Dalam lamunan yang masing menemani, suara perdebatan suara keras nyaris tak didengarnya, pikiran dan mata sudah terlanjur pergi untuk sesaat, diam dan berpaku dalam hening. Sofa yang di bawahnya sebagai saksi bawa ia sudah terdiam begitu lama
Dari sudut lain mata dengan iris berbeda sedang menatap kakaknya yang sedang sibuk melamun, sementara orang yang terdiam itu masih ditempat nya.
"K-kak Taufan?"
"E-eh?"
Sekali lagi si bungsu membuyarkan lamunan kakaknya, tepukan pundak sebagi isyarat bahwa ia harus kembali ke alam sadarnya
"Maaf kalau kau panggil aku ga dengar.." ucapnya langsung merasa buyar
"Ishh kak berapa kali kakak melamun?kenapa?" tanya si bungsu narsis ini lagi dengan nada yang sedikit nada menyentak
Seketika pandangannya teralihkan, keringat dingin tiba-tiba mengucur deras mengalir, walau..itu adalah sepele sekali untuk merasa panik. Tapi?tak tahu lagi terkadang sejak tahun 'itu' sangat membuat dia berubah dan semakin berubah. tak tahu apa yang sedang terjadi dengan pikirannya sendiri, hanya bayangan tadi pagi di toilet sekolah yang masih menetap di otaknya, bukankah itu hal biasa?tapi kenapa anak ini terlalu mendalami apa yang terjadi
"Ga bayangin apa-apa cuma ngantuk aja kok" Jawab Taufan dengan nada yang kurang menyakinkan, senyuman pahit sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal sama sekali
"Ngantuk sampe pikirannya jalan-jalan sambil berdiri di belakang sofa gitu kak?!" Jelas Solar sambil menyarkas, nadanya mulai sedikit tinggi
Ketika itu juga semuanya langsung menoleh asal suara nada sedikit tinggi itu, Thorn yang sudah mulai sadar bahwa adik nya mulai mengeluarkan sifat perhatian nya ke kakak yang satu geng dengan Thorn sebagai TTM itu sudah semakin berbeda, ia tahu dan paham bahwa adik nya sedang menunjukkan sifat penyayang nya kali ini, tapi terasa sedikit berlebihan jika sampai nada tinggi, ya meskipun Solar sendiri sedang mencari keadilan untuk Kak Taufan itu, benar?
"Kenapa kalian berdua?jangan cari masalah malem-malem ya nanti tidur diluar saja jika mau berantem" jelas mama Gem tanpa aba-aba yang sudah mengeluarkan peringatan, dia sudah melerai pertengkaran antara Blaze dan Ice tadi pagi di sekolah
"Eh?e-engga Gem, kami ga berantem kok" Cicit Taufan mencari alasan. Gempa selalu ingat biasanya mereka akan bertengkar tanpa melihat waktu seperti biasanya. Namun ini..tidak seperti biasanya lagi
"Aku cuma mau bilang ke kak Taufan, jangan kelamaan bengong dari tadi" Sambung Solar memotong pembicaraan empat mata Taufan dan Gempa. Ia tahu bahwa hanya Solar yang paling mengerti diri sendiri yang paling prihatin dan dekat walau sering baku hantam.
" kukira mau gelud lagi, ternyata ini serius" ucap Gempa yang merasa sedikit lega. Tunggu lega?ya daripada baku hantam dan merusak semuanya lebih baik adu argumen saja dengan tak kasar tentunya
"Kok minta maaf Gem?" Taufan
"Heh kak Taufan juga selalu minta maaf kan?"
"SOLAR!!!!!!" Taufan yang merasa tersindir walau itu benar justru emosi, sekarang Taufan berteriak cukup keras, gemanya sampai ke lantai dua di kamar pertama. Secara tidak sengaja, seseorang di kamar tersebut langsung berhenti memijit teleponnya,
"Siapa yang teriak malam-malam begini, biasanya aku yang begitu jika emosi"
Bukankah terbalik jika Solar yang mengejek dan Taufan yang tersulut emosi hanya karena kalimat itu? mungkin Taufan ingin menyembunyikannya tapi sikap Solar terlalu jujur dan selalu mengsarkas itu membuat Taufan merasa tidak enak, niat ingin menyembunyikan lukanya malah diungkap begitu saja dengan enteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Line
FanfictionSetelah insiden besar yang terjadi, orang menyalahkan dirinya tanpa sebab, mereka melarang nya untuk tersenyum, bagi mereka senyumannya adalah malapetaka Segenap raga yang masih ia genggam di dalam urat nadinya, bersamaan dengan langit biru diatasny...