"Nama?"
"Tawan Vihokratana"
"Usia?"
"Dua puluh lima tahun"
"Tinggi badan?"
"Seratus delapan puluh"
"Berat?"
"Tujuh puluh lima kilogram"
"Pekerjaan?"
"Pekerja kasar"
"Baik sudah selesai, kita sudah menemukan dua puluh orang pemberani yang akan mewakili desa ini. Apa kalian siap untuk berjuang demi negara??" Teriak seorang lelaki berbadan tegap yang sedang berdiri dengan pose istirahat tegap di hadapan dua puluh orang pemuda yang baru saja mendaftarkan dirinya.
"SIAP !!" Jawab dua puluh orang lelaki yang sedang berdiri berbaris dengan pose istirahat tegap.
"Baiklah, jika begitu saya beri kalian waktu dua jam dari sekarang untuk bersiap. Karena sebentar lagi truk yang akan membawa kalian akan segera datang menjemput kalian. Apa ada pertanyaaan?"
"SIAP TIDAK !!!" ucap serentak kedua puluh orang pilihan itu.
"Baik, bubarkan !!"
"SIAP BUBARKAN !!" sesi APEL pun sudah selesai dilakukan, seluruh anggota sudah dibubarkan dan sudah kembali ke rumah masing masing.
Tay yang sedari tadi berdiri dipojokkan barisan pun memilih untuk kembali di akhir akhir, karena dia sedikit takut jika ada temannya yang menanyakan mengenai dirinya. Sejujurnya Tay berbohong tadi, umur dia sebenarnya tiga puluh tahun namun demi menggantikan kekasih manis nya itu dia rela merubah umurnya. Beruntungnya kartu tanda penduduk belum diciptakan ditahun ini, jadi orang orang tidak akan mengetahui fakta fakta privasi orang lain seperti Umur, pekerjaan, status, agama dan lain sebagainya.
Setelah dari pendopo tempatnya mendaftar tadi, Tay pun segera kembali ke rumahnya dan menggemas seluruh pakaian serta barang barang yang kemungkinan dibutuhkannya selama di pelatihan militer nanti.
"Apa lagi yang harus aku bawa ya? Baju sudah, celana dalam sudah, sabun sudah, ku rasa ini saja gak sih yang harus aku bawa ?" Tay terlihat sedang mengingat ngingat lagi barang apa yang akan dia bawa disaat pelatihan nanti.
"Nak, apa kamu sudah siap? Apa kamu yakin ingin mengikuti pelatihan ini?" Tanya seorang wanita paruh baya dengan rambut putih yang menjuntai sampai bahunya itu.
"Oh khrab mae? Tay sudah siap kok, iya aku yakin mae ingin mengikuti ini. Karena menurut Tay ini adalah hal yang bagus untuk bekal Tay nantinya. Mae emang ngak mau punya anak yang jago pedang? Biar nanti bisa jagain mae dan N'Gun"
"Tay mae sejujurnya ngak ikhlas kamu pergi, apalagi pergi ke tempat sejauh itu."
"Mae mau sejauh apapun Tay pergi, Tay pasti kembali kok"
"Tapi kapan? Pelatihan itu ngak mungkin cuma sebulan dua bulan. Bisa bertahun tahun kan? Lihat pemuda pemuda yang sudah berangkat terlebih dahulu itu, mereka katanya pergi cuma sebentar tapi apa? Sudah hampir tujuh tahun mereka pergi tanpa ada kabar bagaimana keadaan mereka."
"Mae tenanglah, Tay berbeda dengan mereka. Mereka pergi karena untuk berperang, dan Tay… Tay hanya pergi untuk pelatihan mae"
"Sama saja… kamu pergi pelatihan nantinya jika ada perang kamu juga yang akan dipanggil negara untuk mewakili negara kan?"
"Mae, Tay sudah tiga puluh tahun hidup dan Tay merasa saat inilah waktu Tay mengabdikan diri Tay untuk negara. Tay merasa tidak bisa memberikan apa apa untuk negara dan hanya inilah yang Tay bisa. Tay mohon izin kepada mae, mohon restui Tay agar bisa melewati ini semua." Ucap Tay sambil bersujud dan menangkupkan kedua tangannya ke lantai. Tay lantas mencium kedua kaki ibunya guna meminta restu dan doa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWAN.AN [New pov]
FanfictionDisclaimer : cerita ini mengangkat era masa perang dan berisi sejarah yang tidak nyata karena cerita ini real dari imajinasi author. Jangan mengaitkan cerita ini dengan sejarah yang ada, karena cerita ini hanyalah fiktif belaka. Latar cerita ini men...