Chp 6|| Cafe Coklat Panas•

496 55 38
                                    

Aku saudara kalian kan?tapi mengapa kakak kita memperlakukan ku seperti saudara tiri?
.

.

.

.

.

.

.
Di tempat lain, seorang pemuda sedang membuka gerbang menuju jalan rumah nya. Taman air melingkar di depan rumahnya sungguh sangat mewah apalagi rumah nya berada di tengah-tengah area perkebunan pribadi. Sayang nya dia berjalan kaki hari ini, lagipula orang tuanya juga tidak akan peduli karena terlalu sibuk mengurusi bisnis nya

Begitu dia sampai di mansion besar dan mewah dia langsung disambut dengan pelayanan serba hitam di depan pintu berwarna coklat tua yang berkilau

"Tuan muda, kenapa bisa terluka lagi?, Tanya pelayan tersebut mengambil tas punggung milik tuan mudanya

"Tidak usah akan ku bawa sendiri, lagipula pelayanku lebih peduli daripada orang tuaku.." sarkas nya mengambil kembali tas yang ia bawa

"Tuan muda, pahamilah orang tua anda selalu sibuk, saya disini untuk melayani mu"

Setelah pelayan pribadinya mengucapkan kalimat itu, dia semakin kesal dan meninggalkan nya sendiri, menaiki tangga yang bernuansa kerajaan berwarna putih dan dihiasi corak emas yang indah. Cukup lama menuju lantai kedua nya yang sangat tinggi

"Huh..Bahkan aku ini anak orang kaya, mereka berandalan itu masih tetap menghajarku.." ucap nya menghela nafas

Dia masuk ke kamar nya, melepas dasi abu-abu itu disembarang tempat, hal yang pertama ia lakukan adalah pergi ke kamar mandi, memandangi benda  besar mengkilap yang menampakkan dirinya sendiri, lalu dia mengingat sesuatu. Sesuatu berwarna biru tua yang berkilau karena cahaya sedang menyinari nya. Kalau ukiran senyuman yang berbeda dan masih bertahan walau masalah berusaha mengguncang hidup nya

"Andai, aku bertemu dengannya lagi.."

Selesai membasahi tubuh, kedua tangannya mengambil baju kemeja kasual yang sudah di siapkan, lalu merebahkan diri ke ranjang big size milik nya
Mengingat tidak pernah ada yang peduli padanya sejak kecil, selain pelayannya

"Aku lelah, dirumah kesepian diluar bukannya dapat teman malah dihajar..ayah dan ibu sejak dulu tidak pernah sekalipun memperhatikan ku, di bully saja mereka tidak peduli padaku" curhat nya memandangi langit-langi dibawah lampu gantung dengan segala berlian di ujung nya

Memang, hidup sebagai orang kaya tidak pasti ada kebahagiaan di dalamnya, hanya foto keluarga berukuran besar di dinding, dan itu adalah kepalsuan di balik foto tersenyum dan berkelas tinggi. Faktanya orang sederhana walau kurang mampu saja tetap dekat keluarga. Lalu apa gunanya dekat dengan harta jika ikatan terlampau jauh?

Dia memikirkan sosok sang ayah, orang yang hebat dan sukses, banyak orang yang berkerja sama, bisnis dijalankan dengan layak tanpa ada perjanjian gelap. Tapi kehebatan nya lah yang membuat sang ayah banyak memiliki musuh jauh didepan sana. Setiap penjahat yang berurusan telah ditangkap, tapi ayah nya selalu mencatat nama dan pekerjaan juga alamat dari musuh nya di buku khusus

"Ah apa gunanya aku mengagumimu ayahku yang hebat, aku sendiri adalah orang lemah.."

.

.

.

.

Senja akan tiba sebentar lagi untuk mengucapkan selamat datang kepada langit malam yang akan datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja akan tiba sebentar lagi untuk mengucapkan selamat datang kepada langit malam yang akan datang. Sebelum itu masih ada pekerjaan sampingan setelah sekolah

Hari ini adalah giliran Taufan, Solar, dan Ice untuk menjaga cafe turunan dari kakek mereka tercinta. Harapan yang dia lontarkan kepada para cucu bermarga Boboiboy Itu agar tidak saling bertengkar. Juga hasil dari usaha coklat panas Tok Aba bisa untuk membiayai sekolah atau kebutuhan lain tertentu

"Sol, bantuin kali..selfie Mulu ih" gerutu Taufan kesal sangking pusingnya dengan adik bungsu nya yang begitu narsis

"Kau juga Ice.."

"Ok kak ok"

"Apa kak Taufan masih mengingat apa yang dikatakan kak Hali?" Batin Solar, menatap Taufan yang melayani para pelanggan dengan senyuman riang nya

Solar melihat kakak nya yang menghampiri pelanggan di meja cafe, menanyakan apa yang dipesan dengan ramah, senyuman nya bahkan membuat para pelanggan nya merasa nyaman dan aman. Sejenak saat ia sibuk mengisi minuman coklat di cangkir yang sedang di pegang kemudian berhenti, hanya untuk memikirkan kakak nya yang paling tahan dengan amukan kakak sulung yang menurut nya sudah kelewatan batas memperlakukan Taufan. Sebenarnya apa salahnya? Taufan selalu kena marah hanya karena sesuatu yang kecil dan sepele

"Kak Hali itu sebenarnya kenapa? waras ga sih? Kak Taufan orang baik-baik begitu dia campak kan"

"Solar, Ice tolong cepat!" Seru Taufan dari meja nomor empat di sana, Solar segera sadar dan mengangguk

Setelah Solar selesai, sekarang giliran Ice untuk mengantarkannya kepada pelanggan.

"Kau saja" Ice kembali mengambil bantal paus biru kesayangan nya

"Dih ini giliran kak Ice tahu!" cetus Solar yang ingin diperlakukan adil

"Aku mau tidur" Ice

"Nanti kak Taufan capek loh kalo kita ga cepat" Solar. Seperti nya hanya Taufan lah kuncinya. Karena kalimat itu mampu membuat nya terdiam

"....."

Kini Ice lah yang bergantian memikirkan kakak yang paling ia ingin tahu isi hatinya yang susah ditebak. Memang benar, Taufan sangat sulit ditebak daripada yang lain, karena Ice suka membaca mimik wajah seseorang, karena sikap nya yang selalu ceria dan tertawa, kesedihannya pun tertutup oleh tertawa nya.

"Kak Tauf ?..kak Hali memang keterlaluan.."

Beruntunglah selain kakak sulungnya yang dingin itu, masih banyak orang yang menaruh rasa kepedulian dan kasih sayang terhadap Taufan. Tapi ini akan bertahan selamanya kan? Atau....tidak?

"Oy Angin Periang!..aku ingin memesan!" Seru seseorang yang baru datang

"Angin?Periang?" Batin Taufan yang merasa dirinya terpanggil. Tanpa lama-lama ia langsung menghampiri orang tersebut. Menanyakan apa yang ingin segera dipesan

"Aku Es Coco satu"

"Baik..segera.."

"Ice..tolong cepat.."

Ice yang merasa dipanggil akhirnya membawa nampan berisi cangkir-cangkir berisi coklat panas dan dingin. Dengan hati-hati dia memberikan nya kepada para pelanggan yang sudah duduk di meja.

Setelah nampan nya kosong, dia segera menghampiri kakak nya untuk kembali mencatat pesanan baru

"Andai Gempa disini pasti cepat selesai.." celetuk Taufan tanpa disengaja

Ice mendengar nya, di wajah itu mulai terlihat sayu dan berkeringat. "Kak Tauf lelah?biar aku saja, kakak istirahat" saran Ice kepada nya, tapi Taufan menggelengkan kepalanya. Lalu mereka segera bekerja kembali

.

.

Topi miring ke kanan nya ia ambil lalu letakkan di samping bersama topi yang lain, berteduh di bawah pohon beringin yang tak jauh dari cafe coklat. Hanya ada senja yang menemani saat ini, berisikan kenangan hari ini yang segera menghilang saat matahari mulai terbenam. Hanya kakak mereka yang memejamkan mata, walau yang satu selalu ingin tidur. Mereka melihat kakak nya yang paling bekerja keras hari ini, ia pantas untuk merebahkan diri sejenak, bersandar di batang kayu yang sudah cukup tua.

Sekarang cafe coklat panas Tok Aba telah tutup, nyaris terjual habis karena yang menjual adalah tiga anak kembar yang sangat populer, namun tidak semuanya populer. Ia terlelap dalam tidurnya, sendau gurau itu tidak terlihat, mereka yang merasa, ini bukanlah kakak nya Taufan yang selalu ceria

"Andai kak Hali liat kak Taufan seperti ini.."









To be continued...
Maaf ni lama ga up, author sedang meng-galau dan meng-sedih dan susah untuk mencari alur ceritanya.
Dan ya.. terimakasih vote nye
Belum nyesek kan?hhe

Brother Line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang