Sekian banyak nya saudara dari marga Boboiboy ini kenapa seolah aku yang merasakan kehidupan daripada yang lain?Aku adalah tokoh utama dalam keluarga besar ini? Aku tahu, aku tak seberuntung yang lain, dan itu sudah benar adanya. Tak seberuntung Gempa yang sangat paling dimengerti, tak seberuntung Solar di sukai para penggemar nya, tak seberuntung kak Hali dikerumuni kaum hawa yang menyukainya.Wajah yang sama tidak pasti keberuntungan juga sama, yakan? Pernah aku merasa dibuang sekali, dan ditampar hebat, padahal aku tak bersalah. Belum sempat aku berhenti memberikan penjelasan, aku dihujani bentakan dan sindiran keras yang menancap di tubuhku, lebih tajam daripada pisau, omongan yang terkadang terus menusukku hingga berdarah dengan paku tajam mereka
Impian ku hanya satu, semoga senyumku tidak akan pernah memudar sampai kapan pun, aku adalah Taufan dengan senyumannya. Hanya Taufan dan kesemua saudara dan keluarga ku..entah kenapa monolog ku terus berkata dan yang paling pasti...aku pernah terluka sebelumnya. Mereka pernah menjauhi ku, lalu mereka mendekati ku lagi, walau begitu aku tak
pernah menyimpan dendam.
.
.
.
.
"Kak Tauf?.." Ucap Ice menengok ke kelas yang begitu hening nya. Melihat kakak nya sedang duduk memandangi jendela, apalagi topinya dilepas, itu sudah memunculkan pertanyaan untuk Ice. "Ini gak biasa, Kak Tauf biasanya nyaut di panggil sekali.." Batin nya.
Ice kemudian masuk dan berjalan menuju meja bangku Taufan. Tetap saja, Taufan masih belum menyadari keberadaan Ice
"Kak Tauf?.." Ice memegang pundak Taufan, barulah Taufan memejamkan mata nya sekejap, lalu menoleh ke dimana asal panggilan itu
"Eh Ice?!langka banget jalan-jalan sampai ke lantai tiga begini..." Cicit Taufan menahan tawa sambil memakai topi nya
"Langka?! mati-matian aku berjuang menaiki tangga menuju lantai tiga!" Cetus Ice membuat Taufan semakin ingin tertawa
"Ngapain kesini?"
"Semua menunggu kak Taufan di kantin, kak Gem bilang, ga ada kak Taufan maka tidak lengkap.."
"Oh begitu ya?.." Taufan menatap Ice sendu
"Hm ya" Ice masih bingung dengan kakak didepannya, rasanya agak berbeda
Taufan dan Ice kemudian keluar kelas, berjalan menuju ke bawah.
"Kak?"
"Ya Ice?"
"Apa yang terjadi kak?kakak tidak pernah melamun, bahkan sudah kupanggil dari ambang pintu pun kakak masih belum dengar, apa ada masalah? Senyuman kakak sedikit berubah.." jelas Ice panjang lebar
Taufan merasa bingung dengan pertanyaan yang ditujukan kepadanya, bagaimana cara ia menjawab, tadi pagi hanya kejadian kecil, untuk apa diberitahukan. Justru Taufan lebih bingung dengan gaya Ice berbicara, bagaimana saudara yang dikenal malas bicara dan tidak peduli menjadi orang yang bicara panjang lebar dan perhatian seperti Gempa
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Line
FanfictionSetelah insiden besar yang terjadi, orang menyalahkan dirinya tanpa sebab, mereka melarang nya untuk tersenyum, bagi mereka senyumannya adalah malapetaka Segenap raga yang masih ia genggam di dalam urat nadinya, bersamaan dengan langit biru diatasny...