebih dulu masuk ke kelas, sementara Taufan?
"Dimana ku harus letakkan skateboard ku ya?.." Taufan mencari tempat dimana benda kesayangan nya bisa disimpan dengan aman. Bolak balik ia mencari tempat yang aman bahkan di kamar mandi dan toilet. Apalagi sekolah terdapat tiga lantai
"Ah sudahlah aku bawa saja.." ucap nya yang sudah lelah menenteng benda biru tua itu
Saat ingin keluar dari kamar mandi, Taufan melihat segerombolan berandalan yang sedang merencanakan sesuatu pagi-pagi buta di sana. Saat itu juga hawa nya berubah. Tak ingin berlama-lama di sana Taufan pun melewatinya begitu saja
"Loh?bukan aku yang diincar ?.."//Batinnya
Taufan POV
Saat aku akan segera kembali ke kelas, aku melihat seorang berandalan yang tak asing dimataku sendiri, dia pernah membully ku sekali, tapi sekarang aku tak dihadang atau bahkan di lihat mereka, seolah mereka merencanakan itu untuk orang lain
Rasanya sesuatu yang lain akan terjadi, lebih daripada ini
Saat berjalan sampai ke kelas aku melamun, hanya memikirkan hal sepele itu. Murid lain sudah duduk rapi, aku juga melihat kak Hali yang duduk memandangi jendela di luar. Saat aku menatapnya perasaan aneh datang. Aku merasa aneh. Seperti akan ada yang pecah, Lalu kaca itu tak bisa disatukan lagi. Apa yang akan terjadi?
Kenapa?
Ada apa?
Aku menatap semua orang dengan sendu
Aku juga menatap kak Hali dengan perasaan aneh
Dan dia sama sekali tak melihat diriku yang masih berdiri di depan meja duduknya. Saat aku mulai menarik bangku saja dia masih menatap keluar jendela
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Line
FanfictionSetelah insiden besar yang terjadi, orang menyalahkan dirinya tanpa sebab, mereka melarang nya untuk tersenyum, bagi mereka senyumannya adalah malapetaka Segenap raga yang masih ia genggam di dalam urat nadinya, bersamaan dengan langit biru diatasny...