Suasana malam mulai menyapa diriku yang tengah berjalan seorang diri, angin yang sedang berhembus kencang tidak membuatku gentar.
Setapak demi setapak aku mulai melangkahkan kedua kakiku, melawan rasa takut akan kegelapan yang ada.
“Kenapa aku harus takut dengan kegelapan? Jika kegelapan sudah menjadi kawan baikku Sekarang.”
Puluhan kilo sudah aku lalui hingga tidak terasa, waktu sudah hampir subuh. Hutan dan jalan extream sudah aku lalui, hingga saat ini, sayup sayup aku bisa melihat sebuah cahaya terang di kejauhan sana. Seperti kumpulan gemerlap bintang yang sedang berpindah ke bumi.
“Apa itu kota?” Ucapku menatap takjub melihat betapa bedanya kehidupan dikota dengan kehidupannya di desa. Disini listrik melimpah sedangkan di desa hanya orang penting dan kaya saja yang dapat memilikinya.
Akupun segera berlari untuk semakin mendekat ke arah cahaya cahaya itu, dan benar saja disana bisa kulihat gedung gedung tinggi bercahaya dengan sangat terang. Yah kota menjadi sumber tempat semua urusan negara berada, kantor kantor negara serta segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan masyarakat banyak semuanya ada di kota.
Ini pertama kalinya aku keluar dari desaku, dan baru kusadari ternyata ada banyak hal yang perlu aku explore.
“Ternyata memilih pergi dari kehidupan zona nyaman tidak buruk juga. Persetan dengan menjalani hukuman dll, lebih baik aku mencari Tay dan melarangnya pergi berperang. Karna ini lebih penting demi kelangsungan hidup dan matiku. Tanpa Tay, semua yang aku usahakan saat ini akan sia sia bukan?” ucapku sambil tersenyum dengan terus memandangi indahnya kota Borento yang asli.
“Ok New, saat ini kamu harus istirahat dulu dan menunggu hingga matahari terbit, terus dengan uang yang diberikan Earth tadi seharusnya itu sudah lebih dari cukup untuk membawamu ke tempat Tay sih. Kita tinggal cari akan naik apa kesana?” Ucapku bermonolog sambil terus berjalan untuk mencari tempat berteduh sementara hingga matahari terbit beberapa jam lagi.
Hingga akhirnya aku menemukan kolong jembatan dengan lubang besar yang ku rasa dapat menampungku sebentar dari dinginnya malam ini. Saat ku masuk ke kolong jembatan itu, bisa ku lihat banyak tunawisma juga sedang tidur di dalam kolong itu dengan beralaskan beton jembatan. bisa ku lihat banyak lansia sedang menikmati masa tuanya di bawah jembatan beton penghubung kota Barento dengan kota sebelahnya.
Aku merasa orang asing disini, hingga memutuskan untuk duduk di tepi kolong jembatan saja. Dengan posisi punggung menempel dinding beton dan kedua kaki menggantung ke arah sungai utama kota ini. Dengan suasana sepi sunyi, aku sedikit dibuat flashback dengan kejadian tadi. Bagaimana semuanya bisa terjadi sampai sekarang ini.
Setelah pertemuannya dengan Earth di parit tadi. Aku memutuskan untuk kabur dari desa itu dan mangkir dari hukuman. Aku kacau saat tahu Tay kemungkinan akan dikirim perang ke perbatasan. Aku sudah tidak tahan lagi !! Aku sudah cukup lelah dengan semua ini, dan aku butuh kembali ke rumahku. Dan Tay lah rumahku.
Seorang kekasih mana yang tahan hidup tanpa kabar mengenai kekasihnya karena orang tuamu merusak semua surat surat pemberian kekasihmu itu.
Seorang kekasih mana yang sanggup hidup tanpa tahu keadaan kekasihnya disana seperti apa? Bagaimana jika Earth tidak bercerita tadi mengenai perang? Bukankah bisa saja aku akan hidup dengan rasa penasaran ujung dari jawaban selama ini aku menunggu? Padahal nyatanya bisa saja kekasihku sudah mati dalam perang.
Aku hanya tidak ingin hidup dalam ketidakpastian terus menerus. Aku hanya ingin hidup bersama Tay, meskipun kami pada akhirnya harus mati bersama karena melawan kodrat manusia pada umumnya.
Dinginnya angin malam tak terasa berhasil membuatku mengantuk dan tertidur dengan posisi bersandar pada dinding beton jembatan itu.
Aku tertidur, hingga sebuah suara keramaian berhasil membangunkanku. Rupanya orang orang tunawisma itu sudah bangun dari tidur mereka dan berencana melakukan berbagai aktivitas untuk menjalani hari yang baru ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWAN.AN [New pov]
FanfictionDisclaimer : cerita ini mengangkat era masa perang dan berisi sejarah yang tidak nyata karena cerita ini real dari imajinasi author. Jangan mengaitkan cerita ini dengan sejarah yang ada, karena cerita ini hanyalah fiktif belaka. Latar cerita ini men...