PART 5

20 0 0
                                    

Happy Reading🌻

.

Setelah semalam mabuk berat, efek sampingnya baru terasa sekarang. Rain merasakan pusing yang amat sangat sampai-sampai ia tidak sanggup membuka matanya.

"Aduh, kepala gue pusing banget." keluhnya.

"Mampus, siapa suruh mabuk? udah tau gak biasa." ketus Handika.

"Loh? Kok ada lo? Gue emang dimana?" tanya Rain dengan posisi mata masih terpejam.

"Dirumah gue. Gue udah izinin lo hari ini gak sekolah dan gue juga udah bilang orangtua lo, kebetulan orangtua lo hari ini berangkat ke luar kota kan? jadi gue yang disuruh jagain lo." ungkap Handika.

"Oh, thanks."  jawab Rain.

"Yaudah lo tidur aja lagi. Gue mau berangkat sekolah, kalau lo butuh apa-apa panggil aja bibi." saran Handika. Karena kalau melihat kondisi Rain saat ini tidak memungkinkan untuk ia berjalan, Handiak tau bagaimana pusingnya habis mabuk berat.

"Cepet sembuh lo, jangan nyusahin orang." lanjutnya.

"Ya." balas Rain singkat. 

Setelah Handika keluar kamar, Rain mencoba untuk membuka matanya lagi secara perlahan. Karena ia tidak ingin merepotkan siapa-siapa.

Dan Rain sangat bersyukur rasa pusingnya sudah berkurang daripada tadi. Ia pun memgingat kejadian semalam yang membuatnya tidak sadarkan diri. Ini disebabkan oleh acara pertunangan Fajri dan Suha.

Sampai saat ini ia tidak tau acara itu terjadi atau tidak, ia juga malas untuk bertanya kepada semua teman-temannya apalagi kalau ia tanya langsung dengan Suha sendiri. Sudah pasti jawaban yang Suha lontarkan akan membuatnya sakit hati lagi.

Krukk.... krukk....

"Laper." gumam Rain.

"Gue bisa jalan gak ya ke dapur? Atau panggil bibi aja?" bimbangnya.

Pelan-pelan Rain mencoba berdiri dan berjalan secara perlahan. Dan....

Bruk

"Akhh!" jeritnya kesakitan.

"Den Rain! Aden kenapa? Kok bisa jatuh?" tanya Bibi Imah.

"Rain mau coba berdiri bi, terus jalan eh jatuh." ucapnya.

"Kenapa gak panggil bibi aja? Ayo bangun den, sini bibi bantu." kemudian Bibi Imah pun membantu membopongnya untuk kembali ketempat tidur.

"Makasih, Bi."

"Iya den sama-sama. Emang tadi Den Rain mau ngapain?" tanya Bibi Imah.

"Mau ke dapur Bi. Perut Rain laper, hehe." cengir Rain.

"Yaudah biar Bibi yang siapin. Aden mau apa?"

"Nasi goreng aja, Bi. Kayak biasa."

"Yaudah, tunggu disini ya? Nanti Bibi balik lagi."

"Iya, Bi. Makasih ya Bi."

Bibi Imah tidak menjawab hanya tersenyum tulus kepada Rain. Terkadang Rain merasa sedih disaat ia sakit selalu saja yang memperhatikannya adalah orang lain bukan orangtuanya.

Apakah ini sudah takdirnya hidup dengan kekurangan kasih sayang?

Untuk menepis rasa overthingking nya, ia mengambil ponsel dan mengecek sosial medianya ada notifikasi atau tidak. Dan ternyata banyak sekali notifikasi dari whatsapp terutama grup kelas dan pesan dari Suha.

Apa? Tunggu, Suha?

Untuk apa dia mengirim pesan kepadanya? Bukannya Suha sudah bahagia dengan pilihannya sendiri?

Love Blossom RainSuhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang