Waktu membuat mereka bergeming sekejap, untuk memahami apa yang terjadi, sedetik yang berlalu selalu memunculkan pertanyaan setiap katanya, suara lain seperti teriakan nyaris hampir tidak terdengar di tempat sempit itu.
"Jangan cuma lihatin, tolong aku bodoh!" Ucap korban yang sudah lama tak melihat kabar keluarga Boboiboy itu dengan sedikit emosional
Rambut pacak nya berparas seperti landak ungu sudah berantakan dengan mata nya bewarna ungu gelap terlihat sayu
"Heheh.." kekeh Taufan
Taufan kemudian memberi kode kepada Ice agar segera membantu nya berdiri. "Paling tidak bilang makasih.." sindir Ice yang merasa Taufan sudah menolongnya, tapi tidak mendapat imbalan sekedar ungkapan terimakasih sama sekali
"Fang memang begitu orang nya, klo gak malas ya gengsi..."sambung Taufan tertawa lepas yang tak luput dari senyum nya
"Gila, ketampanan ku jadi hilang gara-gara berandalan sialan itu.." Umpat Fang didepan wastafel melihat wajah nya di cermin besar
Sebagai orang paling pede, Fang selalu membanggakan wajah yang dirasa tampan itu dimanapun meski sudah sekarat. Kacamata visor yang sudah jatuh diambil kembali lalu dipakainya. Fang dan Taufan sudah wajar bersikap seperti musuh setiap hari, tapi mereka berdua menyadari bahwa kedua nya saling membutuhkan. Namun, bagi Angin ini terkadang keluarga nya seperti musuh sendiri, untuk sesaat setiap detik nya dirumah, tidak kah dunia selalu memberi banyak masalah untuk nya?
Dengan pelan, Taufan dan Ice membantu menopangnya, memulai langkah menuju ruang UKS. Taufan kemudian memberi pertanyaan kepada Fang, tapi.. raut wajah nya nampak serius
"Bagaimana kau bisa babak belur?" Taufan
"Aku hanya pergi ke toilet, lalu aku melihat bocah lain sedang dirundung, karena aku miris kasian, aku pun meyelamatkan nya. Tapi aku juga yang kena imbas, mereka sialan yang cuma berani keroyokan, sampai bocah itu melaporkan pada guru aku dihajar habis-habisan.." jelas Fang panjang lebar, sesekali sambil merintih sakit karena perih luka nya yang memar di area wajah, membuat nya susah bicara
Saat Taufan mendengar penjelasan dari Fang yang ternyata dia di bully, saat itulah tiba-tiba langkahnya terhenti, nyaris membuat Fang hampir jatuh
"Heh aku mau jatoh Tan" umpat nya sekali lagi. "Kenapa berhenti aku bisa memar la- " Fang berhenti melanjutkan emosi nya ketika melihat wajah yang belum pernah nampak sebelumnya. Wajah yang kehilangan senyum nya sekejap, seberkas cahaya di mata biru safir nya hilang, menjadi warna biru laut dalam yang kosong. Fang merasa panik jika Taufan seperti ini
Di pikiran Taufan, ia sedang mengingat kejadian pagi tadi. "Jadi, itu lah kenapa aku tidak dihajar berandalan tadi, tapi kenapa rasanya dihatiku firasat ini datang kembali, jika sudah selsai, kenapa masih saja aku merasa aneh?.." Kalimat yang hanya bisa didengar di lubuk hati nya, terus menerus ada dan akhirnya menjadi pertanyaan
Ice juga merasakan hal yang sama, kakak nya menjadi seperti tadi dikelas, padahal tadi ia sudah kembali pulih dan tertawa. "Kak Taufan sebenarnya kenapa?apa ini ada hubungannya dengan kak Hali?!".
"K-kak Tauf?.." panggil nya berhasil membuyarkan lamunan Taufan
"E-eh maafkan aku.." ucap Taufan mulai tersenyum lagi, Fang menyadari sesuatu saat itu juga jika Taufan sedang menyembunyikan masalahnya seperti 'dahulu'. Mereka bertiga melanjutkan perjalanan menuju UKS. Konyol, menuju UKS saja merupakan perjalanan penuh rasa canggung
"Kak?kakak selalu meminta maaf meskipun tidak pernah melakukan kesalahan.."
Deg
"Hm justru baik kan.. sebaiknya cepat ke UKS biar dia ga makin gengsi.." Taufan alih-alih tidak ingin menjawab kalimat Ice dan mengubah topik pembicaraan, agar beberapa kalimat pilu tidak terucap
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Line
FanfictionSetelah insiden besar yang terjadi, orang menyalahkan dirinya tanpa sebab, mereka melarang nya untuk tersenyum, bagi mereka senyumannya adalah malapetaka Segenap raga yang masih ia genggam di dalam urat nadinya, bersamaan dengan langit biru diatasny...