SEPULUH

1 2 0
                                    


"Wirdas udah engga ada"

Deg

Tubuh Arshinta sangat lemas. Mata nya berkaca kaca.

"Ini serius tante?,kapan?,"tanya Arshinta dengan sangat khawatir.

"Wirdas kecelakan tadi malam,"ucap Radhifa sambil menangis.

Arshinta sangat terkejut dia bingung harus melakukan apa.

"Sekarang tante dimana?,"tanya lagi Arshinta.
"Tante di rumah yang dirumah sakit om Arkan,"balas Radhifa.
Tangisan nya makin keras.

"Aku ke rumah ya tante,"ucap Arshinta.
"Iya Arshinta hati hati" ucap Radhifa.

Arshinta menutup teleponnya ia langsung mandi. Setelah ia selesai bersiap siap ia pergi ke rumah Wirdas.

Setelah sampai di rumah Wirdas Arshinta langsung mencari tante nya. "Assalamualaikum tante," salam Arshinta. "Waalaikumsalam" jawab salam Radhifa. Sambil menangis.

Arshinta langsung menghampiri sang tante ia duduk di samping tante nya lalu ia memeluk tantenya mengusap punggung sang tante.

Berusaha untuk menguatkan tante nya walaupun ia juga hancur. Sakit mengetahui laki laki yang ia cintai pergi.

Saat di permakaman Wirdas banyak sekali keluarga keluarga besar dari Arkan, keluarga keluarga besar Radhifa, teman teman Wirdas, sahabat Wirdas, tetangga, guru guru sekolah nya, rekan rekan Arkan, dan Radhifa.

Saat Wirdas dimakamkan Arshinta sangat sakit dia sangat hancur Ia bingung harus melakukan apa ia merasa sangat bersalah. Mengapa ia tidak mengungkapkan perasaannya? ia sangat menyesal.

Setelah selesai Arshinta berpamitan kepada om dan tantenya. Tidak lupa Arshinta juga berpamitan kepada keluarga keluarga nya.

Setelah berpamitan Arshinta Arshinta pergi ke rumah nya. Saat di jalan ada yang memanggil nama nya. "Arshinta". Arshinta pun langsung melihat ke belakang. Ternyata yang memanggil nya Qaila.

Qaila menghampiri Arshinta.
"Arshinta apa kabar udah lama kita engga ketemu kamu makin cantik aja," ucap sapa Qaila.
"Alhamdulillah baik,"jawab singkat Arshinta tersenyum walaupun ia sedang sakit tetap berusaha kuat.

"Kamu dekat banget ya sama Wirdas?,"tanya Qaila.
"Engga sih,"jawab Arshinta.
"Aku sama Wirdas udah putus," ucap Qaila sambil menundukkan kepalanya.

Arshinta langsung memeluk Qaila ia tau dan mengerti apa yang Qaila rasakan walaupun Wirdas dan Qaila putus karena Qaila tetapi di saat yang seperti ini ia tidak bisa menyalahkan Qaila.

Qaila menangis hati nya juga sakit mengetahui mantan kekasih nya pergi. Bagi Qaila Wirdas adalah laki laki yang paling baik yang ia temui Wirdas selalu ada untuknya selalu membuat nya bahagia.

Qaila melepaskan pelukannya.
"Aku nyesel udah nyakitin dia dia selalu ada buat aku dia selalu buat aku bahagia dia menerima aku dengan baik tapi aku malah selingkuh aku benar benar jahat aku nyesel dia benar benar orang baik setiap dia punya pacar dia selalu memperlakukan pacar nya dengan baik dia orang nya ramah,"

"Udah jangan terus nyalahin diri sendiri ini mungkin udah takdir lebih baik kita doain dia,"ucap Arshinta sambil menatap Qaila.

"Iya benar semoga dia tenang disana,"ucap Qaila yang masih menangis.
"Qaila maaf ya aku harus pergi ada urusan,"ucap Arshinta.

"Iya Arshinta makasih banyak udah dengerin aku hati hati ya," ucap Qaila.
"Iya sama sama kamu juga hati hati,"ucap Arshinta.
Qaila memeluk Arshinta Arshinta pun membalas pelukan Qaila.

"Aku pergi dulu ya"ucap Arshinta sambil melepas pelukan.
"Iya makasih ya sekali lagi"ucap Qaila sambil menatap Arshinta.
"Iya sama sama"ucap Arshinta.
Lalu ia pergi meninggalkan Qaila.

Saat tiba di rumah Arshinta langsung menangis tangisan nya sangat keras.
Hati nya tubuhnya sangat sakit dan hancur. Ia sangat terkejut ia masih tidak percaya laki laki yang berhasil meluluhkan hati nya pergi. Ia sangat menyesal ia menyalahkan diri sendiri ia merasa sangat bodoh ia bingung apa yang harus ia lakukan.

Arshinta beristigfar lalu ia bangkit dan berdiri pergi menuju kamar nya. Sesampai nya di kamar ia berganti pakaian. Arshinta memutuskan untuk tidur.

Seminggu kepergian Wirdas........

ARSHINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang