Dalam keluarga Arisha sarapan pagi adalah rutinitas yang tak boleh ditinggalkan meski hanya sekedar memakan sepotong roti.
Namun begitu rutinitas itu masih saja belum dapat Kayra ikuti dengan baik, hampir setiap pagi gadis berusia enam belas tahun itu menjadi orang paling lama yang datang ke meja makan, membuat waktu sarapannya otomatis menjadi lebih singkat
“Aluna, adik kamu mana? kok belum turun juga?” Tanya Belinda—sang mama—setelah melihat jam yang dipajang di ruangan itu tepat telah menunjukkan pukul 07.00 wib
“paling lagi dandan” jawab Aluna sembari menikmati nasi goreng yang ia kunyah
“coba sana panggil lagi, udah jam tujuh loh, kalian bisa telat nanti”
Aluna melepaskan sendok yang ia pegang, menyebabkan bunyi nyaring terdengar, tubuhnya ia sandarkan pada bangku, kemudian menatap malas pada sang mama
“yang jadi orang tua di sini itu Mama, bukan Aluna!” ujarnya keras
“Aluna!” bentak Anas—sang papa—yang seketika langsung menghentikan aktivitas makannya, namun perempuan itu hanya memutar bola mata
“mama pinta baik baik Aluna..”
Aluna menghela nafas jengah “Aluna capek!” ujarnya kemudian lalu melangkah pergi meningglkan meja makan
Aluna berlari kecil sembari menghapus kasar air matanya yang menetes tanpa bisa dicegah, tatapannya langsung bertemu Alka saat ia tiba di ambang pintu
Sebenarnya ini bukan hal baru bagi Alka, mendengar keluarga kaya raya ini ribut di pagi hari saat menjemput Aluna dan Kayra
Aluna Arisha, gadis sembilan belas tahun yang saat ini sedang menjalani pendidikan S1nya di salah satu universitas yang ada di Jakarta, kini tampak berjalan ke arahnya
Perempuan itu termasuk orang yang sederhana dari segi penampilan meski sang ayah seorang pengusaha besar
Pagi ini gadis itu menggunakan setelan jeans, kaus bercorak sederhana yang ia lapisi dengan cardigan dengan sepatu snikers warna putih. Rambut hitam sepunggungnya biarkan tergerai, namun tetap menawan dengan postur tubuh yang ideal
“Ayo” ajak Aluna sembari membuka mobil dan langsung masuk ke bagian depan
Mau tak mau Alka menyusul kemudian “Kayra?” tanya lelaki itu sembari memasang seatbelt pada dirinya
“naik ojol ada dia, gue ada les pagi, ayo buru!”
Alka hanya mengangguk sebagai supir yang baik dan mulai menghidupkan mesin mobil untuk melaju ke universitas mereka
Berbeda dengan keluarga Aluna, maka keluarga Alka sebaliknya, setidaknya sampai Anas mempekerjakan ayahnya—Hartono—sebagai supir di keluarga mereka, Nadira—sang ibu–yang kemudian ditawari bekerja sebagai tukang masak di hari hari tertentu saat Anas dan Belinda pergi ke luar kota atau negeri
Sebab ketekunan kedua orang tuanya dalam bekerja, Anas memfasilitasi kehidupan mereka dengan layak, bahkan meski sang ayah telah berpulang dua tahun yang lalu, kebaikan Anas tetap mereka dapatkan, hingga kemudian Alka berinisiatif menggantikan posisi sang ayah untuk setidaknya membalas kebaikan keluarga Arisha.
“hari ini gue ulang tahun” ujar Aluna sembari menatap ke depan, lalu menoleh ke arah Alka sebab lelaki itu tak meresponnya
“pasti lo salah satu yang gak ingat kan?” tanyanya lagi tanpa mengalihkan pandang
Alka yang fokus menyetir hanya mengangguk tanpa menoleh
“tapi barusan udah gue ingetin kok” ucapnya kemudian dengan senyum
Alka yang sering melihat perubahan mood gadis di hadapannya ini hanya mencoba menjaga fokusnya ke jalanan
“beliin hadiah ya..”
“duit gue gak ada” balas Alka singkat, sebisa mungkin ia lajukan mobil yang ia kendarai agar segera sampai dan terlepas dari gadis yang bersamanya kini
“yauda nih duit—“ ujar Aluna sembari mengeluarkan dompetnya
“ya sekalian aja lo yang beli kalo gitu” sambar Alka masih berusaha menahan emosi
“maunya lo yang beli” ujar Aluna sembari mulai mengeluarkan beberapa lembar uang merah dari sana
“udah gak perlu!” sambar Alka cepat “biar pake uang gue aja!”
“beneran ga perlu? Ntar uang lo abis loh..” ujar Aluna memastikan
“ya gue beli yang murah lah! Lagian lo juga bisa beli apapun yang lo mau, tinggal tunjuk aja”
“gak masalah kok kadonya gimana, yang penting beliin aja” balas Aluna dan kembali memasukkan dompet yang telah ia keluarkan sebelumnya
“selesai jam berapa?” tanya Alka saat mereka telah memasuki gerbang Universitas
“tiga”
Alka lagi lagi hanya mengangguk kemudian memberhentikan mobil di depan gedung fakultas ilmu politik
“kok belum turun?” tanya Alka saat Aluna belum bergerak dari duduknya
Aluna menunduk dengan menautkan jemarinya di paha “em..gue denger lo jadian sama Riana?”
Alka mengernyitkan dahi, berfikir sejenak bagaimana kabar sepribadi itu bisa begitu cepat terdengar Aluna
“temen organisasi lo yang cerita, Angga, temen deket gue juga” jelas Aluna
“oh.. dia. Iya, Gue jadian sama Ana”
Aluna mengangguk ragu kemudian
“lo kenal?” tanya Alka kembali, yang di balas anggukan kecil oleh Aluna
“temen SMA”
Alka menganggguk lalu setelahnya hening hingga beberapa saat kemudian ketika Aluna menghadap lelaki itu pandangan mereka kembali bertemu
“udah kan?”
“Eh, iyaa..“ jawab Aluna yang kemudian terburu membuka pintu mobil untuk turun.
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/338408601-288-k390045.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkaluna
RomanceMelihat Aluna yang masih diam di ambang pintu, Alka tetap melangkah masuk ke kamarnya lalu kembali dengan t-shirt putih dan celana pendek di tangan "gue gak punya baju cewe, lo bisa pake ini sementara" ujarnya sembari menjulurkan baju itu pada Alun...