0.9

198 24 5
                                        

Singto POV
----

Malam ini aku harus mengirimkan bahan novel ku kepada bagian editor. Namun, kulihat Fiat sibuk memperhatikan tugas dan video di ponsel yang sepertinya tengah menjelaskan tugasnya.

Tidak ingin mengganggu ataupun terganggu, aku memilih keluar. Kulihat Krist tengah menonton film action, setidaknya aku bisa fokus karena ia mengecilkan volume TV.

Aku duduk di lantai, menggunakan meja ruang tamu sebagai alas laptop, sedangkan aku beralaskan karpet berwarna abu-abu.

Aku mengetikkan beberapa hal, melakukan sedikit editan sebelum ku kirim ke manajer dan dia kirimkan pada editor nantinya.

"Kenapa masih tinggal disini?" Pertanyaan Krist membuatku menghentikan ketikan. Aku mengalihkan pandanganku padanya yang duduk tak jauh dariku. Ia duduk di atas sofa, jadi aku perlu sedikit mendongak untuk melihat ke arahnya.

Sepertinya aku tanpa sadar langsung mengerutkan kening begitu mendengar perkataannya, aku masih mencerna pertanyaannya saat ia kembali berkata, "Kurasa Fiat sudah sembuh, jadi apa kau masih ada alasan untuk tetap tinggal?".

Ah, aku mengerti sekarang. Jadi dia ingin mengusir ku kah?

"Apa kau ingin aku pergi?" Aku mencoba menanyakan maksudnya.

"Jika kau sudah tidak punya alasan untuk tinggal, bukankah lebih baik untuk pergi? Lagipula, aku rasa kita tidak sedekat itu untuk tinggal bersama." Ujarnya sebagai jawaban. Aku mengerti, cukup mengerti. Kami tidak dekat? Tentu saja kami tidak dekat karena dia terus menolakku, mengabaikan keberadaan ku. Aku sudah menunggunya, mencoba mendekatinya, memperhatikannya. Aku sudah melakukan semua hal yang aku bisa. Dan dia masih tetap menolakku?

Aku langsung menutup laptop, kini aku beralih duduk di sofa. Kami duduk sejajar di sofa dengan jarak satu meter, karena dia di ujung sofa dan aku di ujung lain.

"Aku kira kau sudah mencoba menerima ku atau setidaknya mencoba membuka hati. Tapi sepertinya aku salah paham." Sepertinya aku benar-benar harus melepasnya, "Kau ingin aku pergi?" Tanyaku masih dalam keadaan sama.

Krist terlihat terkejut, tapi aku cukup lelah untuk berdebat malam ini. Jika ini yang di inginkannya, maka akan aku lakukan.

"Tidak perlu sekarang. Mungkin kau bisa pergi besok pagi." Ada sedikit keraguan dalam nada suara Krist, tapi aku mencoba mengabaikannya. Aku benar-benar sedang lelah.

Aku mencoba untuk tersenyum, sekalipun aku tau ini mungkin batasku dan juga terakhir bagiku bertemu dengannya. Namun, aku benar-benar tidak lagi mampu untuk bertahan saat ini.

"Aku akan pergi sekarang." Ujarku sebelum bangkit dari duduk, aku membawa laptop untuk masuk ke kamar Fiat.

Begitu masuk kamar, aku langsung mengemasi barangku, membuat perhatian Fiat teralihkan.

"Phi mau kemana?" Fiat membalik tubuhnya mengamatiku yang tengah berkemas.

"Eum, phi harus pulang."

"Kenapa?"

"Ini bukan rumah phi, lagipula ada beberapa hal yang harus phi lakukan di rumah."

"Phi Krist yang menyuruh phi pergi?"

Aku mendongak ke arah Fiat, aku mencoba tersenyum sebisa mungkin, "Tidak ada yang menyuruh phi. Tapi phi benar-benar harus pergi." Alihku.

Fiat bangun dari duduknya dan keluar kamar. Aku mencoba memanggilnya, namun fiat tetap berjalan.

Aku mendengar Fiat berteriak pada Krist. 

Fiat masih meninggikan suaranya saat aku keluar dengan tasku, aku mengacak asal rambut Fiat sembari berjalan menuju pintu keluar, berharap anak itu semakin tenang.

You Are My Future (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang