Singto POV
-------Getaran ponsel menarik perhatian ku. Aku yang tengah membaca buku pun, segera membaca notif yang ada di ponsel.
"Masuklah kamar. Aku tidak nyaman jika pemilik rumah tidur di ruang tamu" aku tersenyum saat membacanya, itu adalah pesan dari Krist.
Aku membalasnya, "Tidurlah dulu. Aku masih membaca."
Krist tidak membalasnya, namun samar samar aku mendengar suara pintu terbuka. Langkah Krist di balik punggungku terdengar semakin jelas, menandakan ia semakin mendekat.
"Masuk sekarang atau aku yang disini?" Tanya Krist membuat aku menengadahkan kepala supaya dapat melihatnya. Krist benar-benar mempesona jika diperhatikan dari sisi mana pun. Aku menunjukkan sebuah senyuman padanya, sebelum kembali mengalihkan perhatian pada buku dan ponsel yang harus aku bawa.
Tidak ada perdebatan lagi di malam hari ini, aku mengalah. Aku mengikuti Krist untuk kembali ke kamar.
Saat aku hendak mengambil kasur lantai, Krist mencegahku. Ia berkata, "Tidur disini saja. Toh cuma semalam. Kau tidak mungkin melakukan hal buruk bukan?".
Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Krist.
Aku duduk bersandar kepala ranjang disisi lain dimana Krist membaringkan tubuhnya. Aku melanjutkan membaca buku, saat Krist sudah menunjukkan punggungnya padaku.
"Setahun yang lalu, kita tidak pernah bicara secara langsung maupun juga bertemu. Bagaimana bisa kau menyukaiku sedari tahun lalu?" Pertanyaan Krist tiba-tiba ini membuat aku memegang erat buku ku.
Ku tutup buku itu, ku letakkan di atas nakas dekat dengan ponselku.
Aku menoleh ke arah punggung Krist yang berbalut kaos hitam milikku.
"Aku menyukai suaramu, suara saat kau memberikan perhatian, suara saat kau tertawa, suara saat kau menggoda, suara saat kau khawatir, suara saat-"
"Berhenti! Itu terdengar menjijikkan." Potongnya pada ucapanku.
"Jadi, hanya karena suaraku bukan?" Tambahnya lagi.
Masih dalam posisi yang sama aku memberikan jawaban, "Hingga kau datang saat pemakaman Jane. Aku sudah menyukaimu sejak suara pertama mu dan aku semakin yakin saat bertemu pertama kali denganmu."
"Bagaimana jika aku masih tidak ingin menerima mu?"
Itu sedikit menyesakkan.
Aku masih belum bisa menemukan kalimat yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu. Hingga Krist bergerak, ia berbalik menghadapku. Aku menolehkan kepala ke arahnya yang berbaring disampingku.
"Bagaimana jika aku masih tidak bisa atau pun tidak ingin menerimamu?" Lagi ia lontarkan pertanyaan itu.
Aku menghela nafas cukup berat, mencoba menenangkan hatiku sendiri yang terasa berkecamuk. "Tidak ada yang perlu kau lakukan dengan hatiku, karena tugasmu hanya melakukan apa yang hatimu inginkan, perasaanmu inginkan. Aku akan memperjuangkan sendiri, apa yang aku inginkan, tanpa memaksakan kehendak ku padamu."
Krist bergerak, ia mengubah posisinya untuk duduk disampingku, ia melipat kakinya, bersila menghadapku.
"Kau tau, jawaban apa yang paling ingin aku dengar atas pertanyaanku tadi?" Aku tidak yakin dengan pemikiranku, jadi aku memilih diam atas pertanyaan Krist barusan.
"Aku ingin mendengar bahwa kau tidak akan berhenti memperjuangkan aku." Ia menunjukkan senyuman yang tidak pernah ia tujukan padaku, sebuah senyuman yang sering ku lihat untuk Fiat. Senyum yang sangat lembut.

KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Future (SK) (END)
Fiksi PenggemarJane adalah sosok yang cantik, memiliki Krist adalah kebahagiaan tersendiri untuknya. Namun, takdir telah berkata lain. Sang penulislah penentunya.